LightReader

Chapter 7 - Suatu Hari Di Masa Depan

Bab 7: Cinta yang Tak Perlu Menyelamatkan

Hujan mengguyur keras.

Lana berdiri diam di tepi jalan, pakaian basah menempel di tubuhnya. Di seberangnya, Rael muda jatuh tersungkur di trotoar, darah mengalir dari pelipisnya. Matanya mencari-cari—mencari seseorang.

"Lana!" suaranya penuh ketakutan. "Tolong aku…"

Hatinya mencengkeram. Kaki Lana hampir melangkah. Hampir.

Tapi ia mengingat segalanya.

Dunia masa depan yang kosong. Dirinya yang terbelah. Surat Rael. Dan air mata yang tak pernah diizinkan jatuh.

"Jika aku menyelamatkannya lagi... sejarah akan berulang."

Tapi jika ia membiarkan Rael mati, cinta itu akan hilang… selamanya.

Lana mengepalkan tangan. Tubuhnya gemetar.

"Apa cinta berarti menyelamatkan?" gumamnya."Atau… membiarkan seseorang memilih takdirnya sendiri?"

Kerusuhan makin dekat. Orang-orang berlarian. Polisi mulai menembakkan gas air mata. Rael menatap Lana dari seberang jalan, kebingungan. Tapi ia belum sadar siapa gadis itu. Belum tahu kisah yang menunggu mereka—atau kehancuran yang pernah mereka bangun bersama.

Lana berbisik pelan pada dirinya sendiri:

"Rael yang mencintaiku… bukan dia. Itu versi dari masa depan yang kehilangan empati demi melindungiku."

"Dan cinta… tak seharusnya melukai siapa pun untuk bertahan."

Lana berbalik.

Ia berjalan menjauh, melewati lampu kota, suara sirine, dan semua kenangan yang belum sempat terjadi.

Ia menangis.

Tapi untuk pertama kalinya, ia merasa bebas.

Hari berganti. Lana duduk di taman kampus, mengenakan hoodie abu-abu, secangkir kopi di tangannya. Dunia berjalan seperti biasa. Tanpa teknologi masa depan. Tanpa cermin waktu. Tanpa kapsul dan ruang steril.

Dan tanpa Rael.

Tapi ia tetap tersenyum.Karena ia masih ada. Utuh. Tak terbagi. Tak lagi jadi eksperimen waktu.

Di ponselnya, ia menulis catatan kecil:

"Aku memilih untuk tidak menyelamatkanmu…agar aku bisa menyelamatkan diriku sendiri."

More Chapters