LightReader

Chapter 57 - Chapter 57 – The Ring’s Breath

Chapter 57 – The Ring’s Breath (Napas Sang Cincin)

Kotak pun dibuka dengan gerakan lambat, memperlihatkan sebuah pedang ramping berwarna perak dengan pola awan mengalir di sepanjang bilahnya. Aura tajam terpancar dari setiap lekukan pedang itu.

“Pedang Awan Senyap,” ucap pria tua itu. “Ditempa dengan campuran logam perak langit dan es kristal dari Utara. Mampu memperkuat aliran spiritual pemiliknya dan meluncur cepat dalam serangan bertubi. Hanya mereka yang telah membuka pembuluh spiritual dapat mengaktifkan kekuatannya sepenuhnya. Namun, bagi mereka yang belum… kecepatan dan ketajamannya tetap luar biasa.”

Bisik-bisik mulai terdengar di antara peserta pelelangan. Beberapa tatapan berubah menjadi serius, terutama dari peserta yang mengenakan jubah kultivasi pemula.

Vuyei mencuri pandang pada Zienxi, tetapi tidak berkata apa-apa. Ia tahu kakaknya tidak terlalu tertarik dengan senjata luar, setidaknya belum.

Salah seorang pria muda di barisan depan mengangkat tangan.

“Empat puluh batu logam!”

Seorang wanita tua di barisan kiri langsung menyahut,

“Empat puluh lima!”

“Lima puluh!”

“Lima puluh dua!”

Suasana menjadi panas dalam sekejap. Harga terus merangkak naik, seolah semua orang menginginkan senjata itu sebagai bagian dari awal perjalanan kultivasi mereka.

Zienxi dan Vuyei tetap diam mengamati, tak satu pun dari mereka ikut dalam persaingan. Mereka hanya menjadi saksi dari betapa berartinya kekuatan… bahkan sebelum kekuatan itu.

Suasana pelelangan masih diliputi hawa panas. Para kultivator saling melirik tajam, mulut mereka sibuk berdiskusi dengan suara pelan, namun ketegangan memenuhi udara. Namun tiba-tiba, dari sisi kiri, terdengar suara lembut namun jelas:

“Enam puluh batu logam,” ucap seorang wanita dengan suara tenang.

Semua kepala menoleh. Lian Roushi berdiri, tatapannya mantap, suaranya tak meninggi namun membawa tekanan yang menenangkan sekaligus menggertak. Dalam sekejap, keributan pun mereda. Tidak seorang pun berani menawar lebih.

Pria tua berjubah hijau itu mengangguk cepat dan berkata dengan hormat, “Diterima. Senjata ini menjadi milikmu, Nona.”

Ia menyerahkan senjata tersebut ke Lian Roushi. Tanpa banyak bicara, Roushi menyimpannya ke dalam kantong spiritual miliknya, lalu kembali duduk dengan tenang di tempatnya. Riuh rendah para penawar kembali muncul setelah diam sesaat.

Pelelangan pun dilanjutkan.

Kali ini, seorang pria tua membawa keluar sebuah senjata lainnya pedang yang mengeluarkan kilau tipis kehijauan. Dengan suara parau ia mengumumkan:

“Pedang Perisai Bayangan. Harga mulai dari lima puluh batu logam... atau satu batu roh.”

Orang-orang mulai berbisik. Beberapa tampak tertarik, tapi tak satu pun yang mengambil pilihan batu roh, mereka terlalu berharga. Suara penawaran segera terdengar.

“Lima puluh lima batu logam.”

“Lima puluh delapan!”

“Enam puluh dua!”

Namun tiba-tiba, dari sisi kiri yang sama, sebuah suara menyelusup tenang namun penuh percaya diri:

“Enam puluh lima batu logam,” ucap seorang pria muda sambil tersenyum ramah.

Semua mata tertuju pada sosok yang berbicara, Shou Lin. Meski senyumnya bersahabat, auranya memancarkan kekuatan yang tersembunyi.

Para kultivator saling berpandangan, lalu mengendurkan niat mereka.

“Aku mundur.”

“Tak layak melawan dia.”

Pria tua pun segera mengangguk, “Pedang ini jatuh pada Saudara Shou Lin.”

