LightReader

Chapter 3 - 03

Mobil sport merah berhenti tepat di depan karpet merah. Rico turun dengan jas necis, parfum mahal, dan senyum congkak. Ia melirik sekilas Slamet yang lagi duduk santai di warung kopi.

> Rico: (senyum miring) "Heh… bukannya itu suaminya Aurora? Kok duduknya di warung kopi, bukan di dalam?"

Slamet: (tenang, ngaduk teh) "Heh… bukannya itu Rico, cowok yang suka nempel sama perempuan orang? Kok nggak malu masuk sendirian?"

Beberapa tamu yang baru datang langsung pasang telinga. Satpam yang tadi menahan Slamet melongo, sadar suasana mulai panas.

> Rico: (jalan mendekat, suaranya dibuat agak keras biar didengar banyak orang) "Pantas aja Aurora sering jadi bahan gosip. Suaminya? Kayak gini. Kalau dilihat sekilas, aku lebih cocok nemenin dia di dalam pesta, ketimbang kamu yang disini."

Slamet: (senyum tipis, ngetuk gelas tehnya) "Gosip itu makanan orang lapar perhatian, Co. Dan kamu kayaknya suka banget makan yang basi."

Orang-orang mulai cekikikan, ada juga yang pura-pura sibuk tapi jelas nguping.

> Rico: (mendekat, nadanya sinis) "Kamu pikir bisa tahan lama di samping wanita seperti Aurora? Dia butuh pria sejati, bukan… tukang kebun."

Slamet: (angkat alis, tetap kalem) "Pria sejati itu yang bisa bikin perempuan merasa tenang, bukan yang sibuk nunjukin jam tangan mahal sambil tebar parfum di parkiran."

Satpam sampai susah nahan tawa, beberapa tamu cewek malah saling bisik, "Eh bener juga tuh…"

> Rico: (geram, mendekat lebih dekat) "Kamu ini cuma numpang hidup, Slamet! Tanpa Aurora, kamu bukan siapa-siapa."

Slamet: (meneguk tehnya habis, lalu berdiri perlahan) "Ya mungkin bener aku bukan siapa-siapa… tapi mending jadi 'bukan siapa-siapa' daripada jadi 'siapa-siapa punya semua orang' kayak kamu."

Uuuuuhhh! 👏🔥

Orang-orang langsung terdiam, sebagian tahan ketawa, sebagian lagi langsung rekam pake HP.

More Chapters