LightReader

Chapter 31 - Bab 33 (Alkein-Ruhosi)

Bab 33 – Amarah Obsidian di Jalur yang Hilang

Jauh di utara, melintasi pegunungan tandus yang puncaknya selalu tertutup awan jelaga, derap langkah berat menggema memecah kesunyian. Vorgash, Sang Primordial Iblis, memimpin pasukannya yang terdiri dari gerombolan makhluk-makhluk bayangan bertubuh kekar dan beberapa iblis rendahan yang kulitnya melepuh oleh energi gelap. Udara di sekitar mereka terasa berat dan dingin, dan tanah yang mereka lewati seolah meratap, meninggalkan jejak kehancuran dan ketakutan.

Vorgash sendiri berjalan di paling depan, kapak obsidian raksasanya terseret sedikit di tanah berbatu, menimbulkan percikan api sesekali. Kulitnya yang sekeras batuan vulkanik tampak tak tergores meski mereka baru saja melewati hutan berduri yang akan merobek kulit makhluk biasa. Matanya yang merah menyala menatap lurus ke depan, tanpa ekspresi selain kekerasan yang tertahan dan kesetiaan buta pada perintah Tuannya.

Lokasi ini adalah salah satu titik yang ditunjukkan oleh Tuannya beberapa waktu lalu—sebuah lembah terpencil di mana Sang Pengembara, Ruhosi, pernah terdeteksi. Namun, setelah berhari-hari menyisir, yang mereka temukan hanyalah jejak samar yang mendingin dan beberapa desa Ras Kerdil Batu yang kini tinggal puing setelah "dibasmi" karena dianggap menghalangi jalan atau sekadar melampiaskan kejengkelan Vorgash.

"Grrrraaaaargh! Di mana bocah itu?!" geram Vorgash, suaranya seperti longsoran batu. Ia menghantamkan tinjunya ke sebuah pilar batu di pinggir jalan, membuat pilar itu retak dan runtuh. Ambisinya untuk segera menyelesaikan tugas dan mendapatkan pengakuan dari Tuannya terus bergejolak, namun otaknya yang lebih sering mengandalkan otot daripada strategi mulai mencapai batas kesabaran.

Salah satu iblis bawahannya yang lebih kecil, dengan sayap compang-camping, mendekat dengan gemetar. "Tuan Vorgash… mungkin… mungkin kita perlu strategi lain? Jejaknya sudah terlalu—"

BRAKK!

Vorgash, tanpa menoleh, menghantam iblis itu dengan punggung tangannya, mengirim makhluk itu terbang menabrak dinding batu dan hancur menjadi debu hitam.

"Diam! Tuanku memberiku perintah, aku laksanakan!" bentak Vorgash. "Tidak perlu strategi! Hanya perlu kekuatan untuk menghancurkan semua yang menghalangi sampai target ditemukan!"

Ia teringat perintah Tuannya: temukan bocah bernama Ruhosi, bawa dia hidup atau mati, tapi Kunci-Kunci yang mungkin ada padanya harus utuh. Perintah itu absolut.

Mereka melanjutkan perjalanan, memasuki sebuah ngarai sempit. Tiba-tiba, dari atas tebing, hujan panah dan batu menghujani mereka. Sekelompok prajurit dari Ras Manusia Kadal, penghuni asli ngarai itu, berusaha mempertahankan wilayah mereka.

Pasukan bayangan Vorgash sedikit gentar, namun Vorgash sendiri hanya mendengus. Ia mengangkat kapak raksasanya. "Hmph! Semut-semut pengganggu!"

Beberapa panah menancap di kulit obsidiannya, namun hanya patah tanpa menimbulkan luka. Beberapa batu besar menghantam tubuhnya, namun ia hanya sedikit terdorong mundur sebelum kembali maju dengan amarah yang lebih besar. Kulitnya yang super keras membuatnya nyaris kebal terhadap serangan fisik biasa.

Ia melompat ke atas tebing dengan kekuatan yang mengerikan, mendarat di tengah-tengah para prajurit Manusia Kadal. Kapaknya berputar, menebas tanpa ampun. Jeritan kesakitan dan suara tulang patah menggema. Jika ada serangan yang kebetulan cukup kuat untuk menggores kulitnya yang paling tipis sekalipun, luka itu akan menutup kembali dengan cepat, diiringi kepulan asap hitam tipis dari proses regenerasinya. Kecepatannya dalam menghabisi lawan memang brutal, mengandalkan kekuatan fisik semata.

Dalam waktu singkat, perlawanan itu padam. Hanya tersisa beberapa Manusia Kadal yang gemetar ketakutan, terpojok.

Vorgash mencengkeram salah satu dari mereka, mengangkatnya dengan satu tangan. "Kalian… lihat bocah aneh? Rambut hitam berantakan, kadang ada helai putihnya? Bawa tombak kayu jelek? Mungkin… sedikit bau monster?" Deskripsi yang ia berikan sangat kasar, berdasarkan informasi terakhir yang ia dapatkan dari Tuannya.

Manusia Kadal itu, dengan mata terbelalak ngeri, hanya bisa menggeleng panik. Ia tidak mengerti apa yang dikatakan makhluk mengerikan ini, hanya merasakan aura kematian.

Vorgash mendengus kesal melihat tidak ada jawaban yang berguna. Dengan sekali remasan, ia menghancurkan makhluk itu, lalu melemparkannya begitu saja. "Tidak berguna!"

Ia tahu, tanpa arahan baru dari Tuannya, ia hanya seperti berputar-putar di tempat yang salah. Lumina'val, dengan segala sihir pelindungnya dan jaraknya yang teramat jauh dari jalur perburuan Vorgash saat ini, sama sekali tidak terlintas dalam radarnya. Ruhosi, untuk saat ini, benar-benar aman dari jangkauan langsung Primordial Iblis ini.

Vorgash menatap langit yang kelam, seolah mencari jawaban atau perintah dari dimensi lain tempat Tuannya berada. "Tuanku… berikan aku petunjuk… atau aku akan menghancurkan seluruh pegunungan ini sampai aku menemukannya!"

Amarahnya membara, namun ia tetap menunggu. Kesetiaannya, meskipun buta, adalah satu-satunya hal yang mengarahkan kekuatannya yang liar. Dan di suatu tempat yang jauh, "Dia yang Menginginkan Kehampaan" mungkin sedang merencanakan langkah berikutnya, dengan atau tanpa informasi baru dari pion iblisnya ini.

More Chapters