LightReader

Chapter 26 - Bab 28 (Alkein-Ruhosi)

Bab 28 – Jejak Baru dan Bisikan Angin

Ruhosi berjalan menjauhi Hutan Lumina dengan perasaan yang sedikit aneh. Di satu sisi, ia merasa sedikit kesal karena diusir secara halus, tapi di sisi lain, bertemu Elara dan melihat dunianya yang penuh cahaya itu… menarik. Dan yang paling penting, tidak ada monster jelek yang harus ia lawan untuk mendapatkan informasi.

"Putri Permen Kapas… namanya lucu juga," gumamnya sambil nyengir. "Sayang banget nggak boleh masuk. Padahal aku penasaran, apa benar Elf kalau tidur matanya tetap melek?"

Ia mengeluarkan Lensa Kabutnya. Garis merah yang menandakan Vorgash memang sedikit menjauh, seolah kehilangan jejaknya untuk sementara. Mungkin aura cahaya murni dari Lumina'val sempat mengacaukan pelacakan mereka. Titik biru Kunci Angin dan titik hijau Kunci Kehidupan masih bersinar, dan kini, benang cahaya tipis berwarna pink keperakan itu benar-benar ada, menghubungkan kedua titik itu, melewati posisi di mana ia bertemu Elara.

"Aneh banget nih Lensa," komentar Ruhosi sambil menggaruk kepalanya. "Jangan-jangan ini petunjuk menuju monster permen raksasa yang warnanya pink! Atau mungkin… ini jalan menuju teman baru? Ah, yang penting petualangannya makin seru!"

Ia teringat pertanyaan Elara tentang Bintang Kembar Merah dan takdir. "Takdir, ya… Apa takdirku cuma buat lari-larian dikejar orang jahat sambil cari Kunci aneh? Semoga aja di ujung takdir itu ada makanan enak yang banyak."

Ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya mengikuti jalur utama yang ditunjukkan Lensa Kabut menuju Kunci berikutnya, namun benang pink itu seolah memberikan dimensi baru pada petanya. Apakah ia harus mengikutinya? Atau tetap pada tujuan awal?

"Hmm… Kunci dulu deh. Kalau ketemu Putri Permen Kapas lagi, itu bonus!" putusnya akhirnya dengan senyum lebar.

Namun, saat ia hendak melangkah, angin berhembus sedikit lebih kencang dari biasanya, membawa bisikan samar yang seolah berasal dari Tetua Kaivan, sang Pengukir Angin.

> "Ruhosi… angin membawa kabar… Bintang Kembar Merah telah terlihat oleh banyak mata… Keseimbangan Alkein semakin goyah… Para pemburu takdir telah bergerak…"

Ruhosi berhenti. Bisikan itu terasa begitu nyata. "Tetua Kaivan? Apa maksudnya para pemburu takdir?"

Angin kembali berhembus, lebih lembut kali ini.

> "Bukan hanya Dia yang Menginginkan Kehampaan yang mencari Kunci-Kunci… Ada pihak lain… dengan agenda mereka sendiri… Pertemuanmu dengan pembawa cahaya… mungkin telah mempercepat segalanya… Hati-hati, Anak Angin…"

Bisikan itu menghilang, menyisakan Ruhosi yang berdiri termangu. Jadi, bukan hanya Vorgash yang harus ia khawatirkan? Dan pertemuan dengan Elara? Mempercepat segalanya?

"Waduh, jadi makin rumit begini," keluh Ruhosi. Tapi kemudian, matanya berbinar. "Tapi… makin rumit, makin seru dong! Artinya, makin banyak yang bisa diajak main kejar-kejaran!"

Dengan semangat baru yang sedikit diwarnai kewaspadaan ekstra, Ruhosi kembali melanjutkan perjalanannya. Benang pink di Lensanya seolah menjadi pengingat bahwa ia tidak sepenuhnya sendirian dalam petualangan besar ini.

Sementara itu, di sebuah benteng gelap yang tersembunyi di antara pegunungan terpencil, 'Dia yang Menginginkan Kehampaan' merasakan getaran di udara. Sebuah peta bintang raksasa yang terbuat dari kristal hitam di hadapannya menunjukkan Konstelasi Bintang Kembar Merah yang bersinar dengan intensitas yang mengganggu.

> "Dua jiwa takdir telah bersentuhan…" desis sosok berjubah ungu itu. "Bocah itu dan serpihan cahaya… Ini di luar perhitungan. Vorgash!"

Makhluk obsidian itu muncul dari bayang-bayang.

> "Percepat pencarian Kunci-Kunci! Dan… temukan informasi tentang pembawa cahaya yang baru muncul itu. Jangan biarkan mereka menyatukan kekuatan sebelum waktunya. Kehampaan… harus segera tiba."

Vorgash menggeram rendah, lalu menghilang, membawa perintah baru yang akan semakin memperumit perjalanan Ruhosi dan Elara. Angin perubahan benar-benar mulai bertiup kencang di seluruh Alkein.

More Chapters