LightReader

Beginning of Odyssey

Wigams
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
4.2k
Views
Synopsis
In the year 3,500 of the Miwa Era, the world teetered on the brink of destruction. A cataclysmic war between dimensional races erupted, each vying for an unimaginable power no one could have foreseen. Now, that fragile peace is beginning to crumble. Crenia Academy was founded to prepare a new generation—warriors, mages, and visionaries—for the impending collapse. And among them stands someone who was never meant to exist... but fate never gave him a choice. This novel does not plagiarize any work and is 100% original. Original Indonesian version available on Noveltoon platform. Happy Reading!
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1: Awal Mula

Hell Fire!!

Garagz!!

Gwarp!!

Suara benturan sihir dan teriakan murid-murid Akademi Crenia menggema di udara.

Dunia ini bukan dunia biasa.

Dunia yang diliputi sihir, kutukan, dan kekuatan yang melampaui nalar.

Semua bermula 3.500 tahun lalu, saat masih di Tahun Miwa, ketika sebuah peperangan dahsyat pecah.

Peperangan yang tidak hanya melibatkan satu dunia-tapi berbagai dimensi, berbagai ras, dan berbagai kekuatan yang tak bisa dipahami oleh manusia biasa.

Khayangan - wilayah para dewa dan dewi, yang turun ke medan perang untuk menghukum segala yang mereka anggap hina.

Kaihros - hutan kematian penuh monster biadab, liar, dan haus darah.

Mortis - kerajaan neraka tempat para Raja Iblis bersemayam, melahap dunia dengan kekejaman mereka.

Cyvier - negeri bayangan, tempat para vampir bersembunyi dalam gelap dan memburu dalam kesunyian.

Dan manusia-lemah, rapuh, tapi selalu terseret dalam arus kehancuran

serta makhluk dan ras lainnya yang terlalu banyak untuk dijelaskan.

Di balik Khayangan, Tuhan dan para Malaikat menjaga takdir dunia, tersembunyi di balik tabir langit yang abadi.

Namun, perang ini bukan hanya tentang kekuasaan.

Di balik segala kekacauan, tersembunyi sesuatu yang jauh lebih gelap:

Oxlone - kekuatan Awal dan Akhir yang mampu membentuk dunia ... atau menghancurkannya dalam sekejap.

Raja Iblis, dewa, monster, bahkan manusia, semuanya mengincar kekuatan itu.

Akademi Crenia pun berdiri di tengah masa damai yang rapuh-sebuah tempat pelatihan, sekaligus persiapan menghadapi apa yang tak terelakkan.

Dan di antara ratusan muridnya,

Ada satu....

Seseorang yang tak seharusnya terlibat....

Namun takdir ... Memaksanya....

Cerita beralih ke masa sekarang

Kicauan burung terdengar dari balik jendela kaca yang berembun tipis. Di kejauhan, gemuruh langkah kaki dan riuh suara murid-murid baru memenuhi halaman utama Akademi Crenia-tempat para pengguna sihir muda dari berbagai penjuru dunia berkumpul untuk belajar.

Namaku Free. Aku tak punya nama keluarga

Sejak kehilangan ingatan, aku menjalani hidup seorang diri. Tapi ... sejak diterima di Akademi Crenia, entah kenapa aku merasa kesendirian itu mungkin bisa berakhir.

"Free! Dari mana saja kau? Sebentar lagi kelas akan dimulai!"

Suara dari kejauhan memanggilku. Aku menoleh dan melihat sosok dengan rambut Oren acak berlari mendekat.

"Maaf, maaf!" seruku buru-buru.

Itu Gil. Teman pertamaku di tempat ini.

"Kau dari tadi sedang apa?" tanyanya, wajahnya terlihat agak sebal.

"Tidak ada ... cuma menikmati suasana hari pertama." Jawabku dengan halus.

"Hanya itu? Huh, kau memang aneh." Gil mendesah.

Aku bertanya apa pelajaran nanti diberikan, dan Gil menjelaskan pelajaran pertama adalah Praktik Sihir.

Kami berjalan bersama menuju lapangan yang digunakan untuk praktik.

"Aku heran, ini hari pertama kita dan langsung praktik?" Gil sedikit bingung dan sebal.

"Itu ... aneh ya?" tanyaku polos.

"Serius? Biasanya kita di kelas dulu, perkenalan, bukan langsung praktik sihir!" Jelas Gil.

Aku hanya mengangguk pelan. Gil mengangkat bahu dan menggumam, "Egh ... sudah kuduga kau memang aneh."

Di halaman praktik, seorang pria bertubuh kekar berdiri tegap di depan murid-murid. Suaranya menggema keras.

