LightReader

Chapter 14 - Chapter 14 – Warna yang Tak Terdaftar

Chapter 14 – Warna yang Tak Terdaftar

Buah itu masih mengambang.

Tenang.

Bersinar lembut dalam dua warna biru dan merah.

Aura di sekelilingnya seperti bisikan langit dan nyala api yang bertaut jadi satu. Semua murid memperhatikannya, tak satu pun berani bernapas terlalu keras.

Lalu…

Buah itu mulai bergerak.

Perlahan, turun dari udara tinggi, lalu meluncur perlahan ke arah barat daya dari puncak Wilayah Zhi.

Orang-orang mengikutinya dengan pandangan penasaran. Beberapa menajamkan mata, mencoba melihat ke mana arahnya dan siapa yang menjadi tujuannya.

Sampai akhirnya…

Buah itu berhenti di hadapan seorang gadis muda, sekitar usia 17 tahun, salah satu dari enam orang yang sebelumnya terhempas oleh tekanan spiritual surgawi.

Gadis itu belum berdiri sempurna. Rambutnya acak, wajahnya masih menunjukkan efek benturan sebelumnya. Tapi matanya kini membelalak. Tangannya gemetar saat melihat buah bercahaya biru-merah melayang hanya satu jengkal dari wajahnya.

“…Apa ini…?” bisiknya lirih, suaranya tercekat.

Para tetua yang memantau dari kejauhan terdiam. Mereka saling memandang.

“Buah… biru dan merah?”

“Itu salah satu dari sepuluh yang kita hitung sebelumnya…”

Gumaman mulai terdengar di mana-mana. Beberapa murid berdiri kaku, sebagian menoleh ke sesama temannya, mencari jawaban.

Dan satu demi satu, para murid unggulan pun mulai menunjukkan ekspresi mereka.

Yuji Daofei mengernyit dalam, napasnya tertahan. Untuk pertama kalinya wajahnya terlihat ragu, bahkan… nyaris khawatir.

“Itu… bukan aura yang bisa ditebak…” gumamnya tanpa sadar.

Yun Xiwe, yang berdiri tak jauh, menggenggam kedua tangannya di dada. Wajahnya yang lembut berubah penuh ketakutan.

“Kenapa bukan aku yang dipilih oleh Buah Spritual Surgawi…” bisik Yun.

Wang Xuei, yang biasanya penuh sindiran, kini membuka mulutnya perlahan. Tak ada ejekan. Hanya keterkejutan murni.

“Siapa dia…? Aku bahkan tak tahu namanya…”

Xieyi Zui, yang sebelumnya menjadi pusat perhatian, kini berdiri membeku. Mata beningnya menangkap kilau aneh dari buah itu warna yang tak ia lihat sebelumnya saat memilih miliknya.

“Buah itu… bukan seperti milikku…” ucapnya nyaris tanpa suara.

Suara angin berganti jadi nyanyian ringan. Cahaya dari Buah Spiritual Surgawi biru-merah itu perlahan menyelimuti tubuh gadis itu yang kini tetap berdiri terpaku. Tubuhnya gemetar, tapi dia tidak menolak. Dia hanya menatap buah itu seolah tak yakin sedang mengalami kenyataan.

Dan langit…

Langit tetap diam.

Tapi dunia kini tahu bahwa langit belum selesai memilih.

Gadis itu perlahan mengangkat tangannya gemetar, ragu, namun tidak menolak.

Buah Spiritual Surgawi biru-merah di hadapannya bergerak mendekat, hingga akhirnya menyentuh telapak tangannya yang terbuka.

Kilauan nyala biru dan merah menyelimuti tubuhnya, seperti napas alam yang hangat dan liar dalam waktu bersamaan.

Semua orang yang menyaksikan menahan napas… lalu terdengar satu teriakan dari sisi barat.

“Dia menerimanya… itu Buah Spiritual Surgawi!”

Gemuruh kecil menyebar.

Kini sudah dua Buah Spiritual Surgawi memilih pemiliknya:

Xieyi Zui, dan kini… gadis misterius dari enam yang terpental tadi.

Namun justru ketika keheningan mulai turun dan semua mengira kejutan telah berakhir…

Langit kembali bergema.

Dua Buah Spiritual Surgawi lain terangkat dari tempatnya.

