LightReader

Chapter 17 - Chapter 17 – Black Omen

Chapter 17 – Black Omen

Saat langit di atas Wilayah Zhi perlahan dipenuhi rona ungu lembut cahaya senja, satu dari dua Heavenly Spiritual Fruits yang tersisa akhirnya mulai bergerak.

Namun bukan ke arah puncak Gunung Lihai, tempat para kandidat terkuat berkumpul, melainkan… ke arah timur.

“Hah? Itu… ke arah mana?” suara seorang murid laki-laki terdengar gugup.

“Jangan bilang… bukan ke puncak?” sahut yang lain dengan alis berkerut.

Semua mata beralih, menelusuri arah lintasan Three-Colored Spiritual Fruit buah bercahaya biru, kuning, dan merah yang kini melayang mantap, menuju sisi timur Wilayah Zhi, dekat lereng hening Gunung Lihai.

Di sana, berdiri seorang pemuda. Tak ada aura mengancam, tak ada sorotan mencolok. Ia bahkan bukan dari kalangan para murid unggulan.

Rambut hitamnya diikat sederhana, wajahnya tampan dengan garis tegas namun teduh. Ia mengenakan jubah kelabu kusam, tak menunjukkan status atau pengaruh. Tapi matanya… tenang, dalam, dan menyiratkan sesuatu yang sulit dijelaskan.

Saat Three-Colored Spiritual Fruit berhenti di hadapannya dan melayang mengitari tubuhnya perlahan, pemuda itu mengernyit.

“…Kenapa aku?” gumamnya, nyaris tak terdengar.

Ia menatap buah itu dengan tatapan heran, bahkan sedikit gugup, seolah tak percaya menjadi pilihan dari salah satu buah terhebat yang ada.

“Siapa dia?” bisik beberapa murid di kejauhan.

“Namanya bahkan tidak pernah disebut…”

“Jangan bilang dia hanya… murid biasa?”

Namun tidak ada yang tahu jawabannya.

Sementara buah itu tetap bersinar, perlahan berpadu dengan tubuh sang pemuda. Dalam sekejap, cahaya tiga warnanya mengalir masuk ke dalam dirinya, lalu… diam. Tenang. Seolah telah menemukan tempatnya.

Para tetua di menara batu tak memberikan komentar. Mereka hanya menatap, mencatat, dan menyimpan rasa heran dalam diam.

Lalu...

Semua kepala serentak menoleh.

Masih ada satu buah tersisa, Seven-Layered Black Light Spiritual Fruit. Buah yang dari awal menebar hawa dingin dan tekanan mencekam, kini berdiri sendiri di angkasa.

Tak bergerak.

Belum memilih.

Seolah menanti sesuatu yang belum datang.

Ketegangan semakin terasa, tak hanya di Wilayah Zhi, tapi juga di luar sana. Di Desa Yunboa, keluarga Lawzi berkumpul di halaman, memandangi langit yang memantulkan cahaya spiritual dari kejauhan.

“Masih belum memilih,” ucap Tsai Mianzu pelan, kedua tangannya bersedekap.

Lawzi Kunren memandangi bayangan langit dalam diam. “Buah itu aneh. Sejak awal terasa berbeda dari yang lain…”

Zienxi duduk bersila di antara mereka, matanya tak beralih dari Spiritual Mirror. Sorot matanya penuh tanya, sekaligus harapan.

“Apa dia… mencari seseorang seperti pria tadi?” bisiknya dalam hati.

Buah itu tetap diam. Putaran cahaya hitamnya perlahan, nyaris tak bergerak. Tapi tekanannya kini makin kentara. Seolah menguji semua yang ada di dalam medan seleksi mengamati. Memilah.

Hari seleksi tahap pertama memang belum berakhir.

Namun… waktu terus berjalan. Dan semua orang tahu ketika Seven-Layered Black Light Spiritual Fruit akhirnya bergerak, dunia akan menyaksikan sesuatu yang belum pernah terjadi.

Di langit, Seven-Layered Black Light Spiritual Fruit mulai bergetar.

