Dunia yang Sephiroth ukir dengan tangannya kini mulai merasakan gelombang guncangan dari dua arah yang tak terduga. Di Forks, Alice Cullen semakin mendekati kebenaran mengerikan tentang Adrian, sosok yang ia cintai namun ia curigai adalah penguasa berbayang di balik kedamaian yang aneh ini. Sementara itu, di belahan dunia lain, Cadis Etrama di Raizel, sang Noblesse yang Agung, telah sepenuhnya terjaga dan memulai langkahnya untuk memahami dan menghadapi penguasa baru dunia. Benang-benang takdir dari semesta Twilight dan Noblesse mulai kusut, menuju sebuah konvergensi yang tak terhindarkan.
Jejak-Jejak Sang Pembantai
Alice, didorong oleh obsesi dan firasat yang semakin kuat, terus menggali. Ia menggunakan setiap kemampuan vampirnya—kecepatan, indra tajam, dan visi—untuk melacak jejak samar Adrian. Dengan bantuan Edward, yang masih belum bisa menembus pikiran Adrian namun bisa merasakan keunikan auranya, mereka mulai menyatukan kepingan teka-teki.
Alice menemukan catatan-catatan sejarah yang lebih kuno, mitos-mitos yang selama ini dianggap legenda belaka, dari berbagai peradaban. Ia menemukan pola: kemunculan sosok misterius dengan rambut perak dan mata tajam yang selalu membawa kehancuran dan kemudian "kedamaian" paksa. Sosok yang sama sekali tidak menua, selalu muncul di titik-titik balik sejarah dunia. Ia melihat bisikan-bisikan tentang "The One Sang Pembantai" dari benua timur, sebuah entitas yang sangat kuat dan kejam, yang konon telah menghancurkan ras dan menciptakan Kerajaan Crimson yang tersembunyi.
Visi-visi Alice menjadi semakin jelas, namun juga semakin menakutkan. Ia melihat kilatan-kilatan Masamune, pedang panjang yang memancarkan aura kehancuran, di tangan sosok yang sama persis dengan Adrian. Ia melihat Adrian mengenakan jubah hitam dan topeng putih polos Sang Guru Berbayang, memimpin pasukan The Veil. Alice menyadari bahwa pria yang telah mengisi kehampaan visinya dan yang ia yakini adalah manusia biasa, sesungguhnya adalah entitas kuno yang paling berbahaya di dunia. Ketakutan merayapinya, namun rasa ingin tahu dan semacam ikatan emosional yang aneh masih mengikatnya pada Adrian. Ia harus tahu mengapa.
Raizel Melangkah ke Dunia Modern
Di sisi lain, Raizel mulai beradaptasi dengan dunia modern. Dengan Frankenstein di sisinya, ia memasuki kehidupan sekolah, mengamati manusia dan teknologi mereka yang canggih. Ia bertemu dengan Tao, Takeo, dan M-21, yang kemudian menjadi pengawal setia dan teman-temannya. Ia merasakan energi mereka, ikatan mereka dengan manusia, dan melihat potensi yang mereka miliki.
Namun, Raizel juga merasakan adanya penindasan halus di seluruh dunia. Lifestream, sumber kehidupan dan energi di bumi, terasa tercekik. Ia merasakan keberadaan Union, organisasi yang memanipulasi dunia dari bayangan, menciptakan Manusia Modifikasi, dan melakukan eksperimen kejam. Raizel menyadari bahwa Union ini adalah perpanjangan tangan dari kekuatan yang lebih besar, sebuah kontrol yang ia identifikasi sebagai The One Sang Pembantai.
Ia merasakan jejak energi The One di setiap sudut dunia, sebuah dominasi yang telah berlangsung ribuan tahun. Raizel tidak lagi merasakan ancaman langsung dari Union seperti yang ia rasakan dari kekuatan yang mengendalikan mereka. Ia tahu Union hanyalah bidak. Tujuannya adalah menghadapi pemain utama.
Ia mulai memberikan instruksi kepada Frankenstein. Bukan hanya untuk melindungi teman-temannya, tetapi juga untuk secara diam-diam mengumpulkan informasi tentang entitas yang mengendalikan Union, tentang The Veil, dan tentang Kerajaan Crimson yang samar-samar ia rasakan keberadaannya. Raizel, dengan kekuatan Blood Field-nya yang mulai ia gunakan, secara halus mulai mengganggu operasi Union, membebaskan orang-orang yang diperbudak, dan mengirimkan pesan yang jelas kepada penguasa bayangan: ia telah bangun.
Dua benua, dua ancaman. Sephiroth, yang mengira ia telah mencapai kedamaian mutlak, kini harus menghadapi seorang visioner yang telah menemukan sebagian kebenarannya, dan seorang Noblesse yang terbangun dari tidur ribuan tahun, siap untuk menghancurkan dominasinya. Badai besar akan segera datang, bukan lagi hanya dari Volturi, melainkan dari kedalaman sejarah dan takdir itu sendiri.