LightReader

Chapter 15 - Bab 15 Mantan tunangan 2

Pagi itu terang benderang. Terlalu terang menurut Zeks, yang sekarang berdiri menggigil, bajunya basah dan berlapis serpihan es.

"Ini latihan elemen, bukan tantangan bertahan hidup di kutub!" teriaknya sambil mengusap lengan yang beku.

Sarah berdiri tak jauh, menepuk nebak tangannya. "Kalau kamu bisa refleks, kau bisa hindari. Tapi kau malah bengong kayak pohon"

Dari sisi lapangan, Rey tertawa keras. "Perlu bantuan penghangat? Petirku bisa bikin panggangan portable," godanya sambil menjentikkan jari. Percikan kecil menyala.

Zeks menunjuk Rey. "Coba aja! Lalu aku akan menghantam mu dengan kapak ku"

Amel duduk bersila, matanya fokus. Di telapak tangannya, tiga bola api berputar perlahan seperti bunga mekar dari panas yang terkendali. 

Dari atas batu besar, Raida mengamati. Tangan bersilang, wajah tegas. "Kalau kalian terlalu sibuk bercanda, jangan heran kalau nanti dikalahin bocah dari planet sebelah."

Zeks menyaut, "Kalau bocahnya bisa melempar meteor, mungkin kami kalah"

Raida hanya mendengus. "Berpasangan dua lawan dua. Yang kalah bersihin semua bagian markas."

Zeks menghampiri dan menarik Sarah. "Oke, kita tim. Namanya... Tim Pembalasan Dingin!"

Sarah mengangkat alis. "Kedengeran tidak asing, seperti judul sebuah drama siang"

Rey berdiri di sisi Amel. "Tim lawan siap. Jangan khawatir, kami tim... Tarian petir"

Amel mengangkat bahu. "Namanya terserah. Asal menang."

Raida mengangkat tangan. "Aturan: jangan keluar batas, jangan terlalu berlebihan, dan Zeks jangan bakar hutan lagi." 

Zeks mengangkat dua tangan. "Itu kecelakaan! Aku cuma pengen mencoba eleman api yang baru ku pelajari... Karena aku sudah cukup mahir dengan eleman tanah"

Raida menghela napas. "TIGA… DUA… SATU… MULAI!"

ZAPP! 

Rey menyambar maju, seperti kilat hidup. Amel mengayunkan lengan, menciptakan pusaran api setinggi pinggang. Sarah membentuk dinding es sebagai perisai. 

Zeks maju dengan semangat lalu terpeleset di rumput beku karena es."AKH!" 

BRAK!

Sarah menoleh. "Zeks?!"

"Aku oke! Cuma... sedang menyatu dengan alam," sahutnya sambil tergelatak.

Raida menggeleng pelan lalu menepuk keningnya, "Latihan ini akan jadi... panjang."

Siang harinya di sebuah kafe, Amel sedang duduk di kafe seperti sedang menunggu orang, setelah beberapa saat Raka datang menghampiri Amel,

"Maaf, aku terlambat" kata Raka

Amel tersenyum lembut "tak apa aku juga baru datang"

"Ayo kita pergi sekarang" kata Raka

Amel dan Raka berjalan di trotoar yang ramai, di sana mereka melewati beberapa toko, amel dan raka membeli makanan di toko yang buka, di pinggir jalan.

Setelah berjalan begitu lama amel dan raka sampai di sebuah taman dengan pohon besar, mereka berdiri di depan pohon itu sambil mengitari dan merapat pohon seperti sedang mencari sesuatu

"Ketemu..!" ujar Raka sambil menggosok sebuah ukiran di pohon bertulis 

'Kami pasti akan kembali saat susah dewasa nanti' 

"Ternyata masih ada... Kukira sudah hilang" kata Amel

"Kira kira sudah berapa lama kita tidak kemari?" kata raka 

"Yang pasti sudah sangat lama" balas Amel

Angin berhembus mengurai rambut Amel dan menggugurkan beberapa daun.

"Aku jadi teringat Dulu waktu kecil kita sering bermain di sini" kata Raka

Amel seakan melihat bayang saat mereka masih kecil yang bersenang senang di sini dengan begitu gembira dan tawa

Amel dan raka duduk di bawah pohon 

"Kau dan teman teman mu terlihat sangat dekat... Aku senang kau memiliki teman dekat seperti mereka" kata Raka

"Mereka bukan hanya teman teman ku... Aku sudah menganggap mereka lebih dari teman, bagiku mereka adalah keluarga" balas Amel

"Raida juga...?" kata Raka

"Hm" Amel mengangguk

"Aku juga menganggap dia sebagai keluarga... Dan aku sangat...?" kata amel 

"Kau mencintainya kan?" tanya Raka

Wajah Amel memerah "bagaimana kau bisa...?"