Shou Lin menerima pedang tersebut, menatapnya sebentar seakan menilai kualitasnya, lalu memasukkannya ke dalam kantong penyimpannya dengan tenang.

Tak lama, senjata ketiga pun dikeluarkan sebuah tombak dengan ukiran naga di sepanjang batangnya. Suaranya bergetar pelan saat diletakkan di atas meja, memancarkan aura tajam yang menusuk.

“Senjata ketiga, Tombak Ekor Naga. Nilai awal tujuh puluh batu logam.”

Suara-suara penawar kembali memenuhi ruangan.

“Tujuh puluh dua!”

“Tujuh puluh lima!”

“Tujuh puluh tujuh!”

Vuyei dan Zienxi masih duduk diam di tempat mereka. Vuyei yang sedari tadi memperhatikan harta-harta itu, kini memiringkan kepalanya dan berbisik pelan pada kakaknya.

“Kak... apakah kita hanya mencari pil saja? Tidak tertarik harta lain?”

Zienxi tidak mengubah ekspresinya. “Kita lihat nanti,” jawabnya tenang.

Lian Roushi yang duduk tak jauh dari mereka ikut memperhatikan. Tatapannya menyapu ke arah keduanya sebelum bertanya dengan suara pelan namun jelas.

“Apa yang kalian cari?”

“Cuma sebuah pil,” jawab Vuyei sambil menoleh singkat. Roushi mengangguk, lalu kembali menatap arena pelelangan. Sesaat, matanya menyapu Zienxi yang tetap tenang dan tak bergeming sejak tadi.

Tombak itu akhirnya jatuh ke tangan seorang kultivator berjubah merah seharga tujuh puluh lima batu logam.

Pelelangan berlanjut.

Kali ini, pria tua mengeluarkan benda lain, bukan senjata, tapi harta spiritual. Sebuah kipas berwarna gelap, dengan sisi-sisinya yang tajam seperti belati. Aura angin mengalir lembut darinya, namun terasa bisa memotong udara itu sendiri.

“Kipas Angin Bayangan, kualitas menengah. Harga awal tujuh puluh batu logam.”

Sorotan mata Vuyei mengarah pada kipas itu. Ada sinar ketertarikan yang tak bisa ia sembunyikan. Zienxi yang duduk di sebelahnya memperhatikan ekspresi adiknya dengan tatapan lembut namun tenang.

Suara para penawar kembali menggema.

“Tujuh puluh lima batu logam!”

“Delapan puluh!”

“Delapan puluh lima!”

Namun saat hiruk pikuk suara itu masih membuncah, sebuah suara datar, lembut, namun menggema dalam benak setiap orang terdengar:

“Sembilan puluh batu logam.”

Semua orang terdiam. Suara itu terasa menekan, tak membutuhkan mantra atau teriakan, tapi merambat seperti aliran air dingin ke telinga setiap kultivator. Mereka serempak menoleh.

Zienxi.

Pemuda itu duduk santai, posturnya tak berubah, namun sorot matanya menyala dengan keyakinan kuat.

Vuyei menoleh padanya dengan tatapan terkejut. Ia bahkan tidak menyangka kakaknya akan menawar.

Lian Roushi juga ikut tercengang. Zienxi yang sejak tadi tak bersuara, tiba-tiba muncul sebagai penawar terakhir. Begitu pula para kultivator lainnya diam dalam kekagetan.

Pria tua pelelang mengangguk tanpa berpikir dua kali.

“Diterima. Kipas ini jatuh kepada pemuda di sana.”

Ia menyerahkan kipas itu kepada Zienxi, yang langsung menyimpannya dengan tenang... lalu mengeluarkannya kembali dan menyerahkannya kepada Vuyei.

“Untukmu,” katanya singkat.

Vuyei menerima kipas itu dengan mata bersinar, wajahnya berseri.

“Terima kasih, Kak!” ucapnya penuh kebahagiaan.

Ia segera menyimpannya dengan hati-hati ke dalam kantong spiritualnya, senyum kecil tak lepas dari wajahnya.

Lian Roushi memperhatikan adegan itu dengan seksama. Dalam hatinya ia bergumam pelan:

“Di balik diamnya... ternyata dia kakak yang begitu peduli. Tak perlu kata, tindakannya sudah cukup menyentuh.”

