Satu tangannya yang bebas Evelyn gunakan untuk mencengkeram dan memelintir tangan gadis itu, membuatnya berteriak kesakitan dan terduduk lemas. Sedangkan Ginna menjaga Evelyn dari sergapan para pelayan Boyle.
Gadis itu terduduk dengan wajah memerah malu dan marah. Sebagai putri keluarga Boyle, dia tidak pernah menerima penghinaan semacam ini.
Selama ini keinginannya selalu dituruti hingga membuatnya tidak mengetahui seberapa luas dunia dan bertemu banyak orang yang lebih berkuasa. Ia ingin berteriak dan meminta keadilan kepada ibunya, tapi ibunya masih saja terduduk kesakitan.
Orang-orang menonton mereka dengan rasa ingin tahu, mereka tertarik dengan keributan yang telah hasilkan.
Evelyn menundukkan badannya sejajar dengan gadis yang sedang terduduk kesakitan itu. Ia membuka sedikit tudungnya memperlihatkan wajah cantik dan rambut peraknya kepada Lucy.
"Kucing jelek katamu?" Evelyn tersenyum miring dan terkekeh geli.
"Lihat, bahkan kucing ini lebih cantik darimu. Dengar, jangan sembarangan memprovokasi orang, kau tidak tahu bahaya apa yang didapat jika menyinggung orang yang ternyata lebih berkuasa dari ayahmu."
Evelyn dengan senang hati menasehati gadis yang baru tahu dunia luar itu karena terus-terusan hidup dengan sangat dimanjakan.
Lucy tercengang, tubuhnya bergetar hebat. Gadis itu mencerna kata-kata Evelyn sambil terdiam mengamati penampilan orang di depannya.
Sebodoh apapun ia, ia tahu dari penampilan dan aura orang ini jelas bukan orang biasa apalagi rakyat jelata seperti yang mereka katakan.
Dalam sekejap, ketakutan yang belum pernah dirasakannya meluap hanya dengan melihat mata tajam dan dingin Evelyn. Ia tahu bahwa ia telah menyinggung orang yang lebih berkuasa daripada keluarganya.
"Apa yang akan dilakukan ayahmu jika ia tahu ia mendapat masalah besar hanya karena kebodohan putri kesayangannya ini." Evelyn berkata dengan terkekeh geli.
Lucy menggelengkan kepala cepat, ia panik dan takut kemudian matanya menatap kosong. Setelah Evelyn berdiri dan menjauh, barulah pelayan berani datang dan mendekati nona mereka yang nampak ketakutan dan pucat.
Lucy sangat takut dengan kemarahan ayahnya. Walaupun di depan publik ayahnya itu sangat menyayanginya, hanya ia yang tahu bahwa ayahnya itu sangat menjunjung tinggi martabat dan harga diri.
Dia terbiasa hidup sangat nyaman dan serba ada. Apapun yang di inginkan selalu ayahnya berikan hingga menyebabkannya menjadi sombong dan manja.
Ayahnya akan sangat marah dan kecewa jika tahu ia berulah dan menyinggung bangsawan lainnya. Tentu saja ayahnya tidak akan melepaskannya hanya karena ia anak satu-satunya.
Baron Boyle membiarkannya berbuat apapun yang ia inginkan tapi juga selalu berpesan padanya untuk jangan pernah membuat keluarga mereka berada dalam masalah.
Evelyn segera merapikan tudungnya untuk menyembunyikan penampilannya lagi. Sejenak melihat keadaan gadis malang itu, dia hanya bisa menghela napas lelah.
Beginilah jika seseorang dididik tanpa rasa hormat pada orang lain dan bersikap seenaknya. Merasa bahwa di dunia ini, tidak ada yang lebih hebat sehingga bebas memprovokasi siapapun dengan kekuasaan keluarganya.
"Penjahat!! Tolong, dua orang ini telah menghina dan melukai kami. Cepat tangkap mereka." Rupanya salah satu pelayan disana tidak membiarkan masalah ini berlalu begitu saja, ia segera berteriak dan berdiri mencari keadilan.
"Ya, ya. Tangkap mereka berdua, dia juga telah mendorong dan memelintir tangan nyonya dan nona keluarga kami, keluarga Baron Boyle. Mereka mencuri peliharaan milik nona kami dan menolak untuk mengembalikannya." Pelayan lain menimpali.