"Wajah mu terlihat jelas" balas Raka

"Apa benarkah...?" kata Amel

"Hahaha... Aku berbohong jangan malu" balas Raka

"Terus bagaimana kau bisa tau?" tanya Amel

"Entah lah..." balas Raka

Amel menghela nafasnya, "kau selalu saja mengerti tentangku seperti itu sejak kecil... Kau memang tak berubah, tapi tak ku sangka besok kau akan kembali ke inggris... Kau harus jaga dirimu baik baik"

"Kau juga jaga dirimu... Dan untuk kau dan Raida semangatlah aku mendukung mu" kata Amel

Amel tersenyum "tentu"

Tiba tiba saja jam veylock Amel bergetar "apa kenapa tiba tiba... maaf Raka aku pergi dulu"

"Tak apa apa... Itu pasti penting bagi mu" kata Raka

Amel langsung berlari menjauh, saat sudah cukup jauh dan tak terlihat dari pandangan Raka, Amel baru melesat pergi,

Saat Amel sampai di sana, Rey Zeks dan Sarah sedang bertarung dengan Alien setinggi 2meter bekulit biru dengan bagian mata yang tertutup oleh benda seperti kayu yang menjadi bagian tubuhnya.

"Maaf aku terlambat..." kata Amel yang langsung menyerang Alien itu

"Dari mana saja kau..." kata Zeks

"Baiklah ayo kita selesaikan sekarang juga..." kata Rey

Mereka berempat mengepung Alien dari empat sisi lalu menyerang sejarah bersamaan, Sarah menancapkan pedangnya di tanah lalu keluar beberapa es yang tajam ke Alien, Amel mengeluarkan tornado api kecil, Rey menembakan listrik dari senapannya, Zeks manghantamkan kapaknya di tanah membuat retakan dengan tanah yang meluncur, semua serangan itu menghantam Alien secara bersamaan dan membuat Alien itu menjadi abu.

"Yeah... Kita menang" sorak Zeks 

"Kau tadi dari mana...?" tanya Sarah pada Amel

"Aku pergi bersama raka... Karena hari ini adalah hari terakhirnya di sekolah" balas Amel

"Jadi kau pergi kencan dengan pria lain...?" kata Sarah

"apa maksud mu dengan pria lain...?" balas Amel

"Yah... Kau kan menyukai Raida" kata Sarah dengan expresi menggoda

"A... Apa maksud mu aku Tidak..." kata Amel yang kaget dengan perkataan Sarah dengan wajah sedikit merah

"Kau memanggilku...?" kata Raida yang tiba tiba muncul

"Ra... Raida...?" Amel kaget karena raida tiba tiba muncul dia berharap Raida tak mendengar perkataan Sarah "semoga Raida tidak mendengar, apa yang Sarah katakan" pikirnya

"Sepertinya kalian sudah mengalahkan Alien yang menyerang kerja bagus, kalian bisa kembali sekarang" kata Raida

Amel menggela nafas lega karena Raida tak mendengar apa yang Sarah katakan

Ke esokan harinya Amel mengantar Raka di depan bandara 

"Jaga dirimu di sana raka" kata Amel

"Kau juga... Dan semangat soal Raida" balas raka

"Tentu...?" kata Amel

"Sudah waktunya aku pergi sampai jumpa" kata raka lalu berbalik pergi

"Tunggu" Amel menghentikan Raka

Raka berbalik lalu Amel menaruh sebuah gantungan kunci berbentuk beruang di tangan Raka.

"Hadiah dari ku" kata Amel

Raka tersenyum "ini sangat bagus... Terima kasih aku akan menyimpannya" 

Setelah itu Raka pergi, saat di dalam bandara di balik kerununan, tiba tiba saja Raida muncul.

"Kau sudah tahu bukan?, kemarin kau mengikutinya" kata Raida

"Ya... Tak ku sengka Amel bisa melesat terbang, dia sudah berubah, pasti sangat sulit baginya" balas Raka

"Dia adalah yang terpilih" kata Raida

"Aku tak mengerti apa yang kau mangsud dengan yang terpilih" kata Raka lalu menaruh lengannya di pundak Raida "tapi tolong lindungi dan jaga dia"

Raida tersenyum "mereka adalah bawahan ku, aku akan melindungi mereka dengan nyawaku sendiri sebagai taruhannya" 

"kalau begitu aku serahkan dia padamu" kata Raka lalu pergi 

"Tapi... Kau harus melupakan apa yang kau lihat kemarin" kata Raida

"Jadi identitas kalian tidak boleh di ketahui ya" balas Raka

"Kau benar... Umat manusia tidak boleh mengetahuinya, belum saatnya" balas Raida bersiap untuk menghapus ingatan Raka

Sebelum Raida menghapus ingatan Raka, Raka seperti mengatakan sesuatu pada Raida "aku sudah mengetahui itu" balas Raida sambil tersenyum, setelah itu menghapus ingatan Raka lalu menghilang

"Apa yang terjadi... Kenapa aku berhenti, aku harus cepat ke pesawat" Gumam Raka lalu berjalan pergi 

Sebuah pesawat lepas landas, Raida mengawasi pesawat itu lewat jendela, lalu berbalik dan pergi.

More Chapters