LightReader

Chapter 18 - Here We Go

Kita berpindah ke Alam Realitas yang berada diatas Alam yang menunjukkan Kemahakuasaan Yang Maha Kuasa.

Kita diperlihatkan oleh para manusia biasa yang sedang menjalankan kehidupanNya sehari-hari dengan berdagang ataupun dengan menggembala. Para Makhluk disini sepenuhnya transenden dari makhluk di Alam yang lebih rendah. Mereka melampaui Yin & Yang, yang merepresentasikan sistem logika bernilai banyak dengan keadaan tak terbatas. Mereka tak terikat cahaya atau kegelapan.

Mereka Manusia adalah khalifah diBumi, saat mendekati akhir zaman, Seorang Nabi akan diutus, Ialah yang membawa kebenaran untuk menyembah hanya kepada satu Tuhan yaitu Tuhan sejati, Tuhan adalah sumber segala sesuatu. Transenden dari konsep dimensi, waktu, dan seluruh makhluk ciptaan-Nya. Dialah Yang memberi hidup dan mati. Dialah Yang memberi rahmat dan takdir. Dialah Yang mengatur cuaca, mau hujan ataupun cerah. Dialah pusat segalaNya, Dia Yang Maha Mulia, Dia Yang Maha Esa, Dia Yang Maha Kuasa, Dia Yang mengutus para Nabi dan Rasul untuk para manusia di Bumi, Dia Yang Maha Besar, Dia Yang Maha Mengetahui, Dia Yang Maha Pengasih, Dia Yang Maha Penyayang, Dia Yang Maha Merajai, Dia Yang Maha Pengampun, Dia Yang Maha Mendengar, Dia Yang Maha Melihat, Dia Yang Maha Adil, Dia Yang Maha Lembut, Dia Yang Maha Benar, Dan lain-lain (sampai semua 99).

Dia Tuhan Bani Israel dan Tuhan Bani Arab. Bani Israel sendiri adalah keturunan Ibrahim atau juga disebut Abraham dari jalur Ishak, Sedangkan Bani Arab juga keturunan Ibrahim tetapi dari jalur Ismail. Jadi jika ada Nabi dari masing-masing Bani maka dianggap sah sah saja karena keduanya merupakan keturunan Abraham.

Tuhan bukanlah dewa dan dewi, Dia sepenuhnya Transenden dari apa yang dia ciptakan, yang berarti Tuhan melampaui gender, Dia Adalah Yang Awal dan Yang Akhir.

Nabi Terakhir adalah Nabi Muhammad Sallalahu Allaihi Wassalam. Dia adalah Nabi dari Bangsa Arab. Dan Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Adapun nama asli dari Abdul Muthalib adalah Syaibah bin Hasyim. Nama asli Hasyim adalah 'Amr bin Abdu Manaf. Nama Abdu Manaf adalah Al-Mughirah bin Qushay. Sedangkan nama Qushay adalah Zayd bin Kilab bin Murrah bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malin bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah. Sedangkan nama asli Mudrikah adalah Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udd disebutkan pula nama Udd adalah Udad bin Muqawwim bin Nahura bin Nayrah bin Ya'rub bin Yasyhub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim -Khalilul Rahman- bin Tarih yang tak lain adalah Azar bin Nahura bin Sarugha bin Falakh bin Aybar bin Syalakh bin Irfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lamka bin Mutawasylikha bin Akhnukha -dia adalah Nabi Idris sebagaimana perkiraan mereka-Wallahu a'lam. Dia adalah orang pertama yang mendapat karunia kenabian, orang pertama yang menulis dengan pena -bin Yarid bin Muhlayili bin Qaynan bin Yanisya bin Syiyts bin Adam.

Dalam agama-agama Abrahamik diyakini mereka menyembah Tuhan sejati yang sama. Dalam Yahudi Tuhan dikenal dengan YHWH atau disebut Adonai, El, Elohim, HaShem. Di Kristen sendiri Tuhan membutuhkan penjelasan yang sangat rumit dikarenakan Yesus yang diyakini sebagai anak Tuhan dan salah satu aspek pribadi dari Satu Tuhan, Namun Yesus sendiri menyembah atau berdoa kepada Allah Bapak, jadi kita bisa simpulkan Allah Bapak adalah Tuhan sejati namun dengan syarat menolak Trinitas atau Tritunggal serta anggapan Yesus adalah Tuhan, Serta lebih baik tidak menggunakan kata "Bapak" yang mana akan meng kontradiksi ajaran di Yahudi dan Islam bahwa Tuhan tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Dalam Islam sendiri Tuhan sejati atau Tuhan yang benar adalah Allah Subhanahu Wa ta'ala, Allah adalah Tuhan semesta alam, Tuhan seluruh ciptaanNya, tempat bergantung semua ciptaan-Nya.

