Tanpa mengetahui perubahan emosinya, Ethan bertanya lagi, "tidak masalah, dan bagaimana kau akan mempromosikan perhiasanmu nanti? Tidak mungkin langsung membukanya bukan?"
"Aku berencana untuk melelangkan salah satu set perhiasan itu. Tapi tidak tahu jadwal lelang ataupun acara amal lain," jawab Evelyn.
"Ada satu lelang terkenal yang diadakan beberapa hari lagi. Kau bisa menggunakannya untuk mempromosikan perhiasanmu." Ethan kembali menawarkan.
Evelyn bernapas lega, itu waktu yang pas untuknya mempromosikan perhiasannya. "Baiklah, sekali lagi terimakasih Ethan, kalau begitu aku pamit."
"Hmm." Ethan berdehem mengiyakan sambil mengangguk dan menatap kepergian gadis itu dengan penuh tanda tanya.
Ethan merasa emosinya gampang berubah akhir-akhir ini, namun ia tidak tahu kenapa.
Evelyn pergi dari ruangan dengan hati yang tenang. Beberapa masalah sudah teratasi dan ia siap menghadapi hal lainnya.
Disisi lain, sebuah ruangan mewah penuh dengan gerutuan kecil Emely. Ia mengeluh pelan sambil berkata dengan panik, "ini tidak bisa di biarkan ayah, dia ancaman terbesar bagiku."
Hari ini hari pertama kunjungan Hans Lovell ke kediaman pribadi Emely, gadis itu langsung mengeluhkan sesuatu kepada ayahnya.
"Emely kau tenanglah, biarkan ayah berpikir cara lain untuk membantumu." Hans mencoba menenangkan.
"Tapi apa? semakin lama orang-orang semakin sadar dengan potensi Evelyn dan mulai mengabaikanku. Aku takut mereka berpaling dariku dan berbalik mendukung Evelyn." Emely menggigit tangannya resah, hatinya gelisah dan takut.
"Bahkan jika mereka memuja gadis itu, mereka hanya mengaguminya sebagai putri kedua. Kaulah putri mahkota, Nak. Kau punya gelar resmi dan sebentar lagi akan naik tahta ratu. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa hanya dengan itu, mereka tidak bisa menjatuhkanmu." Ucapan Hans terbukti efektif, Emely mengambil napas panjang mencoba menenangkan diri.
"Sekarang fokuslah untuk memperbaiki reputasi mu, dekati ratu dan dapatkan kepercayaannya, dengan itu kau tetap bisa mengamankan posisimu," perintah Hans pada anaknya.
Emely ingin memberi beberapa kata sanggahan lagi sebelum akhirnya menyerah, "ya, ayah benar. Aku akan berusaha tenang dan tidak terprovokasi."
"Bagus, kau memang putriku yang pintar. Jika ingin posisimu lebih kuat lagi, lahirkanlah seorang putra sebagai pewaris."
Emely sedikit tertunduk malu, dia tidak terbiasa membicarakan hal ini dengan ayahnya.
"Ya, ayah." Emely berkata pelan.
Hans menepuk-nepuk lembut kepala Emely, dia akan melakukan apapun untuk putri kesayangannya ini dapat menjadi ratu masa depan.
Sementara itu, jauh dari kedamaian dan penghiburan yang didapatkan Emely, ruang pemerintahan dipenuhi suasana tegang dan serius.
Terlihat Leonardo dan beberapa menteri lain tengah berdiskusi, seperti membicarakan sesuatu yang penting. Mereka sudah menemukan pedang beracun yang ada di tempat perburuan.
"Pedang beracun ini kami temukan di perburuan itu Pangeran. Disini terdapat ukiran halus dengan bentuk ular dan tungku kecil. Saya tidak mengerti apakah ada simbol atau makna dibalik ini." Kepala penjaga istana mulai angkat bicara.
"Benar pangeran, kemungkinan itu dilakukan oleh pembunuh bayaran. Kami tidak tahu siapa yang telah diserang, tapi melihat dari situasinya, kemungkinan itu pangeran kedua. Pangeran kedua telah terluka sabetan pedang di bahu beliau." Pejabat lain menimpali.
"Ya pangeran, kita harus menyelidiki ini. Apa kata rakyat jika tahu bahwa di Kerajaan ini racun Lican ditemukan lagi?" Salah satu pejabat mulai mendesak.
Leonardo mengangkat tangannya meminta mereka untuk tenang.