Orang-orang yang sedari awal menonton saling berpandangan, bahkan orang bodoh sekalipun tahu bahwa keluarga inilah yang membuat masalah terlebih dahulu dan berniat mengambil paksa milik orang lain. Tapi tidak ada yang berani memulai pembelaan karena takut akan status kebangsawanan pihak lain.
Tiga orang penjaga berbadan kekar segera datang ketika mendengar teriakan itu.
"Ada apa ini, mengapa terjadi keributan disini." Salah satu penjaga segera maju untuk menyelesaikan.
"Tuan, rombongan kami dari bangsawan baron Boyle di wilayah barat, ingin melakukan kunjungan dan liburan disini. Tanpa diduga dua orang miskin ini datang dan merebut paksa peliharaan nona muda kami. Kami sempat melawan tapi berakhir didorong dan terjatuh. Lihatlah Baroness Boyle dan putrinya, mereka bahkan sempat tersungkur dan terluka." Pelayan menjelaskan dengan panik sambil memutarbalikkan fakta.
Semua orang yang mendengar itu marah dam tidak terima, mereka jelas tahu kebenarannya. Kerumunan berbisik riuh, mereka tampak saling diskusi satu sama lain.
"Apakah itu benar, Nona?" Penjaga bertanya dengan nada menyelidik ke arah Evelyn yang memakai tudung hitam.
Penjaga itu melihat bibir Evelyn sedikit menyeringai dari balik tudungnya yang terbuka. Lalu suara lembut namun juga dingin terdengar, "benar Tuan."
Orang-orang menarik napas tajam, terkejut sebelum Evelyn melanjutkan, "rombongan ini datang untuk berlibur, mulanya keadaan sangat aman sampai nona muda mereka berteriak kepada ibunya bahwa ia menginginkan kucing ini."
Evelyn sedikit mengangkat kucing putih di gendongannya itu kemudian berkata dengan tenang, "Kucing ini milik saya, di lehernya juga terdapat ukiran nama yang telah saya berikan. Mereka tiba-tiba datang dan meminta paksa kucing ini. Mereka bahkan memaki dan menawar harga untuk membelinya. Tapi sebagai pemilik, saya berhak untuk menolaknya bukan? Jika anda masih ragu Tuan, anda bisa bertanya kepada orang-orang disekitar."
"Itu benar, kucing ini memang milik gadis berjubah itu dari awal. Aku melihatnya membawa dari arah Timur ibukota, sedangkan nona ini datang dari arah berlawanan jadi sudah pasti nona ini berbohong karena terlalu menginginkan kucing itu"
Seorang wanita paruh baya penjual roti tidak tahan melihat ketidakadilan itu, ia dengan berani segera maju dan memberi kesaksian.
"Ya, kami juga sempat melihat kucing itu dan terpesona dengan kecantikannya. Tapi kami tidak mungkin untuk maju dan mengambil paksa seperti yang dilakukan rombongan ini." Pria bertubuh gempal yang merupakan petani sekarang maju.
"Benar Tuan, rombongan itu juga memulai dengan mengejek kedua nona ini dengan kata-kata kasar dan tidak pantas didengar. Bahkan membawa-bawa status keluarganya." Wanita berusia 30 yang sedang menggendong anak pun berucap dengan nada lembut diikuti anggukan warga yang lainnya.
Tidak ada dari warga yang akan bersedia memberi kesaksian palsu karena mereka juga marah ketika disebut rakyat jelata dan miskin. Lagipula siapa yang akan membela bangsawan sombong dan suka merendahkan rakyat seperti mereka.
Mendengar semua kesaksian itu, penjaga tahu bahwa masalah ini memang disebabkan oleh kesombongan salah satu bangsawan. Masalah seperti ini tidak jarang terjadi sehingga ia sudah hapal dengan perangai para bangsawan itu.
"Benarkah itu, Nyonya?" Penjaga itu sekali lagi memastikan pada Baroness Boyle. Wanita paruh baya itu tidak bisa melawan, hanya menggertakkan gigi dengan wajah memerah marah.
Penjaga menghela napas panjang, matanya lalu beralih kepada Evelyn, "Nona, masalah ini kami serahkan kepada anda, anda lah yang dirugikan disini. Apakah anda ingin menghukum mereka?"