Suasana pelelangan terus berlangsung dalam gemerlap Paviliun Xu. Lelaki tua berjubah hijau yang menjadi pemimpin lelang itu melanjutkan sesinya dengan tenang. Kali ini, ia mengangkat sebuah botol kecil berwarna kebiruan, berisi ramuan yang memancarkan aroma tajam namun menyegarkan.

“Ramuan Pemurni Darah. Menghilangkan racun minor dalam darah, mempercepat proses penyembuhan luka dalam, dan memperkuat aliran nadi dalam tahap awal kultivasi. Harga awal 80 batu logam... atau 4 roh,” katanya sambil mengangkat tinggi botol tersebut.

Suara-suara penawaran kembali bergema memenuhi aula. “45 batu logam!”

“Lima puluh!”

“4 batu roh!” terdengar suara dari sisi kiri, tajam dan mantap. Semua mata langsung menoleh.

Itu Jian Rou.

Lelaki tua berjubah hijau tersenyum dan mengangguk. “Empat batu roh, terjual!”

Beberapa saat kemudian, ia mengeluarkan ramuan lainnya. Ramuan berwarna ungu gelap dalam botol kristal kecil.

“Ramuan Penyatu Aliran Qi. Bermanfaat dalam membuka simpul stagnan di jalur meridian bawah. Harga tetap, empat batu roh.”

Penawaran kembali berlangsung cepat, dan seperti sebelumnya, ramuan itu pun terjual tanpa banyak keributan.

Namun, ketenangan itu hanya sekejap.

Lelaki tua itu mengangkat sesuatu yang berbeda kali ini. Bukan ramuan cair, melainkan pil yang disegel dalam wadah pelindung berbentuk lingkaran perunggu dengan simbol formasi terukir di permukaannya.

“Pil Aktivasi Nadi! Sangat berguna bagi mereka yang ingin membuka potensi awal dalam tahap Pembukaan Pembuluh Spiritual,” ucapnya dengan suara berwibawa. “Harga awal, 100 logam... atau 6 batu roh!”

Suara kecil terdengar dari beberapa sudut.

“6 batu roh.”

“Enam setengah.”

“Tujuh!”

“8 batu roh!”

Zienxi, yang sejak awal duduk tenang dengan kedua tangan terlipat di pangkuannya, membuka matanya perlahan. Ia masih mengingat jelas, dua puluh batu roh yang diberikan oleh Tetua Miwa sebelum keberangkatan mereka. Sesuatu dalam dirinya terasa... bergolak.

Lalu, saat suasana menjadi hening, suara tenang dan datar terdengar dari sisi kiri paviliun.

“...Sembilan batu roh.”

Semua kepala berputar dengan cepat.

Itu dia. Pemuda asing yang sejak awal telah menarik perhatian.

Zienxi.

Wajah-wajah para peserta melebar dalam keterkejutan. Lian Roushi menatapnya dengan mata menyipit. Jian Rou mengangkat alisnya. Rui Fei dan Shou Lin tampak semakin tertarik. Lelaki tua pemimpin lelang bahkan tampak menahan napas sesaat, lalu tersenyum hendak mengetuk palu.

Namun sebelum suara palu terdengar, dari sisi kanan aula, suara lantang memotong keheningan.

“Sepuluh batu roh.”

Seorang pria berbadan besar dengan pakaian gelap berdiri, memandang Zienxi dengan tatapan sinis dan senyuman mengejek di sudut bibirnya.

Zienxi mengangkat kepalanya perlahan, matanya tenang seperti permukaan danau. Ia membuka mulutnya dengan ringan.

“Sebelas.”

Tawa kecil terdengar dari pria tadi. “Dua belas batu roh.”

Zienxi masih belum bergeming. “Tiga belas.”

Paviliun menjadi senyap, tekanan di udara terasa meningkat.

Pria itu kembali melawan. “Empat belas batu roh!”

Namun saat itu juga, sesuatu berubah.

Di dalam kantong spiritual Zienxi, Cincin Akar Roh bergetar pelan… lalu meledak dengan kekuatan aura yang mengerikan.

More Chapters