"Perkenalkan, namaku Boger gä Pòlen. Hari ini adalah kelas pertama kalian. Mungkin terdengar aneh karena langsung dimulai dengan praktik, tapi kalian harus paham-setelah perang besar di masa lalu, dunia ini belum stabil. Maka, pelatihan nyata diharuskan. Hari ini, aku dan Instruktur Zen akan membimbing kelas praktik kalian."

Aku menoleh ke Gil. "Oh ya, Gil ... apa nama perang itu?"

"Perang Penghabisan," jawabnya serius. "Terjadi 3.500 tahun lalu, di Tahun Miwa. Perang yang melibatkan hampir semua ras demi kekuatan besar."

"Kekuatan apa? Dan kenapa disebut Penghabisan?" Tanya ku penasaran.

Sebuah suara tenang menjawab dari samping kami,

"Informasi soal kekuatan itu dirahasiakan Kerajaan. Tapi perang itu mencatat jumlah korban terbanyak sepanjang sejarah. Bahkan beberapa ras punah. Itulah kenapa disebut 'Penghabisan'."

Aku dan Gil menoleh bersamaan. "Kau ...?"

"Namaku Seria vi Keyras," jawabnya singkat.

Gil memucat. "Keyras? Kau putri dari Grohen vi Keyras?"

Seria mengangguk. "Tentu saja."

Aku mengangkat alis. "Siapa?"

Gil menoleh padaku, tercengang. "Serius kau tidak tau? Keluarga Keyras salah satu pemimpin militer Kerajaan. Leluhur mereka ikut dalam Perang Penghabisan."

"Oh begitu ... Namaku Free. Hanya murid biasa."

"Namaku-"

"Kau Gil dù Vänsbor, bukan?" potong Seria cepat.

"E-eh? Kok tau?"

Seria tersenyum tipis. "Keluargamu terkenal di bidang alkemis."

Aku tertawa kecil. "Ternyata kau orang hebat juga ya, Gil ...."

"Ah, itu cuma keluargaku saja. Aku nggak sehebat mereka."

Seorang pria lainnya dengan rambut abu-abu berdiri di sisi Boger. Ia memperkenalkan diri dengan nada halus namun tegas.

"Aku Instruktur Zen. Kita akan mulai praktik sihir dasar. Ada yang tahu apa itu sihir?"

Seorang murid angkat tangan.

"Sihir adalah kekuatan untuk melakukan hal-hal yang mustahil."

Zen mengangguk. "Benar. Sihir berguna untuk membantu kita melakukan sesuatu yang mustahil dilakukan dengan kekuatan biasa."

Aku menyipitkan mata, mencoba memahami.

Gil menyenggolku pelan. "Dia Hedra brì Jurga. Putra mahkota kerajaan Jurga."

"Pangeran!? Sepertinya ada banyak murid yang unik disini." seruku lirih.

Seria menggumam. "Kita semua hanya ditakdirkan bertemu ..."

"Yah ... kurasa kau benar, hehe" jawabku dengan senyum kecil.

"Baiklah, kita mulai."

Boger mengangkat suaranya. "Target kalian adalah Gemma Stone itu."

Aku mengenali batu itu-batuan yang terbentuk dari sisa-sisa kekuatan di Perang Penghabisan.

"Ohh, Gemma Stone ... batu itu mengandung energi dari masa lalu, kan?"

"Siapapun tahu itu," Ujar Seria tajam. "Pengetahuan dasar."

"Yah ..." Aku tidak bisa menjawabnya karena yang dikatakannya itu memang benar.

Gil menepuk bahuku. "Jangan khawatir. Kau hebat."

Aku menatapnya. Kau memang temanku, Gil ...

Murid-murid mulai dipanggil satu per satu. Beberapa menunjukkan kemampuan sihir luar biasa.

Aku berbisik lirih. "Mereka semua hebat ... Aku nggak bakalan bisa seperti itu."

"Gil dù Vänsbor!" panggil Zen lantang.

"Giliranku. Duluan, ya!" Gil bersiap dan maju ke depan.

"Semoga berhasil!" seruku.

Gil mengangkat tangan, menargetkan Gemma Stone. "Rock Holder!"

Sebuah tangan raksasa dari batu muncul dari tanah dan menghantam batu itu hingga hancur.

Seria mengangguk. "Tidak buruk. Untuk seorang alkemis, kekuatannya cukup besar."

Gil menggaruk kepala. "Tadi itu buruk sekali."

Aku menelan ludah. Itu dibilang buruk? Hahaha ... kayaknya aku salah masuk kelas....

"Free!" Boger memanggilku.

Aku menarik napas dalam. "Giliranku tiba. Aku duluan ya."

"Beri yang terbaik!" teriak Gil dari belakang.

Aku maju dengan kaki sedikit gemetar. Baru saja hendak mulai ....

Sebuah suara asing terdengar.

"Huh ...."

Ruang di sekelilingku terasa hampa ....