LightReader

Chapter 17 - Bab 17 sejarah kuno

Di dasar laut, Raida sedang menyelam untuk menyelidiki sesuatu yang ia rasakan. Ia terus menukik semakin dalam, matanya waspada melirik ke segala arah. Tiba-tiba, pandangannya menangkap sebuah gua. Dengan hati-hati ia masuk, dan betapa terkejutnya Raida saat setelah memasuki gua itu, ia mendapati kerangka monster berukuran raksasa, begitu besar hingga memenuhi sebagian gua.

Di kepala kerangka itu tertancap sebuah pedang raksasa tertancap dalam. Ukurannya menyerupai pilar batu kuno.

"Kerangka moster ini sepertinya sudah berada di sini sangat lama... tapi kenapa umat manusia masih belum menemukan keberadaan kerangka ini?" gumam Raida

Raida memutuskan untuk menyelidiki gua itu lebih dalam. Namun setelah beberapa lama, ia tidak menemukan apa pun selain kerangka monster tersebut.

"Sepertinya tidak ada apa-apa lagi di dalam sini. Lebih baik aku segera keluar sebelum sesuatu terjadi," katanya lirih.

Tepat ketika ia akan keluar, seluruh gua bergetar hebat. Batu-batu mulai runtuh. Raida berusaha sekuat tenaga berenang keluar, dan saat ia berhasil lolos dari reruntuhan, sosok mengerikan muncul.

Seekor monster bangkit dari dasar laut. Tingginya sekitar sepuluh meter, sisik emas di tubuhnya memancarkan aura menakutkan, dan matanya menyala saat menatap Raida.

"Sepertinya kau baru bangun tidur... mau peregangan sebentar?" ujar Raida

RAWR!!!

Raungan monster itu mengguncang lautan, menciptakan pusaran air besar. Raida dengan gesit menghindar lalu langsung melancarkan serangan.

Di pantai, Rey dan Zeks sedang asyik beradu menggunakan pistol air. Namun tiba-tiba, Raida muncul dari laut, melesat ke udara, lalu mendarat tepat di hadapan mereka.

"Wah... Kau dari mana, Raida?" tanya Zeks.

"Kalian cepat evakuasi semua orang," jawab Raida serius.

"Memang ada apa..." kata Zeks, namun suaranya terputus ketika monster tadi menerobos dari bawah laut dengan raungan yang memekakkan telinga.

RAWR!!!

Semua orang di pantai panik dan berlarian.

"Monster!" teriak seorang penduduk.

"Tolong!" seru yang lain.

"Lari! Ada monster!" teriak yang lain lagi.

Rey dan Zeks sontak bersiap. "Monster apa itu? Dan kenapa jam Veylock kita tidak mendeteksinya?" ujar Rey.

Raida menyeringai tipis. "Kalian mundur saja, cukup evakuasi penduduk. Monster ini urusanku."

Tanpa membantah, mereka segera bergerak membantu warga. Beberapa saat kemudian, Amel dan Sarah datang.

"Apa yang terjadi?" tanya Sarah cemas.

"Tiba-tiba seekor monster muncul dari laut. Raida menghadapinya sendirian dan menyuruh kami evakuasi," balas Zeks.

"Tapi ada yang aneh dengannya," gumam Rey.

"Aneh? Maksudmu apa?" tanya Amel.

"Dia seperti menyembunyikan sesuatu dari kita. Saat melawan monster tadi, aku melihat senyuman di wajahnya..." ujar Rey

RAWR!!!

Raungan monster kembali terdengar, lebih keras dari sebelumnya. Tanpa pikir panjang, Amel berlari ke arah Raida.

"Amel!" teriak Sarah mencoba menghentikannya.

"Amel" teriak Sarah

Pertarungan Raida dan monster berlangsung sengit. Dengan kecepatan kilat, Raida melompat ke udara, menancapkan pedangnya ke kepala monster. Makhluk itu meraung kesakitan, menggeliat liar untuk melepaskan diri.

RAAWRRR!!!

Pertarungan Raida dan monster berlangsung sengit. Dengan kecepatan kilat, Raida melompat ke udara, menancapkan pedangnya ke kepala monster. Makhluk itu meraung kesakitan, menggeliat liar untuk melepaskan diri.

"Monster yang cukup sulit dikendalikan," desah Raida.

"Raida!" teriak Amel dari kejauhan sambil berlari menghampirinya.

"Bagaimana keadaan penduduk?" tanya Raida.

"Semua sudah aman. Rey dan Zeks berhasil mengevakuasi mereka... Tapi monster apa ini? Kenapa jam Veylock kami tidak mendeteksinya?" tanya Amel.

Sarah, Zeks, dan Rey pun menghampiri mereka.

"Pas sekali kalian datang. Aku memang ingin memberitahu sesuatu," ujar Raida.

"Apa yang akan kau beritahu padanya?" tanya Sarah.

"Kenapa jam Veylock kalian tidak berfungsi, monster apa ini, dan tentang sejarah yang selama ini disembunyikan," jawab Raida.

"Sejarah yang disembunyikan?" Rey mengulang dengan kaget.

Raida mengangguk. "Monster ini berasal dari zaman kuno. Sepertinya ia terbangun ketika aku menjelajahi dasar laut."

"Zaman kuno?... Jadi sudah ada monster sejak dulu di bumi?" tanya Amel.

"Ya. Sejak dulu umat manusia sudah berdampingan dengan monster... dan juga Alien. Bahkan saat ini pun, ada banyak Alien yang hidup di bumi bersama manusia," jelas Raida.

"Lalu kenapa jam Veylock kami tidak bisa mendeteksi mereka? Bukankah jam itu dibuat untuk mendeteksi energi asing?" tanya Zeks.

