LightReader

Chapter 11 - Reinkarnasi Sang Jenderal: Kebangkitan Dunia Baru

Bab 12 – Penjagal di Antara Bayangan dan Tanda yang Membakar

Malam kembali menyelimuti langit Sirevar, tapi kali ini tidak sepi. Udara terasa berat. Tak ada jangkrik. Tak ada burung malam.

Hanya kesunyian yang mencekam.

Di dalam pondok persembunyian, Kael berdiri di depan jendela, mengenakan jaket kulit gelap dan sarung tangan besi ringan. Di dadanya, tanda pewaris membara pelan, seolah memperingatkan: sesuatu yang mengerikan sedang mendekat.

"Dia sudah di sini," gumam Kael.

Bayangan yang Menghantui

Bayangan muncul di pohon-pohon sekitar. Runa bersembunyi di loteng atas, busur teracung. Bayangan menyatu dengan kegelapan. Salva, untuk pertama kalinya, terlihat tegang.

Dan lalu… pintu terbuka sendiri.

Seolah tidak dikunci. Tidak didobrak. Hanya… dibuka dengan tenang.

Seorang pria bertubuh jangkung masuk. Mengenakan jubah hitam bertali, tak membawa senjata yang terlihat. Wajahnya tertutup topeng tengkorak berwarna putih perak.

"Selamat malam, Pewaris."

Suara itu dalam, menggema langsung ke dalam tulang Kael.

Satu Lawan Satu dalam Sunyi

"Siapa kau?" tanya Kael pelan.

Pria bertopeng berhenti tiga langkah dari Kael.

"Aku adalah Arahk, Pembuka Sunyi. Anggota keempat dari Tujuh Penjagal Sunyi."

Kael merasakan panas dari dadanya meningkat. Tanda itu menyala terang.

Dia mengaktifkan sistem sihir pertahanannya yang ditanam Bayangan: pengunci ruang, menjadikan seluruh pondok seperti arena terisolasi dari luar.

Arahk tersenyum di balik topeng.

"Bagus. Kau tahu aturan. Kau juga tahu… tak bisa lari."

Kael menurunkan kuda-kuda. "Dan kau tidak tahu... aku bukan target yang mudah."

Pertarungan Dimulai

Arahk menyerang lebih dulu.

Tiba-tiba, tubuhnya menghilang—dan muncul di belakang Kael. Tapi Kael sudah memutar diri dan menangkisnya dengan belati yang diselipkan di pinggang. Benturan pertama membuat lantai retak.

Serangan demi serangan, Arahk menari dalam bayangan. Tapi Kael, dengan naluri seorang jenderal yang telah bertempur di dua dunia, membaca pola pergerakannya.

"Arahk hanya terlihat tak bersenjata," pikir Kael. "Tapi seluruh tubuhnya… adalah senjata kutukan."

Tangannya mengeluarkan tali hitam dari ujung jari, melilit dengan kekuatan magis darah yang bisa melelehkan baja.

Kebangkitan Insting Kael

Saat Kael terdesak, tiba-tiba tanda di dadanya membakar.

Wajahnya menegang. Tapi bersamaan dengan rasa sakit itu, muncul arus kekuatan yang tidak berasal dari sihir atau pedang.

Itu adalah memori.

Memori dari kehidupan sebelumnya — kehidupan pertamanya.

Ia melihat dirinya… di atas singgasana emas. Memakai baju zirah putih. Dan di bawahnya, rakyat bersorak memanggil:

"Hidup Kaelarion… Pewaris Cahaya!"

Kaelarion.

Nama aslinya sebelum jadi Kael Arden. Sebelum jadi manusia. Sebelum jadi alat perang.

Kael kembali ke pertarungan dengan kekuatan baru — bukan sihir, bukan teknik, tapi intuisi seorang raja sekaligus jenderal.

Kematian Sang Penjagal

Dengan satu gerakan mengecoh, Kael berhasil menusuk Arahk tepat di sela leher dan bahu. Namun, bukan darah yang keluar — tapi asap hitam.

Arahk terbatuk. "Kau… bukan manusia biasa…"

Kael menarik napas panjang. "Dan kau baru menyadarinya… di saat yang paling telat."

Dengan satu dorongan, ia mengakhiri Arahk—tubuh itu meledak menjadi debu bayangan dan suara-suara sunyi yang menghilang bersama angin malam.

Pesan Terakhir

Dari debu tubuh Arahk, muncul sebuah gulungan kecil. Salva mengambilnya dan membuka perlahan.

Di dalamnya, tertulis dengan tinta darah:

"Tiga dari kami sudah dikirim. Tapi hanya satu yang akan kembali dengan kepala sang pewaris."

Kael menatap tulisan itu.

"Perang ini tidak bisa ditunda lagi."

Dan tanda di dadanya masih membara. Bahkan semakin terang.

Karena…

Salah satu Pewaris lainnya… sedang bangkit di sisi lain kerajaan.

More Chapters