"Tunggu dulu, kita tidak boleh lengah, bagaimana jika itu dilakukan oleh musuh? Jika itu ulah musuh kerajaan kita, keberadaan pedang beracun ini kemungkinan hanyalah pengecoh dan mereka akan menyerang lagi dengan jumlah lebih besar. Kalian siapkan diri dan minta kerajaan Phelim mengirim penawar yang telah dikembangkan baru-baru ini. Lakukan secara diam-diam."
Leonardo terdiam lagi, tidak ada yang tahu apa yang dipikirkannya, "Tingkatkan juga keamanan istana dan perbatasan. Aku akan membahas masalah ini dengan Raja nantinya, jika perlu kita bisa meminta bantuan pangeran kedua."
Meminta bantuan Ethan hanyalah omong kosongnya saja untuk menenangkan para pejabat yang gelisah.
Tidak mungkin ia merendahkan diri untuk meminta bantuan kepada musuhnya sendiri, dia hanya akan mendiskusikan ini dengan raja.
Memang harus dia akui bahwa keterampilan militer pria itu sangat hebat sehingga namanya saja dapat membuat orang-orang merasa aman dan tenang.
Tanpa Leonardo ketahui, pedang ini hanyalah pembuka untuk perang dan konspirasi yang lebih besar. Bukan dari musuh kerajaan, melainkan musuh mereka sendiri.
"Baik pangeran." Semua orang menunduk hormat.
Leonardo berjalan menuju singgasana ayahnya, disana terlihat pria paruh baya itu mendiskusikan sesuatu dengan ayah mertuanya, Marquess Lovell.
"Salam yang mulia pangeran mahkota." Hans berdiri dan menunduk sopan sebagai sapaan.
"Tolong jangan terlalu formal ayah, ada yang ingin aku bicarakan." Leonardo menolak sapaan kehormatan ayah mertuanya.
"Silahkan, apa yang ingin kau bicarakan?" Raja menanggapi dengan pertanyaan.
"Baru-baru ini penjaga keamanan menemukan pedang beracun yang ada di hutan tempat perburuan. Kemungkinan besar itu dari pembunuh bayaran yang menyerang atau dari musuh. Racun yang digunakan juga racun Lican, bagaimana menurut kalian?" ungkap Leonardo tanpa basa basi sambil menatap ekspresi keduanya bergantian.
Hans merasa sedikit gugup di dalam hati, ia segera menutupinya dan menanggapi, "Pangeran, saya rasa ini dari musuh kerajaan. Mungkin pedang beracun di hutan itu hanya sebagai pengecoh dan peringatan. Kita tidak boleh lengah."
Raja Philip berpikir keras dan berkata, "mungkin itu benar tapi racun Lican sebagian besar hanya dikembangkan di kerajaan ini, sangat tidak mungkin jika kerajaan lain yang menyerang dengan racun itu."
"Itulah yang saya pikirkan ayah, kemungkinan besar ada seseorang yang menyerang bangsawan lain di kerajaan ini dengan memanfaatkan hari perburuan." Leonardo mulai mengungkapkan analisisnya.
"Tapi itu tidak mungkin, Pangeran. Kerajaan selama ini terkesan damai sehingga mustahil adanya pertumpahan darah yang disengaja. Apakah mungkin ada seseorang di kerajaan ini yang bekerja sama dengan musuh dan memberikan mereka racun sebagai pengecoh?" Hans mencoba mengalihkan fokus mereka.
Setelah Leonardo dan Raja Philip terdiam berpikir, Hans melanjutkan, "kemana pangeran kedua, bukankah ini sudah tanggung jawabnya melindungi kerajaan? Mengapa dia menghilang disaat seperti ini?"
Orang pintar pasti tahu makna dibalik kata-kata Hans. Leonardo memperhatikan setiap kata itu, matanya menatap ayah mertuanya dalam, tidak tahu apa yang dia pikirkan.
Di malam harinya, sesudah makan malam yang damai, Ethan berencana menemui Raja untuk memulai rencana mereka.
Pria itu masuk langsung tanpa repot bersikap sopan dan duduk di depan meja kerja Raja. Pemimpin kerajaan itu menatap dengan mata lembut, sama sekali tidak marah.
Raja lalu bertanya, "apa yang membuat putra kebanggaanku ini datang menemui? Kau memerlukan sesuatu?"
Raja mempersilahkan Ethan bersikap seenaknya di depannya dengan ramah, seperti seorang ayah yang sangat menyayangi putranya.
"Aku ingin meminta cuti liburan bersama istriku, untuk beberapa hari." Ethan langsung menyampaikan maksud kedatangannya.
"Cuti? Kau ingin mengambilnya secepat ini rupanya." Raja sedikit terkejut, lalu ingatannya menerawang pada pembicaraannya dengan Hans dan Leonardo.