"Karena mekanisme jam kalian hanya mendeteksi ancaman tertinggi bagi planet ini. Selama monster atau Alien tidak menimbulkan ancaman besar, jam itu tidak akan bereaksi. Bahkan tindakan kecil mereka juga tidak akan terdeteksi," kata Raida.

"Tindakan kecil?... Seperti apa maksudmu?" tanya Amel.

"Merampok, menculik... bahkan membunuh. Selama tidak lebih dari lima puluh orang dalam waktu singkat, jam itu tidak akan bereaksi."

"Jadi begitu..." gumam Amel.

Raida menatap mereka serius. "Dan ada satu hal lagi yang harus kubicarakan... tentang umat manusia."

"Memang ada apa dengan manusia?" tanya Amel.

"Pada zaman dahulu... jutaan tahun yang lalu, umat manusia sebenarnya adalah peradaban maju. Bahkan mereka adalah salah satu ras terkuat. Hampir setengah populasi manusia saat itu memiliki peringkat S."

Mereka semua terdiam, terkejut dengan pengakuan itu.

"Lalu kenapa umat manusia sekarang menjadi sangat lemah?" tanya Sarah.

Raida menarik napas panjang.

"Itu karena... ada sebuah perang besar di masa lalu. Perang yang hampir memusnahkan umat manusia pada masa itu. Hanya sedikit yang berhasil bertahan, dan dari merekalah generasi manusia sekarang berasal. Namun, kekuatan yang dulu pernah dimiliki... ikut terkubur bersama sejarah yang dilupakan."

Raida menatap mereka satu per satu, lalu melanjutkan dengan suara lebih dalam.

"Meski begitu... tidak semua kekuatan itu benar-benar hilang. Ada sebagian kecil dari mereka yang masih mewarisi kekuatan kuno tersebut. Mereka hidup tersembunyi di antara manusia di Bumi... dan ada juga yang memilih meninggalkan Bumi, menyebar ke berbagai penjuru galaksi."

Rey mengepalkan tangannya. "Jadi, ada pihak yang sengaja membuat manusia melupakan kekuatannya?"

Raida menatap jauh ke arah laut yang berombak. "Benar... jejak perang itu masih ada hingga sekarang. Monster yang baru saja kalian lihat hanyalah satu dari sekian banyak peninggalan masa lalu."

Amel menatap Raida dengan sorot tajam. "Kalau begitu... apa yang sebenarnya kau sembunyikan dari kami, Raida?"

Raida terdiam beberapa saat. Sebuah senyuman samar muncul di wajahnya, namun matanya menyiratkan kesungguhan.

"Percayalah... waktunya akan tiba. Dan ketika saat itu datang, kalian sendiri yang akan mengetahui segalanya. Oleh karena itu, kalian harus menjadi lebih kuat dari sekarang."

Mereka terdiam, saling berpandangan, seolah mencoba mencerna maksud dari kata-kata Raida.

Raida lalu berbalik menghadap lautan. "Ada banyak hal yang masih tersembunyi di dasar laut ini. Monster tadi hanyalah awalnya saja. Jika kita ingin menemukan kebenaran... kita harus menyelidikinya lebih dalam."

"Dasar laut?" Zeks mengulang dengan heran.

"Ya," jawab Raida mantap. "Tempat itu menyimpan rahasia yang bahkan tidak pernah disentuh manusia modern. Kerangka, senjata, mungkin juga sisa-sisa peradaban kuno. Semua menunggu untuk ditemukan."

Rey menatap laut dengan raut serius. "Kalau begitu... kau ingin kami ikut menyelam bersamamu?"

Raida mengangguk. "Benar. Mulai dari sekarang, kita akan mencari hal-hal yang belum ditemukan. Bukan hanya untuk mengungkap masa lalu... tapi juga untuk mempersiapkan masa depan."

Amel mengepalkan tangannya dengan tekad. "Kalau begitu, kami ikut. Apa pun yang ada di bawah sana, kita akan hadapi bersama."

Siang itu, Raida mengajak Amel, Rey, Zeks, dan Sarah ke tepi pantai. Ombak berkilauan di bawah terik matahari, suasana seolah tak mengisyaratkan apa pun yang mencurigakan.

"Baik, kita turun sekarang," ucap Raida tegas.

Mereka berlima melesat ke dalam laut. Air biru cerah segera menelan tubuh mereka, dan makin lama cahaya matahari yang menembus permukaan semakin redup.

Semakin dalam mereka menyelam, hanya kesunyian yang terdengar. Sesekali ikan-ikan besar melintas, dan bayangan karang raksasa terlihat samar. Namun selain itu... tidak ada apa pun.

Amel mengerutkan dahi. "Ini... kosong. Tidak ada yang aneh."

Zeks ikut menoleh ke sekeliling. "Padahal kau bilang ada sesuatu di dasar laut, Raida."

Raida mengangguk pelan. "Benar. Waktu aku sendirian, aku menemukan kerangka monster di dalam gua. Tapi sekarang... guanya sudah runtuh. Hanya tersisa reruntuhan batu yang tertimbun."

Rey menatap ke arah dasar gelap. "Jadi, tidak ada yang bisa kita periksa lagi?"

Raida diam sejenak, lalu berkata lirih, "Sepertinya begitu. Laut ini memang menyimpan sesuatu, tapi tidak akan mudah ditemukan. Ada hal-hal yang sengaja dikubur agar tidak terlihat oleh manusia."

Sarah menarik napas panjang, lalu menatap Raida. "Kalau begitu, apa langkah kita selanjutnya?"

Raida memandang mereka dengan sorot tajam. "Kita belum menemukan apa-apa hari ini. Tapi cepat atau lambat, rahasia yang terkubur akan menampakkan dirinya. Dan saat itu terjadi... kita harus siap."

More Chapters