LightReader

Chapter 24 - Kembalinya Sosok Gelap untuk Balas Dendam

BAB 24 – Perjanjian yang Retak

Malam itu, udara di toko ramuan terasa berbeda.

Aeryn duduk sendiri di lantai kayu, lututnya ditarik ke dada, rambut panjangnya terurai, dan gaun hitamnya tampak kusut oleh amarah dan tangis yang telah tumpah.Di pojok ruangan, belati hitam berisi runa tergeletak, tak bersinar seperti biasanya.

Kael telah pergi.Setelah pelukan itu, setelah air mata dan kata-kata yang tak selesai, Aeryn meminta satu hal:

"Biarkan aku sendiri malam ini."

Dan Kael menuruti. Karena di mata Aeryn saat itu, ada badai yang bahkan dia tidak bisa jangkau.

Di sekeliling Aeryn, kabut hitam mulai berputar.

Bukan seperti biasanya—kali ini, ia berputar lebih cepat, lebih liar.Dari kabut itu, muncul suara. Bukan suara manusia. Bukan suara dari dunia ini.Tapi suara dari kegelapan yang membangkitkannya lima tahun lalu.

"Kau melemah.""Perasaanmu padanya masih hidup.""Itu melanggar perjanjian."

Aeryn memejamkan mata, berusaha menahan gemetar di tangannya.

"Aku tidak memintamu bicara," bisiknya dingin.

Tapi kabut itu mengabaikan. Ia menebal, lalu membentuk siluet hitam seperti sosok berjubah, tanpa wajah, tapi dengan mata merah menyala.

"Kau milikku. Jiwa dan tubuhmu. Kau dihidupkan untuk membalas dendam—bukan untuk mencintai kembali musuhmu."

Aeryn berdiri perlahan.Wajahnya pucat, tapi matanya kini bukan perak dingin semata—ada bara di sana.

"Aku hidup karena aku ingin mereka menderita," katanya dengan suara gemetar. "Tapi… malam ini, aku merasa hidup karena aku merasakan sesuatu lagi."

Kabut di sekitarnya bergemuruh, seperti badai dalam ruangan.

"Rasa itu akan menghancurkanmu. Jika kau tidak menyelesaikan dendammu, kau akan kehilangan semua kekuatan ini. Kau akan lenyap. Kembali menjadi abu."

Aeryn terdiam.

Bayangan wajah Kael muncul di benaknya—wajah penuh sesal, pelukan hangat yang tidak ia sangka masih bisa menyentuh hatinya.Namun bayangan itu disusul dengan ingatan lain—api, jeritan, pengkhianatan.

"Aku…" suara Aeryn bergetar."Aku tidak tahu siapa diriku sekarang. Penuntut balas? Atau hanya wanita yang pernah disakiti terlalu dalam?"

Kabut itu mendekat.

"Pilihannya hanya dua: Selesaikan balas dendammu… atau lenyap bersama rasa yang tak akan diselamatkan."

Tiba-tiba, belati hitam itu terangkat sendiri.

Runa-runa menyala liar, dan terlempar ke dinding, menciptakan retakan hitam seperti akar gelap.Tanah bergetar halus, dan lilin-lilin padam satu per satu.

Aeryn tersungkur, tubuhnya mulai gemetar.Urat-urat hitam muncul di kulit tangannya—tanda bahwa kekuatan gelap dalam dirinya mulai menuntut harga.

"Jika aku memilih cinta… aku akan kehilangan semuanya."

"Jika aku memilih balas dendam… aku akan kehilangan diriku sendiri."

Dan untuk pertama kalinya… Aeryn merasa takut.

Takut bukan pada kematian, tapi pada kenyataan bahwa ia mulai kehilangan arah.Bahwa rasa sakit dan cinta telah membentuknya menjadi sesuatu yang ia sendiri tidak mengerti lagi.

Di tempat lain, Kael berdiri di balkon markas, menatap langit malam.Hatinya gelisah. Ia bisa merasakan sesuatu berubah—seolah badai akan datang, dan ia tak tahu apakah ia harus melawan… atau bertahan.

More Chapters