Getaran itu halus di awal, nyaris tak terlihat. Namun tak lama kemudian, lapisan-lapisan cahaya hitam mulai menyebar perlahan dari inti buah, membentuk gelombang pekat yang merambat seperti tinta yang menetes di permukaan air.

Aura mencekam pun menjalar cepat.

“Ughhh… aura ini…” desah salah satu murid sambil menahan dada.

Beberapa yang berada di sekitar buah bahkan mundur beberapa langkah, insting mereka menjeritkan bahaya. Mata mereka terbuka lebar bukan karena kagum, melainkan rasa takut yang mulai menjalar tanpa alasan yang jelas.

"Apa... ini benar-benar hanya buah spiritual?" gumam seorang tetua dari kejauhan dengan nada penuh keraguan.

Orang-orang di puncak Gunung Lihai, yang sejak awal menjadi pusat perhatian dan harapan, kini mulai saling menatap. Tanpa perlu bicara, mereka mengambil keputusan yang sama.

“…Kita turun,” ucap salah satu dari mereka, nada suaranya tegas, tapi penuh kehati-hatian.

“Setuju. Aura ini tidak normal,” sahut yang lain sambil menggenggam erat senjatanya.

Gunung Lihai yang sebelumnya menahan banyak rintangan telah kembali tenang. Kabut spiritual memudar, angin kembali lembut, dan jalan-jalan menurun terbuka lebar. Tak ada lagi penghalang.

Dengan langkah hati-hati, para kandidat pilihan satu per satu meninggalkan puncak. Mereka turun perlahan tapi pasti, memastikan tidak satu pun celah di medan yang bisa menjebak mereka.

Saat mereka tiba di kaki gunung masih dalam wilayah perlindungan Zhi, namun cukup jauh dari titik pusat kekuatan mereka berhenti.

Seketika, mata mereka membelalak.

Seven-Layered Black Light Spiritual Fruit kini bergetar semakin hebat. Cahaya hitamnya berdenyut dalam tujuh lapisan cahaya gelap, bergerak naik turun seperti jantung yang berdetak keras.

Angin di sekitar mulai berubah arah. Tanah sedikit bergetar. Langit tampak lebih gelap, meski matahari belum benar-benar tenggelam.

Di antara kerumunan murid, sosok-sosok menonjol mulai memperhatikan dengan serius.

Yuji Daofei berdiri tegap, kedua matanya menyipit menatap langit. Ekspresinya tetap dingin, namun tangan kanannya mengepal.

Di sampingnya, Yun Xiwe menggenggam erat lengan jubahnya, raut wajahnya penuh pertanyaan.

“…Buah itu…” bisiknya lirih. “Seolah… marah?”

Xieyi Zui, yang biasanya tenang, tak bisa menyembunyikan rasa khawatir di wajahnya. “Kenapa… auranya seperti menolak semua orang?”

Wang Xuei menatap ke langit dengan senyum tipis. “Atau… justru sedang memilih seseorang yang bahkan belum terlihat.”

Jia Wei melipat tangan. “Kalau begitu, kita tunggu saja. Siapa pun yang dipilih… pasti luar biasa.”

Jia Yuwei berdiri tak jauh dari kakaknya, menatap buah itu dengan sorot mata dalam. “Atau malah… berbahaya.”

Di sisi lain, We Jita dan Sang Fei berdiri saling berjaga, ekspresi mereka tajam seperti mata elang. Hui Baifa, berbeda dengan yang lain, malah tersenyum licik.

“Menarik…” ucapnya pelan. “Aku tidak sabar melihat siapa yang akan dihancurkan buah itu lebih dulu.”

Para murid lainnya, meski tak dikenal, ikut menatap langit. Tak ada suara, hanya tarikan napas dan detak jantung mereka sendiri yang terasa menggema.

Di luar Wilayah Zhi, suasana tak kalah tegang.

Orang-orang dari berbagai daerah yang menyaksikan proses seleksi melalui media sihir atau formasi pantulan spiritual kini berdiri tegak, membisu. Para tetua sekte, bangsawan, hingga pedagang biasa ikut terpaku menatap ke arah langit.

“Buah itu…” ucap seorang kultivator dari Kota Holuang. “Bukan hanya belum memilih… tapi mulai bangun.”

