Bab 4: Nama yang Harus Dibayar
Ayla duduk diam di ruang kelas yang gelap, hanya ditemani suara detak jam tua dan bisikan Siska yang semakin pelan… dan semakin berat.
Di depannya, buku catatan merah itu terbuka. Nama-nama lima siswa dan satu guru tertulis jelas. Tapi yang membuat tubuh Ayla bergetar bukan hanya isinya—melainkan tulisan baru yang muncul di bagian bawah halaman:
AYLA – SEDANG DIAWASI
Matanya melebar. Tangannya gemetar.
"Aku belum melakukan apa-apa," bisik Ayla panik.
Siska menatapnya dalam kegelapan.
"Kau sudah duduk di bangku itu. Kau sudah mendengar ceritaku. Kau sudah menyebut namaku. Itu sudah cukup."
"Tapi kau masih bisa memilih: membalas… atau melupakan."
Mereka yang Tahu Tapi Diam
Keesokan harinya, Ayla memandangi wajah-wajah di kelas 12 IPA 2. Dito, Nanda, Vina, Rafi, dan Andika… semua tampak biasa. Mereka tertawa. Belajar. Main HP.
Seolah tak pernah melakukan apapun.
Dan Bu Wati? Ia tersenyum seperti biasa. Bahkan menyapa Ayla dengan ramah, seperti tidak tahu bahwa nama mereka kini terikat dalam buku catatan kematian.
Tapi Ayla tahu. Semuanya tahu. Mereka hanya berpura-pura.
Saat jam istirahat, Ayla menatap Dito dari jauh. Tatapan cowok itu kosong. Tapi jemarinya tak berhenti bergerak... seperti menghitung waktu.
Pelajaran yang Berdarah
Saat pelajaran Biologi dimulai, kejadian aneh terjadi.
Saat Bu Wati sedang menulis di papan, lampu padam seketika. Ruangan gelap gulita. Semua siswa panik.
Dan saat lampu menyala kembali… di papan tulis tertulis sebuah kalimat dengan darah:
"KAMU BELUM MINTA MAAF ATAS APA YANG KAMU BUNUH."
Semua siswa terdiam.
Bu Wati hanya memandangi tulisan itu sejenak… lalu menghapusnya dengan tangan telanjang. Tak berkata apa-apa. Tak bertanya siapa yang melakukannya.
Ayla makin yakin—guru mereka bukan tidak tahu. Tapi sudah terlalu lama menyimpan dosa.
Isi Tas yang Bukan Miliknya
Saat pulang, Ayla merasa tasnya lebih berat dari biasa. Sampai di rumah kos, ia membongkar isinya.
Di antara buku pelajaran dan alat tulis, ada satu benda yang bukan miliknya: sebuah pita rambut putih bernoda darah.
Dan tertempel secarik kertas kecil bertuliskan:
"Pita terakhir yang kupakai saat mereka membungkamku. Simpan itu, dan kamu akan melihat siapa yang pertama kali menusukku."— S.K.