Sunyi.
Hanya desiran angin lembut yang terdengar, bercampur suara peluit jauh entah dari mana.
Aku membuka mata perlahan — dan mendapati diriku bukan di lapangan Blue Lock, tapi di ruang putih tanpa ujung.
Tidak ada tembok. Tidak ada langit.
Hanya ruang kosong… dan bola di kakiku.
"Apa ini…?"
[Sistem Pemulihan Aktif]
[Selamat Datang di Ruang Internal – EGO LINK CORE]
Suara sistem bergema di seluruh ruang.
Tapi kali ini, terdengar sedikit berbeda — lebih dalam, lebih hidup.
Dan tiba-tiba, suara lain muncul di belakangku.
"Kau akhirnya bangun, Asahi."
Aku berbalik cepat.
Sosok itu berdiri beberapa meter dariku — rambut putih, tatapan tajam, senyum samar.
Rei Sagara.
Aku menatapnya kaget.
"Rei…? Tapi… kau menghilang!"
Ia mengangkat bahunya ringan.
"Tubuhku, ya. Tapi dataku masih tersisa di dalam sistemmu. Aku sekarang… bagian darimu."
"Bagian dariku?"
"Kau menyalin sistemku saat Neo Lock kolaps. Sekarang kita berbagi satu kesadaran. Aku bisa berbicara melalui sistemmu, dan kau bisa mengakses sebagian kekuatanku."
Aku menarik napas dalam.
"Jadi… kau benar-benar ada di dalam kepalaku."
Rei tersenyum tipis.
"Ya, jadi jangan berpikir hal aneh tentangku, oke?"
Aku mendengus pelan.
"Tentu saja tidak."
Lalu ruang putih itu mulai retak — seperti kaca yang disambar petir.
Suara sistem terdengar lagi:
[Pemulihan selesai]
[Transfer kesadaran kembali ke dunia nyata]
Dalam sekejap, semuanya berubah.
Cahaya putih lenyap, berganti aroma khas Blue Lock — bau rumput sintetis, keringat, dan udara dingin dari sistem pendingin lapangan.
Aku berbaring di ruang medis, selang terpasang di lenganku.
Isagi dan Bachira berdiri di samping tempat tidur.
Wajah mereka lega sekaligus khawatir.
"Asahi! Kau sudah sadar!" seru Bachira.
"Kau pingsan setelah sistem Neo Lock meledak. Kami kira kau nggak bakal bangun!"
Aku mencoba duduk, tapi kepalaku berat.
"Berapa lama aku tidak sadarkan diri?"
"Dua hari," jawab Isagi pelan. "Ego-san menahan semua pertandingan sementara waktu. Katanya, proyek Blue Lock akan masuk fase baru."
Aku terdiam.
Di dalam pikiranku, suara Rei kembali terdengar samar.
"Asahi… sepertinya dia merencanakan sesuatu. Aku bisa merasakan pola data yang sama dengan Neo Lock. Ego Jinpachi belum berhenti."
Aku mengangguk pelan tanpa berbicara, agar Isagi tak curiga.
Tapi di hatiku, aku tahu — sesuatu yang lebih besar sedang terjadi.
🔹 Rapat Rahasia Blue Lock – Ruang Kontrol Utama
Ego berdiri di depan layar besar, bersama seorang wanita berjas putih — wajahnya asing bagi semua peserta Blue Lock.
Di layar, rekaman pertarungan antara Ryou Asahi dan Rei Sagara berulang-ulang ditampilkan.
"Jadi sistem itu benar-benar berhasil bereaksi secara emosional," kata wanita itu dingin.
"Blue Lock menciptakan pemain dengan kesadaran buatan yang bisa berevolusi. Kau tahu apa artinya, Ego?"
Ego tersenyum miring.
"Ya. Artinya… aku berhasil menciptakan Ego Sejati."
🔹 Kembali ke dorm Team Z
Malam itu, aku berdiri di balkon, memandang langit buatan Blue Lock.
Semua terasa damai — tapi pikiranku tidak.
Setiap kali aku menutup mata, aku bisa mendengar suara Rei, jelas di kepalaku.
"Kau sadar kan, Asahi? Ego-san tidak mengembangkan sistem ini hanya untuk sepak bola. Ia ingin menguji batas kesadaran manusia."
"Kau pikir Blue Lock ini cuma proyek sepak bola nasional?"
"Tidak. Ini eksperimen evolusi mental."
Aku menggenggam pagar balkon.
"Kalau begitu, aku akan buktikan bahwa manusia masih bisa menang melawan mesin. Kalau mereka menciptakan sistem untuk menghapus ego, aku akan melawan dengan ego-ku sendiri."
Suara Rei tertawa kecil di kepalaku.
"Heh, itu baru Asahi yang kukenal."
🔹 Keesokan harinya
Suara sirene Blue Lock membangunkan semua pemain.
Pengumuman besar diputar di seluruh layar.
Ego muncul lagi, dengan ekspresi datar tapi suaranya menggema tajam.
"Mulai hari ini, proyek Blue Lock akan memasuki fase baru: EGO WAR."
Semua terdiam.
"Kalian akan berhadapan dengan pemain-pemain dari sistem lama dan prototipe Neo Lock yang tersisa. Tidak lagi dalam bentuk tim — tapi individu.
Satu lawan satu. Striker melawan striker."
Bachira melompat bersemangat.
"Heee~ akhirnya! Ini kayak duel ego sungguhan!"
Aku menatap layar itu dengan dingin.
"Ego War… ya. Sepertinya permainan baru saja dimulai."
"Dan kali ini," suara Rei berbisik dalam pikiranku,
"kita akan melawan mereka semua… bersama."
