BAB 2 — Surat Tak Bertanda Nama
Satu minggu setelah kedatangan Bima, Aira menemukan secarik kertas di laci mejanya. Isinya sebuah puisi pendek:
"Ada cahaya di matamu,Tapi kau sembunyikan di balik diam.Jika aku berani bicara,Maukah kau mendengar aku?"
Tidak ada nama. Tidak ada tanda. Tapi entah kenapa, Aira yakin—itu dari Bima.
Hari-hari berikutnya, puisi-puisi itu terus datang. Tulisannya halus, kalimatnya sederhana tapi penuh perasaan. Aira penasaran, tapi juga takut berharap.
Apa ini cinta yang pelan-pelan tumbuh… atau hanya permainan iseng?