Matahari sore menembus jendela besar di ruang latihan Blue Lock, memantul ke lantai kayu dan menciptakan bayangan panjang dari pemain yang berlari ke sana kemari.
Team Z sedang melakukan latihan intens, tapi suasananya terasa… berbeda.
Bukan karena kelelahan atau tekanan biasa dari Blue Lock.
Aku bisa merasakan sesuatu yang lebih berat — sesuatu yang berasal dari resonansi ego-ku sendiri.
---
Bachira tersenyum nakal sambil membawa bola.
"Ryou, ayo! Coba lari sambil menembak ke gawang itu. Aku jamin kau nggak bakal bisa mengalahkanku."
Aku menatapnya, bibir tersenyum tipis.
"Tantangan diterima."
Namun begitu aku mulai berlari, sesuatu aneh terjadi.
Instingku yang biasanya fokus padaku sendiri… kini terasa menyebar.
Aku bisa merasakan gerakan Bachira, Isagi, bahkan Kunigami, tanpa harus menatap mereka.
Tubuh mereka bereaksi sebelum aku benar-benar menendang bola.
Ini… bukan refleks biasa.
Ini… resonansi ego.
---
Bola meluncur dari kakiku, dan Bachira menendangnya kembali dengan gerakan yang sempurna, seolah kami memiliki satu otak yang sama.
Isagi melompat, menangkap lintasan yang biasanya mustahil, dan Kunigami bergerak lebih cepat dari biasanya.
Aku tersentak sejenak.
> "Ini… efekku?"
Bachira menatapku, matanya berbinar.
"Ryou… kau kayak… mempengaruhi kita semua tanpa sadar ya?"
Aku menelan ludah.
Ini bukan hanya pengaruh sederhana — setiap gerakan, setiap keputusan yang kami ambil, sebagian besar berasal dari resonansi ego yang kurasakan di kepala mereka.
Dan yang paling menakutkan… mereka tidak sadar sama sekali.
---
Sesi latihan semakin menegangkan.
Para peserta mulai melakukan gerakan ekstrem, bereaksi lebih cepat, lebih agresif.
Aku menyadari, setiap kali aku mengambil keputusan egois — misalnya menahan bola lebih lama atau membuat gerakan liar — mereka secara otomatis menyesuaikan diri.
Bachira tersenyum nakal, tapi matanya terkadang menatapku dengan bingung.
Isagi menatap ke langit-langit, menghela napas panjang, lalu kembali fokus.
Dan Kunigami… sesekali menatapku seakan bertanya: "Apa yang terjadi padamu?"
> Aku diam.
Aku tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi.
Karena bahkan aku pun belum sepenuhnya mengerti.
---
Di sisi lain, ruang kontrol Blue Lock kembali menampilkan layar interaktif.
Ego Jinpachi menatap pola data yang bergetar cepat.
> "Resonansi ego meningkat lebih cepat dari yang aku perkirakan," gumamnya.
"Subjek 0… kau tidak hanya memengaruhi performa tim, tapi mulai mengubah keseimbangan psikologi mereka."
Laporan lainnya muncul:
Bachira: Ego Respons meningkat 28%
Isagi: Ego Respons meningkat 22%
Kunigami: Ego Respons meningkat 19%
> "Jika Subjek 0 tidak dikendalikan… seluruh Team Z bisa menjadi anomali," kata Ego Jinpachi dengan nada datar.
"Efek domino bisa menghancurkan keseimbangan Blue Lock."
---
Aku duduk di bangku istirahat, napas terengah, menatap bola di tanganku.
Sistem berdengung pelan di kepalaku, memperingatkan risiko:
> [Resonansi meningkat. Risiko Overload Mental: 65%.]
Aku tahu konsekuensi ini serius, tapi ada sesuatu yang sulit untuk kutahan.
Rasa puas, rasa bangga… rasa ego yang tumbuh di sekitar kami membuat jantungku berdegup lebih kencang.
Aku tersenyum.
> "Kalau ini yang kalian sebut kekuatan, biarlah aku menanggung risikonya sendiri."
Namun ketenangan itu tidak berlangsung lama.
Bachira duduk di depanku, wajahnya serius untuk pertama kali hari itu.
"Ryou… aku nggak ngerti, tapi rasanya kayak… kita nggak cuma main bola lagi. Aku merasa… berbeda. Lebih cepat, lebih fokus, tapi juga… sedikit takut. Kenapa?"
Aku menatapnya, mencoba menenangkan hatinya.
"Aku… aku juga nggak tahu, Bachira. Tapi percayalah, kita masih tim. Kita bisa kendalikan ini."
Tapi suara di kepala terus berbisik, lebih keras dari biasanya:
> [Ego Resonan: 78%. Kontrol mulai tidak stabil.]
---
Latihan berakhir, tapi efeknya tetap terasa.
Setiap gerakan, setiap keputusan anggota Team Z tampak selaras dengan ego-ku.
Aku tahu satu hal pasti:
> Aku tidak lagi hanya bermain untuk menang.
Aku sedang menanamkan ego-ku ke dalam tim… dan itu bisa menjadi senjata atau malapetaka.
Malam itu, aku duduk sendirian di jendela, menatap langit biru yang mulai gelap.
Aku tersenyum tipis, menatap refleksi diriku di kaca.
> "Kalau ini adalah kekuatan… maka biarlah aku menemukan batasnya. Dan jika batas itu menghancurkan semuanya… aku akan bertanggung jawab."
> Sistem… ego… dan aku… semuanya mulai bercampur menjadi satu.
Blue Lock tidak akan pernah sama lagi.
---
📖 Catatan untuk pembaca Webnovel:
Kalau kalian menikmati bab ini, jangan lupa dukung penulis:
💬 Komentar, 🌟 Vote, 🔔 Follow!
Setiap dukungan kalian membuat cerita Ryou Asahi semakin seru, dan kalian ikut menulis sejarah System in Blue Lock bersama penulis! 🙌🔥