LightReader

Chapter 10 - Reinkarnasi Sang Jenderal: Kebangkitan Dunia Baru

Bab 11 – Gadis Bermata Ungu dan Kutukan Para Pewaris

Langit malam mulai memudar saat bayangan terakhir dari malam sebelumnya terseret menuju fajar.

Namun bagi Kael Arkhen, tak ada fajar yang benar-benar membawa ketenangan. Bukan setelah apa yang ia lihat… dan bukan setelah suara misterius itu menggema di pikirannya.

"Siapa bilang kau satu-satunya reinkarnasi?"

Pertemuan di Kabut

Pagi itu, saat udara masih menggantung di antara dingin dan keheningan, Kael berjalan sendiri ke arah hutan berkabut di utara pondok persembunyian.

Ia merasa ditarik oleh sesuatu — bukan sihir, bukan kekuatan, tapi… resonansi. Seperti ada sesuatu dalam dirinya yang mengenali sesuatu di luar sana.

Dan di antara kabut, dia melihatnya.

Seorang gadis.

Rambutnya panjang berwarna perak kebiruan. Kulitnya pucat, nyaris seperti tak tersentuh matahari. Tapi yang paling mencolok adalah matanya — ungu terang, seolah menampung galaksi yang hancur dan terbakar dalam satu pandangan.

Kael langsung siaga. "Siapa kau?"

Gadis itu tidak menjawab. Ia hanya menatap Kael lama… lalu tersenyum samar.

"Akhirnya kita bertemu lagi, Kael Arden."

Reinkarnasi Ganda

Kael mengerutkan alis. "Aku tak mengenalmu."

"Tidak dalam kehidupan ini," jawabnya. "Tapi di kehidupan keduamu… sebelum kau menjadi Jenderal."

Kael menegang.

"Apa maksudmu… kehidupanku sebelum dunia lamaku?"

Gadis itu mendekat perlahan. Kabut bergulung mengikuti langkahnya.

"Kael, kau bukan hanya satu kali terlahir kembali. Kau adalah pewaris dari Garis Darah Aetheris — salah satu dari sedikit jiwa yang dipilih oleh Kutukan Reinkarnasi Ganda."

Kutukan Para Pewaris

Menurut legenda kuno, yang telah dihapus dari semua catatan istana, ada jiwa-jiwa terpilih yang tidak hanya hidup kembali sekali, tapi berulang kali — diseret dari satu zaman ke zaman lain, dari dunia ke dunia lain, untuk menyelesaikan takdir yang belum selesai.

Mereka disebut "Para Pewaris Takdir Terputus."

Dan kutukannya: mereka tak bisa mati… sampai menyelesaikan peran mereka yang tertunda.

Kael menyerap semua itu dalam diam. Perlahan, potongan-potongan memori asing mulai muncul.

Bayangan istana lain, dalam dunia asing. Tangan seorang wanita berdarah, seorang anak kecil di pelukannya. Sebuah pedang menyala yang ia jatuhkan ke laut… entah kapan.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Kael pelan.

Gadis itu menunduk. "Namaku Ilyra. Dalam dunia ini, aku adalah pelarian. Dalam dunia sebelumnya… aku adalah rekan perangmu. Tapi kali ini… aku datang untuk memperingatkanmu."

Perburuan Telah Dimulai

"Regan bukan satu-satunya pewaris yang sedang bangkit," lanjut Ilyra.

"Ada lima lainnya. Dan mereka mulai menyatu dengan kekuatan mereka… tapi dengan jiwa yang belum stabil."

"Mereka bisa berubah menjadi monster, Kael. Atau… menjadi dewa tirani."

Kael mengangkat wajahnya. "Apa kau ingin aku memburu mereka?"

Ilyra mengangguk pelan.

"Kau adalah satu-satunya yang cukup sadar untuk membuat pilihan. Apakah kau akan menghancurkan mereka… atau menyelamatkan mereka?"

Tanda yang Muncul

Saat Ilyra menyentuh dada Kael perlahan, sebuah simbol muncul di kulitnya — tak terlihat oleh mata biasa, tapi terasa membakar.

Tanda itu berupa lingkaran dengan tiga garis menyilang, mengelilingi satu titik cahaya kecil. Simbol Pewaris.

"Mulai saat ini," ujar Ilyra, "kau akan merasakan keberadaan mereka. Saat salah satu dari mereka terlalu dekat… tanda itu akan membara."

Ia menatap Kael dalam-dalam.

"Dan jika salah satu dari mereka mati sebelum takdirnya selesai… bagian dari jiwamu akan terkoyak bersamanya."

Langkah Baru, Bahaya Baru

Setelah Ilyra pergi ke balik kabut, Kael kembali ke pondok. Di sana, Runa sudah menunggunya.

"Ada masalah," katanya singkat.

Kael mengangguk. "Tentu saja. Kita baru saja masuk ke permainan yang lebih besar."

Runa memberinya kertas dari pengintai Bayangan. Di dalamnya hanya satu kalimat:

"Salah satu Penjagal Sunyi telah menyusup ke Veradein… dan sedang mencari darahmu malam ini."

More Chapters