“Bangun?” sahut seorang sesepuh dari Desa Luwe. “Apa maksudmu?”

“Buah itu… bukan hanya alat uji,” katanya dengan napas berat. “Ia makhluk. Atau… sesuatu yang lebih.”

Semua menanti. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi.

Namun satu hal jelas, ketika Seven-Layered Black Light Spiritual Fruit akhirnya memilih, itu bukan hanya akan mengubah nasib sang terpilih… tapi bisa saja mengubah arah dunia.

Getaran Heavenly Spiritual Fruit of Seven Black Layers semakin intens. Aura hitam yang pekat mengalir dari permukaannya, berputar pelan namun mengandung kekuatan yang mencekam. Semua murid dan pengamat yang menyaksikan dari berbagai penjuru Wilayah Zhi menahan napas, merasakan tekanan yang menusuk hingga ke tulang.

Para tetua dari Seven-Faced Leaf Sect saling bertukar pandang. Dahi mereka berkerut dalam, merasakan ketegangan yang luar biasa. Sesuatu yang tak biasa tengah terjadi, sesuatu yang bahkan mereka yang telah berkultivasi selama puluhan tahun tidak bisa pahami sepenuhnya.

“Getarannya... semakin dalam,” gumam Tetua Meihan.

“Apakah Buah itu... akan memilih?” ujar Tetua Ghou, matanya menatap tajam ke arah puncak Gunung Lihai yang kini mulai diselimuti kabut hitam.

Waktu seleksi tahap pertama hampir mencapai akhir. Namun di saat itu pula, Heavenly Spiritual Fruit of Seven Black Layers tiba-tiba bergejolak hebat. Suara dentuman dalam, seperti gelegar dari dalam tanah, terdengar dari Gunung Lihai. Langit di atas Wilayah Zhi menjadi kelam, awan hitam pekat berkumpul membentuk pusaran besar.

“Langit berubah!”

“Apa yang terjadi?!”

Semua orang di dalam Wilayah Zhi terkejut, panik menyebar ke seluruh penjuru. Mereka yang berada di luar Wilayah Zhi pun ikut tegang dan bingung, menatap langit dari kejauhan dengan wajah penuh kekhawatiran.

“Evakuasi! Segera evakuasi semua peserta!” teriak Tetua utama dari Seven-Faced Leaf Sect.

Perintah pun disebar cepat. Para murid senior dari Sekte Daun 7 Sisi mulai mengevakuasi ratusan murid yang berada di sekitar Gunung Lihai melewati pusaran yang menjadi akses masuk ke Wilayah Zhi. Beberapa telah berhasil dibawa ke area aman, namun sebagian lainnya masih tertahan karena menolak pergi.

Di antara mereka yang belum dievakuasi adalah Yuji Daofei, Fang Sei, Yun Xiwe, Jia Wei, Jia Yuwei, Xieyi Zui, dan beberapa murid lainnya. Mereka berdiri terpaku, mata mereka masih tertuju pada Buah Spritual Surgawi itu, seolah tersihir oleh kekuatannya.

“Kenapa Buah itu... belum memilih?” ujar Yun Xiwe pelan.

“Apakah dia sedang marah... atau... memilih sesuatu yang lain?” tambah Jia Yuwei sambil menggenggam tangan kakaknya erat.

Tiba-tiba, Heavenly Spiritual Fruit of Seven Black Layers meledakkan aura yang sangat dahsyat. Gelombang energi hitam menyebar dalam dentuman hening yang mengguncang bumi. Suara itu tidak terdengar oleh telinga, tetapi dirasakan oleh jiwa semua orang yang berada di Wilayah Zhi.

Aura itu merambat keluar, menembus batas-batas wilayah dan sampai ke Negara Guhawe yang jauh. Para kultivator tingkat tinggi di seluruh negeri merasakan ledakan aura ini dan terkejut.

Di Desa Yunboa, keluarga Lawzi merasakan sesuatu yang tidak wajar. Lawzi Jeu menghentikan langkahnya dan memandang ke arah langit.

“Zienxi...” bisiknya.

More Chapters