Satu bersinar dalam tujuh warna yang terus berubah seperti kilau pelangi hidup.

Yang satu lagi bersinar merah keemasan, menyilaukan dan terasa menyengat dari kejauhan.

Keduanya bergetar, lalu mulai bergerak perlahan ke udara.

“Itu… dua lagi!?”

“Tunggu… bukannya totalnya hanya sepuluh?”

“Kalau dua ini bergerak, berarti sudah empat memilih pemilik! Masih tersisa enam…”

Suara gemuruh memenuhi Wilayah Zhi, tapi kini bukan karena gempa atau badai,

melainkan karena gumaman para peserta, tetua, dan keluarga yang menyaksikan dari jauh.

Yuji Daofei berdiri tanpa suara, menatap langit seperti sedang menilai arah takdir.

Yun Xiwe bergumam pelan, “…tujuh warna… dan merah keemasan… itu bukan warna biasa…”

Wang Xuei menggigit bibirnya sendiri, seperti menahan sesuatu antara rasa iri dan kagum.

Xieyi Zui kini berdiri lebih tegak, memegang erat buah surgawinya sendiri sambil terus menatap ke langit.

Dua buah surgawi itu melayang mengitari wilayah pusat, seperti sedang mencari sesuatu, mencari seseorang.

Suara lembut mulai terdengar dari keduanya bukan suara manusia,

tapi seperti nyanyian langit yang tak bisa dimengerti namun terasa dalam dada.

“Siapa lagi yang akan dipilih?”

“Dari enam orang yang terpental tadi?”

“Atau dari kita yang belum terlihat…?”

Semua yang hadir baik yang berada di puncak gunung, di Sekte, maupun keluarga yang menyaksikan dari Desa Yunboa, Kota Holuang, Desa Wuxije, dan tempat lainnya terdiam dalam sorot cahaya dan keheningan yang menegangkan.

Dan dua Buah Spiritual Surgawi itu terus berputar, perlahan semakin mendekat ke arah tertentu… seakan siap mengungkap takdir berikutnya.

Empat telah dipilih. Enam masih mengudara sambil berputar pelan.

Dan para calon murid tahu, ini baru permulaan dari segala yang tak terduga.

Dua Heavenly Spiritual Fruits masing-masing bersinar dalam seven-colored light dan Golden Crimson Glow terus berputar di udara.

Lalu tiba-tiba, mereka berhenti.

Diam, sejenak… seolah alam semesta sendiri menahan napas.

Kemudian keduanya mulai bergerak ke dua arah yang berbeda, perlahan, tapi pasti.

Semua pasang mata menatap tajam.

Yang bersinar tujuh warna the Seven-Colored Heavenly Spiritual Fruit meluncur ringan ke arah timur laut, tepat ke arah seseorang yang berdiri dengan tenang, meski sorot matanya tajam penuh perhitungan.

Yuji Daofei.

Kilatan cahaya tujuh warna membingkai tubuhnya, membuat siluetnya tampak seperti sosok yang telah ditakdirkan.

Mata Yuji yang biasanya dingin kini memancarkan ekspresi berbeda terkejut, tidak percaya, lalu berubah menjadi kegembiraan yang menakjubkan.

Tangannya, yang selama ini selalu tegas, kini bergetar saat ia mengangkatnya.

“Jadi… ini benar-benar memilihku…?” katanya lirih.

The Seven-Colored Heavenly Spiritual Fruit berhenti tepat di depannya, melayang hanya beberapa jengkal dari dadanya.

“Indah…” bisiknya, setengah tak sadar.

Ia kemudian mengulurkan tangan, dan ketika jemarinya menyentuh permukaan buah itu, semburat warna-warni menyala di sekelilingnya seperti pusaran cahaya yang menyambut pemilik sejati.

Di sisi lain…

Yun Xiwe menggigit bibir pelan, matanya sedikit sendu, tapi tak bisa menyembunyikan rasa iri.

Wang Xuei bersedekap, matanya tajam namun penuh harap.

“Kalau dia dipilih,” Wang Xuei bergumam, “berarti kita masih punya kesempatan.”

Gumaman para peserta dan penonton semakin riuh, sebagian mengagumi, sebagian mengutuk nasib, sebagian lainnya masih menanti giliran.

