LightReader

Chapter 1 - Ch. 01

Cahaya lembayung senja merambat pelan, menembus masuk ke dalam gua batu, mewarnai dindingnya yang kasar dan sedikit basah dengan semburat jingga nan samar.

Di tengah keheningan, seorang pria berambut lurus dan panjang keperakan tengah duduk bersila dengan mata terpejam.

"Dia datang!" Seruan samar namun tegas terlepas dari bibirnya. "Akhirnya aku menemukan jejak keberadaan jiwanya!"

Kelopak matanya terbuka perlahan, menampilkan sepasang iris abu-abu kebiruan berkilau dalam temaram, seperti pecahan es yang memantulkan cahaya bulan. Ia memiliki bentuk wajah bulat telur, berkulit halus seputih porselen, memancarkan pesona yang begitu menawan.

Orang ini adalah Yin Long, seorang jenderal perang yang juga memiliki keahlian di bidang medis dari Alam Naga Langit yang sengaja turun ke bumi untuk mencari keberadaan pecahan jiwa junjungannya.

"Ini benar-benar orang itu!"

Sosok itu melesat terbang keluar gua, lalu hinggap dan berdiri di atas tempat tertinggi dengan sikap anggun berwibawa. Penampilan itu kian sempurna ketika jubah putih serta rambut peraknya melambai, berkibar diembus angin.

"Setelah tiga ratus tahun menunggu, akhirnya aku menemukan jejak kekuatan jiwa Yang Mulia Raja!" gumam Yin Long dengan mata berbinar.

"Fluktuasi energi spiritual ini sepertinya berasal dari hutan di sebelah barat daya itu." Yin Long memejamkan mata untuk berkonsentrasi, merasakan gelombang-gelombang energi yang membuatnya bergembira.

Yin Long berdiri tegak bak tombak tertancap di tanah. Kedua tangannya terangkat di depan dada, jemarinya dengan cekatan melakukan serangkaian gerakan-gerakan segel tangan guna menyalurkan energi spiritual.

Energi spiritualnya bergetar, merambat ke udara, menelusuri setiap denyut kekuatan yang mendekat, mencari sumber gelombang yang telah ia rasakan sejak tadi.

Dalam masa ini, ia terlihat sangat gagah seperti seorang penguasa medan perang yang baru saja memenangkan peperangan. Keindahan sosoknya hampir tak berbanding, tetapi pancaran aura kekuatan di sekelilingnya justru membawa ketakutan yang luar biasa.

Ruang di sekitarnya bergetar, udara seakan tertahan di bawah tekanan tak kasat mata yang terpancar dari tubuh Yin Long, seakan membekukan gerakan semua benda.

BLAR!

Tiba-tiba, gelombang energi yang familiar kembali meledak di udara, menembus batas penghalang yang melindungi tempat ini. Getarannya begitu kuat, meresap hingga ke tulang, beresonansi dengan keberadaan pria itu.

Yin Long membuka mata dan tersenyum, untuk kemudian melesat cepat ke arah Hutan Sawo Alas di sebelah barat daya Gunung Dawu, tempat yang diyakini sebagai sumber datangnya sesuatu yang sedang ia cari selama tiga ratus tahun ini.

"Yang Mulia, hamba datang!"

*****

Di sisi lain, tepatnya pada wilayah barat Kerajaan Pangkuran, sebuah kerajaan besar di tanah Jawa Dwipa yang terkenal subur, makmur, tentram dan damai sentausa tanpa adanya peperangan antar kerajaan.

"Ah, sakit!"

Seorang pria muda berpakaian hanfu biru muda tiba-tiba saja menjerit keras sambil memegangi perut bagian bawahnya, di mana titik pusat dantiannya terasa meledak.

Gerak kaki pemuda itu terseok-seok, terhuyung dan terlatih. Wajahnya sudah sepucat bunga kapas, tampak begitu menyedihkan. Ia masih berusaha terus berjalan menembus keremangan senja sambil meringis menahan sakit.

"Aku tak sanggup lagi! Perutku rasanya ingin meledak!" rintihnya, dalam keputusasaan.

Pemuda itu berhenti berjalan dan memilih untuk duduk di bawah sebatang pohon besar, lalu bersandar dengan mata terpejam. Tangannya bahkan sampai gemetar ketika ia berusaha mencari pegangan.

"Sejak aku memasuki hutan ini, aku merasa ada mata-mata yang terus mengikuti pergerakanku," bisik pria muda itu, suaranya berbaur dengan irama hujan. "Dari auranya, aku merasa mereka bukan orang-orang yang bermaksud baik."

