LightReader

Chapter 13 - Chapter 12 – Peluang Retas Sistem

Retakan telah menyebar.

 

Di Marevia, orang-orang mulai mimpi—sesuatu yang sudah puluhan tahun dilarang sistem. Beberapa bangun dengan air mata, tak tahu mengapa. Beberapa menatap langit dan merasa ada yang hilang… padahal mereka tidak tahu apa.

Sistem berusaha menambal, tapi terlalu banyak yang runtuh sekaligus. Dan di tengah kekacauan itu, hanya satu hal yang bisa menuntaskan semuanya: virus kesadaran.

Di ruang bawah tanah Drexan, Kalea berdiri di depan peta holografik jaringan utama. Elior menunjukkan jalur sisa—celah kecil di antara dua server pusat, yang masih terhubung dengan seluruh neuro-core Velaris.

"Kalau kalian berhasil menyusupkan virus ke titik ini," katanya sambil menunjuk titik merah, "semua lensa di seluruh kota akan terinfeksi. Setiap orang… akan mulai merasa."

Auren duduk di sudut, lebih tenang dari hari-hari sebelumnya, tapi dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak. Seperti seseorang yang tahu ia harus melompat, tapi belum yakin akan jatuh atau terbang.

Kalea menatapnya. "Kau yakin bisa?"

Auren tidak langsung menjawab. Ia memandangi tangannya sendiri, lalu berkata pelan, "Aku tidak yakin. Tapi aku lebih takut membiarkan dunia terus tidur… daripada gagal membangunkannya."

Mereka berangkat malam itu. Jalur yang mereka tempuh bukan hanya berbahaya secara fisik—dipenuhi sistem keamanan lama yang masih aktif—tapi juga secara mental. Auren mulai mendengar suara-suara lama: ucapan sistem, suara dirinya sendiri yang dulu, bahkan potongan kenangan dari simulasi.

Tapi Kalea ada di sana. Setiap kali ia goyah, ia genggam tangannya.

Akhirnya mereka tiba. Sebuah ruang putih steril, dengan pusat data yang berputar seperti jantung transparan. Terminal berada di tengah—berpendar merah, seperti luka yang belum disentuh.

Kalea membuka tasnya, mengeluarkan perangkat virus.

"Aku bisa lakukan ini," katanya.

Auren menggeleng. "Biar aku."

Ia maju. Tangannya gemetar, tapi matanya mantap. Virus itu kecil—hanya sekeping data. Tapi berisi ribuan potongan memori: tangisan, kemarahan, rasa kehilangan… semua yang selama ini diredam. Sekali masuk, semua orang akan merasakan apa yang pernah mereka lupakan.

Ia memasukkannya ke port data.

Layar menyala.

"Upload dimulai."

Tapi mendadak, alarm berbunyi. Pintu di belakang mereka terbuka.

Penjaga Kesadaran masuk—bukan satu, tapi lima. Mata merah menyala. Tak ada peringatan. Tak ada negosiasi.

"Lari!" teriak Kalea.

Auren tetap di tempat. Tangannya masih menahan koneksi.

"Auren!" Kalea menjerit. Tapi ia tahu—kalau mereka cabut sekarang, upload gagal. Jika Auren bertahan… mungkin dunia berubah.

Auren menoleh. Wajahnya tidak lagi polos. Tidak lagi bingung.

Tapi juga tidak sepenuhnya stabil.

"Aku akan selesai di sini," katanya. "Kau… kau harus pergi. Kalau tidak, tak ada yang tersisa dari kita."

Kalea menatapnya. Ada banyak yang ingin dia katakan. Tapi ia hanya mengangguk.

Dan berlari.

 

More Chapters