“Itu Yuji dari keluarga Yuji wilayah barat, kan?”

“Sudah kuduga… katanya dia calon paling kuat tahun ini…”

“Kalau begitu yang satu lagi… siapa yang akan dipilih?”

Sementara itu, di wilayah barat, tempat keluarga Yuji Daofei menyaksikan dari kejauhan melalui Spiritual Mirror, sorak-sorai menggema.

“Itu dia! Itu Yuji kita!”

“Buah Surgawi Tujuh Warna… takdir hebat menanti dia!”

“Putra keluarga Yuji akhirnya menginjak jalan langit!”

Tetua mereka berdiri sambil mengepalkan tangan, mata mereka berbinar.

Di atas langit Wilayah Zhi, satu Buah Spiritual Surgawi lagi, yang bersinar merah keemasan, masih belum menunjukkan pilihannya.

Namun satu hal kini jelas Yuji Daofei, dengan tenang, pasti, dan tak terbantahkan, telah menjadi pemilik dari Seven-Colored Heavenly Spiritual Fruit.

Dan langit belum selesai menulis takdir.

Udara masih terasa hangat oleh sisa aura dari Seven-Colored Heavenly Spiritual Fruit yang kini tenang di tangan Yuji Daofei.

Namun kejutan itu belum berhenti mengguncang dunia.

Di kejauhan, di luar Gunung Lihai…

Jia Wei berdiri dengan tangan bersedekap, tatapan tajam menembus awan yang menggantung di atas Wilayah Zhi.

Di sampingnya, sang adik, Jia Yuwei, menggenggam kipas kecilnya dengan ekspresi sulit ditebak.

Jia Wei mengangkat alis.

“Huh, jadi dia benar-benar mendapatkannya. Seven-Colored Fruit… sangat cocok untuk seseorang yang terlalu tenang itu.”

Jia Yuwei menjawab pelan, “Tapi... kau tidak kaget, Wei‘er?”

“Kaget?” Jia Wei menoleh, tersenyum dingin. “Tidak. Aku hanya mencatat siapa yang akan menjadi saingan paling menjengkelkan nanti.”

Ia mengibaskan rambutnya dan menatap langit, angin menari di sekeliling jubah putihnya.

“Mari kita lihat… apakah Buah keemasan itu memilih seseorang yang bisa menandingi dia.”

Sementara itu, di sisi lain wilayah pengamatan…

Fang Sei, yang bersandar di batang pohon besar, membuka satu matanya saat suara sorakan terdengar dari kejauhan.

Ia menguap kecil.

“Heh… akhirnya jatuh juga ke tangan si dingin itu.”

“Sudah kuduga. Aura dia memang kuat dari awal.”

Ia memeluk kedua tangannya di balik lengan jubahnya, lalu menatap awan yang mengalir di atas.

“Tapi dunia kultivasi bukan soal siapa yang dipilih… tapi siapa yang bisa bertahan paling akhir.”

Di dekat Fang Sei, Hui Baifa berdiri sambil memutar-mutar batu kecil di tangannya. Ekspresinya gelap.

“Yuji…” gumamnya dengan suara rendah.

“Selalu dia. Apa semuanya harus berpusat padanya?”

Matanya menyipit melihat Buah Spiritual Surgawi di tangan Yuji bersinar seakan menyatu dengan auranya.

“Tapi itu hanya awal… jalan menuju puncak masih panjang, Yuji.”

Batu di tangannya retak perlahan, terhimpit kekuatan dari jemarinya sendiri.

Kembali ke puncak Gunung Lihai…

Yuji Daofei masih memandangi Seven-Colored Fruit di tangannya dengan kagum. Tapi kini, kesadarannya kembali saat mendengar suara langkah mendekat.

Yun Xiwe melangkah pelan ke arahnya, tatapannya tetap tenang meski bibirnya menegang sedikit.

“Selamat, Yuji,” katanya lembut. “Kelihatannya kau… benar-benar dipilih oleh langit.”

Yuji menoleh, lalu menundukkan kepala kecil.

“Terima kasih, Yun. Tapi ini baru langkah pertama.”

“Kau benar.” Yun Xiwe tersenyum tipis. “Dan buah itu… akan membawa beban besar padamu.”

More Chapters