LightReader

Chapter 6 - Bangku Kosong di Kelas 12

Bab 6: Teman Kos yang Jadi Tumbal

Ayla memandangi foto itu dengan tangan gemetar.

Foto teman kosnya, Laras, sedang tidur pulas di kasur, terlihat biasa…Tapi di pojok ruangan, jika diperhatikan baik-baik—ada bayangan hitam berdiri diam, tak berbentuk, hanya dua mata merah samar yang mengarah tepat ke kamera.

"Mereka sudah mengirim peringatan," gumam Ayla."Bukan cuma ke aku… tapi ke siapa pun yang dekat denganku."

Laras yang Mulai Berubah

Sejak hari itu, Laras menjadi aneh. Pendiam. Sering menatap sudut kosong kamar, dan kadang berbicara pelan sendiri.

Saat Ayla bertanya, Laras hanya menjawab:

"Mereka bilang aku tidak akan merasa sakit kalau aku ikhlas…"

Ayla panik. Ia tahu, roh Siska tidak sedang menyakiti Laras, tapi 'mereka'—yang masih hidup—mengirim sesuatu ke tubuh Laras.

Satu malam, Ayla mendengar suara Laras menangis dalam tidur. Saat masuk ke kamarnya, lantai penuh bekas telapak kaki basah.

Dan di cermin, tertulis dengan lipstik:

"Satu nyawa harus jatuh agar satu rahasia tetap diam."

Buku yang Semakin Berat

Buku catatan merah kini makin tebal. Ayla tidak pernah menambahkan halaman, tapi setiap ia membuka... selalu ada lembar baru.

Di halaman ke-21, tertulis:

"Aku bukan satu-satunya korban. Sebelum aku… ada Sari tahun 2015, dan Elsa tahun 2012. Semua pindahan. Semua hilang."

"Bu Wati sudah melakukan ini selama 15 tahun."

Dan di pojok bawah halaman itu tertempel potongan seragam SMA... dengan noda darah yang telah kering bertahun-tahun.

Jebakan di Bangku Kosong

Keesokan harinya, Ayla memberanikan diri kembali duduk di bangku belakang itu—bangku milik Siska—untuk pertama kalinya setelah semua penglihatan itu.

Saat ia duduk, ruangan tiba-tiba menjadi dingin, dan dari dalam meja, ia menemukan sesuatu yang aneh:

Sebuah kunci besi tua, dan tulisan kecil:

"Gunakan kunci ini untuk membuka ruang arsip sekolah. Di sana, kau akan temukan catatan mereka semua.""Tapi ingat… kunci itu juga membuka sesuatu yang dikurung."

Ruang Arsip dan Waktu yang Terhenti

Malam harinya, Ayla menyelinap ke sekolah lagi. Kali ini tujuannya jelas: membuka ruang arsip.

Dengan kunci itu, pintu besi tua terbuka perlahan… berderit seperti jeritan.

Ruang arsip berdebu, penuh kotak dokumen tua. Tapi satu hal yang membuat Ayla gemetar: semua jam dinding di ruangan itu berhenti di jam yang sama—02:17.

Dan di dalam salah satu laci, ia menemukan file kematian resmi atas nama Siska… yang ditandatangani Bu Wati sendiri.

Padahal menurut catatan resmi sekolah, Siska "pindah sekolah."

More Chapters