"Jika demikian, sebaiknya aku segera mencari tempat persembunyian yang aman."

Pemuda itu merasa tubuhnya kian melemah hingga rasanya tak sanggup untuk bangkit lagi. Jadi dia hanya mengandalkan sisa-sisa tenaganya untuk merangkak ke arah semak-semak di samping pohon besar.

"Apakah aku akan tertangkap oleh mereka, atau mati di hutan ini?" tanyanya pelan, disertai keputusasaan.

Dawai irama gerimis begitu deras menyirami bumi pertiwi. Langit kelam dengan gumpalan awan hitam, sesekali dicambuk gelegar lidah petir. Suasana sungguh sangat menyeramkan bagi makhluk penghuni bumi yang saat ini terjebak dalam lebatnya curah hujan.

Kilat saling berkejaran dan bertarung di angkasa senja yang mulai temaram. Surya kian menenggelamkan diri di balik mega petang dan bagai tak ingin menyisakan lagi jingga terang warna lembayung sebagai penerang. Semua pemandangan yang terpampang, hanya saksi bisu suatu peristiwa menegangkan di bawah siraman air hujan.

"Tangkap pemuda itu dan segera bawa dia ke hadapanku, hidup atau mati!" perintah tegas seorang pria berhasil mengagetkan pemuda yang baru saja masuk ke dalam rimbun semak-semak.

Pemuda itu menjadi ketakutan dan mencoba memberanikan diri untuk mengintip ke arah sumber suara. Matanya melihat adanya sosok manusia bertubuh tinggi semampai dengan jubah hitam yang telah basah sebagian oleh curah hujan.

"Siap, Yang Mulia Penasihat Agung!" sahut para pria berjubah hitam lainnya yang segera melesat menerobos hutan dengan lebatnya rimbun semak liar.

Desahan panjang hanya terdengar oleh si pemilik napas yang menengadahkan wajah bercadar hitamnya ke langit, bagai sengaja menentang hujan sambil berseru, "Akhirnya! Setelah penantian panjang, aku menemukanmu kembali!"

"Kebangkitannya tidak boleh ditunda lagi. Menunggu hanya ratusan tahun bukanlah waktu yang terlalu lama. Segerakan apa yang sudah menjadi seharusnya!"

"Siap, Yang Mulia Penasihat Agung!" seru para pengikut pria berjubah hitam dengan topeng naga hitam yang melekat di wajahnya.

"Hahahaha!"

"Hahahaha!"

Derai tawa berkepanjangan terdengar bergema di sekitar tempat tersebut, bagai membelah kegelapan, mengiringi kepergian sosok berjubah hitam yang sekarang berjalan dengan diikuti oleh para pengikutnya.

Bayangan-bayangan sosok-sosok menyeramkan itu kemudian menghilang di balik kegelapan, hanya menyisakan sayup- suara orang bersyair disertai irama musik aneh yang terdengar mistis di antara rinai hujan senja.

"Terus bersembunyi di balik gelap namun hati menginginkan terang."

"Selama hidup berdiam sebagai bayangan, tetapi tak ingin kesuraman terus datang"

"Langit terang memaksa diri untuk menjadi sekelompok pengecut yang takut akan teriknya sinar matahari."

"Namun, kali ini aku datang menentang kehendak langit, hanya untuk sesuatu yang harus kumiliki!"

"Tak peduli gelap malam datang atau terik mentari membakar. Aku hanya menginginkan satu hal ...."

"Yaitu, kematian yang akan menjadi sebuah awal kehidupan lainnya!"

Untaian kalimat yang cukup membingungkan dan bernada ancaman dari pria berjubah hitam itu lalu disusul oleh seruan dari para pengikutnya.

"Hidup, Yang Mulia Penasihat Agung!"

"Hidup!"

"Hidup, Raja Naga Kegelapan!"

"Hidup!"

"Bangkitkan Yang Mulia Raja Naga!"

"Bangkitkan!"

"Tegakkan kembali bendera kejayaan Klan Naga Hitam kita!

"Tegakkan!"

Suara tawa panjang mengerikan membelah derasnya hujan, bersaing dengan kilat petir yang saling bersahutan, kian menambah ketegangan dalam dada seseorang yang tengah mengintai aktifitas di sana dengan jantung berdebar kencang.

Seseorang berseru lantang, "Cepat tangkap dia!"

More Chapters