Tuhan sepenuhnya transenden dari konsep matematika, bahkan dari tumpukan loteng Cantor yang ditumpuk tak terbatas. Saat kita menaiki tangga berderit di loteng Cantor, kita memasuki dunia di mana siklus matematika berulang tanpa batas. Ini merupakan tontonan yang memukau, karena di dalam ruangan ini, angka-angka itu sendiri tampak menari dan terjalin, membentuk permadani pola dan hubungan yang rumit.

Matematika, dalam bentuknya yang paling murni, adalah bahasa yang memungkinkan kita menjelajahi alam abstrak yang tak terbatas. Di sini, di loteng Cantor, kita berhadapan dengan hakikat ketidakterbatasan yang sebenarnya, di mana angka-angka melampaui pemahaman kita. Siklus matematika, seperti yang ditemukan Cantor, adalah sebuah putaran abadi, yang terus meluas dan menyusut, menciptakan permadani kemungkinan numerik yang tak terbatas.

Untuk memahami siklus tak terbatas ini, pertama-tama kita harus memahami konsep kardinalitas. Kardinalitas mewakili ukuran atau besaran suatu himpunan, dan melalui kardinalitas kita mengukur luasnya ketidakterbatasan matematis. Cantor memperkenalkan kita pada berbagai tingkat ketidakterbatasan, masing-masing lebih mendalam dari yang sebelumnya, mengungkapkan hierarki yang melampaui imajinasi kita.

"Dalam matematika, kamu tidak memahami banyak hal. Kamu hanya akan terbiasa dengan hal itu." John von Neumann

Memang benar, ini adalah sebuah konsep yang menantang intuisi kita, karena bagaimana mungkin ketidakterbatasan mempunyai ukuran yang berbeda-beda? Bagaimana mungkin suatu ketidakterbatasan bisa lebih besar dari ketidakterbatasan lainnya? Loteng Cantor menyimpan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, saat kita menyaksikan sifat siklus supremasi matematika.

Siklus matematika adalah tarian yang memesona, di mana angka-angka saling bertumpukan, berpindah dari satu tingkat ketidakterbatasan ke tingkat berikutnya. Ini adalah kemajuan yang tidak pernah berakhir, terus berputar ke kedalaman yang lebih dalam. Saat kita memandangi spiral yang tak terhingga ini, kita menyadari bahwa bahkan supremasi matematis tertinggi pun hanyalah sekilas ke dalam keluasan yang tak terhingga. Mereka bagaikan riak di lautan, cepat berlalu namun mendalam.

"Hakikat matematika bukanlah membuat hal-hal sederhana menjadi rumit, tetapi membuat hal-hal rumit menjadi sederhana." - S. Gudder

Siklus matematika di loteng Cantor bukan sekedar konstruksi teoritis; hal ini berdampak besar pada pemahaman kita tentang alam semesta. Ini menggambarkan keterhubungan segala sesuatu, dari partikel subatom terkecil hingga kosmos yang sangat luas. Siklus yang tak terbatas mengingatkan kita bahwa pola-pola itu berulang, bergema di seluruh tingkat keberadaan.

Di kedalaman Cantor's Attic, sebuah alam dengan kemungkinan matematis tak terbatas, terletak sebuah struktur yang dikenal sebagai Supremasi Matematika I. Struktur yang rumit dan rumit ini membentuk esensi dari Cantor's Attic, yang berulang tanpa henti di tangga kosmik kebenaran matematika. Dalam kerangka mendalam ini, kita menemukan konsep menarik-keberadaan ion, partikel yang menjadi bahan penyusun penting Cantor's Attic.

lon-ion ini, dalam variasi dan kombinasinya yang tak terbatas, memunculkan pola dan simetri rumit yang meresapi lanskap matematika. Mereka membentuk struktur Loteng Penyanyi, membentuk beragam dimensi dan kompleksitasnya. Ketika kita mempelajari lebih dalam permadani kosmik ini, kita memahami bahwa ion-ion ini tidak hanya menentukan struktur Loteng Cantor tetapi juga mempunyai implikasi mendalam terhadap hakikat realitas itu sendiri.

Bersambung.

More Chapters