LightReader

Chapter 13 - Bab 13: Panen Sang Pembantai

Keheningan yang mencekam meliputi Dataran Akhir. Ratusan ribu pasang mata, yang tadinya dipenuhi amarah dan keputusasaan pertempuran, kini membeku dalam ketakutan murni. The One Sang Pembantai telah tiba. Kedatangannya bukanlah sebuah intervensi, melainkan sebuah deklarasi bahwa seluruh konflik ini, seluruh penderitaan ini, hanyalah sebuah persiapan untuk kedatangannya.

Sephiroth, dengan anggun melayang di atas medan perang, perlahan mengangkat tangan kanannya. Di genggamannya, Masamune terhunus dengan desingan mematikan. Bilah pedang yang panjang dan ramping itu memantulkan cahaya suram dari langit yang mendung, seolah haus akan darah yang akan segera tumpah.

"Cukup," suaranya dalam dan resonan, memenuhi seluruh dataran, menembus setiap hati dan pikiran, meredam raungan perang yang tersisa. "Kekacauan kalian telah berakhir."

Hujan Kehancuran

Kata-kata itu bagai palu godam yang menghantam. Sebelum ada yang bisa bereaksi, Sephiroth bergerak. Ia tidak memilih sisi. Ia adalah kehancuran itu sendiri.

Pertama, ia melesat ke arah Aliansi Darah Bebas. Gerakannya adalah kilatan perak di antara kerumunan. Masamune menari dalam tarian kematian yang sempurna. Ratusan vampir terbelah menjadi dua, tubuh mereka hancur menjadi debu hitam. Lycan, dengan kekuatan dan ketahanan mereka, bahkan tidak bisa mengeluarkan raungan terakhir sebelum kepala mereka terpisah dari tubuh. Gelombang energi gelap yang ia lepaskan membelah barisan, memusnahkan ribuan dalam sekejap, meninggalkan kawah-kawah yang mengepul di tanah.

Ketakutan yang sebelumnya hanya bisikan, kini menjadi jeritan massal. Para vampir dan Lycan, yang tadinya pemberani, kini lari tunggang langgang, saling menginjak satu sama lain dalam kepanikan. Namun, tidak ada tempat untuk bersembunyi. Sephiroth adalah badai yang tak terhentikan. Sayap hitamnya memancarkan aura dingin yang mengeringkan kehidupan, dan setiap tebasan pedangnya adalah panen jiwa.

Kehancuran Para Noble dan Ras Super

Kemudian, Sephiroth beralih ke Aliansi Noble. Raizel, yang berdiri tegak di tengah pasukannya, merasakan kekuatan yang mengerikan ini mendekat. Ia mengulurkan tangannya, melepaskan gelombang Darah Murni yang dahsyat, mencoba menghentikan langkah sang Pembantai.

Namun, kekuatan Darah Murni, yang begitu agung bagi yang lain, hanya terasa seperti hembusan angin bagi Sephiroth. Ia menembus gelombang energi Raizel tanpa sedikit pun melambat, seolah-olah itu tidak ada. Matanya yang dingin terkunci pada Raizel.

"Kau adalah Raja," bisik Sephiroth, suaranya mengandung ejekan halus saat ia tiba di hadapan Raizel. "Tapi seorang Raja tanpa subjek, adalah bukan apa-apa."

Masamune bergerak, terlalu cepat untuk dihindari bahkan oleh Raizel. Bukan untuk membunuh, melainkan untuk menegaskan dominasi. Bilah pedang itu membelah aura Raizel, menyebabkan Noble terkuat itu terhuyung, merasakan sakit yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Darah murni pertama kali menetes dari tubuhnya.

Para Noble Lords lain mencoba menyerbu, memancarkan kekuatan penuh mereka. Namun, bagi Sephiroth, mereka hanyalah gangguan kecil. Ia menghempaskan mereka dengan gelombang telekinesis yang brutal, melemparkan mereka seperti boneka kain. Ia tidak perlu membunuh mereka secara langsung; mereka akan hancur oleh kekuatan mereka sendiri atau oleh sisa-sisa amukan Sephiroth.

Garuda jatuh dari langit seperti batu, sayap mereka terkoyak oleh gelombang energi. Terra Golem meledak menjadi pecahan batu, inti mereka hancur. Leviathan berteriak dalam pikiran mereka saat gelombang kekuatan yang tidak terlihat menghantam mereka dari atas, membuat lautan bergolak dan memuntahkan air asin. Ras-ras minor, yang lemah dan putus asa, dimusnahkan dalam keacakan, tanpa pandang bulu.

Takhta Darah

Ketika matahari terbit di Dataran Akhir, yang tersisa hanyalah lautan mayat dan reruntuhan. Tanah merah padam oleh darah, udara dipenuhi bau kematian, dan keheningan yang memekakkan telinga kini berkuasa, hanya dipecahkan oleh erangan terakhir dari mereka yang sekarat. Ratusan ribu makhluk, dari puluhan ras, telah lenyap.

Di tengah-tengah kehancuran itu, Sephiroth berdiri tegak, tanpa noda, tanpa goresan, seolah-olah ia hanya berjalan-jalan santai. Masamune tersarung kembali di punggungnya. Ia melangkah perlahan ke tengah dataran, tempat di mana pertempuran paling sengit terjadi, di mana tubuh Raizel yang terluka parah tergeletak, masih bernapas namun dalam kondisi kritis.

Sephiroth menatap Raizel, lalu melirik ke sekeliling pada kehancuran yang ia ciptakan. Senyum tipis, puas, terukir di bibirnya.

"Dunia ini," bisiknya, suaranya tenang namun bergema di kehampaan. "Kini milikku."

Ia telah membersihkan papan catur. Ia telah memanen jiwa-jiwa. The One Sang Pembantai tidak hanya mengakhiri perang; ia mengakhiri era. Dunia kini kosong, siap untuk dibentuk sesuai kehendak satu-satunya entitas yang tersisa dengan kekuatan tak terbatas.

More Chapters