LightReader

Chapter 6 - Badai yang Mengamuk

Sari duduk di ruang tamu rumah Andi, menatap layar laptop yang menampilkan berita online tentang skandal keluarga Andi. Judulnya mencolok: "Putra Koruptor Kembali ke Dunia Bisnis, Apa Dampaknya?" Jantungnya berdegup kencang. Setelah ancaman dari Pak Budi, semuanya semakin buruk. Andi berusaha tenang, tapi Sari tahu ia gelisah. "Mbak, ini cuma gosip. Ayah saya sudah bersih," kata Andi sambil memeluknya.

Tapi gosip itu menyebar cepat. Reza, yang ternyata punya koneksi di media, mungkin terlibat. Sari mendapat pesan anonim: "Kau akan hancur bersama dia." Ia takut, tapi tak mau mundur. "Andi, kita harus lawan. Aku tak mau lari."

Andi mengangguk. "Besok, kita ketemu Pak Budi. Saya akan negosiasi."

Keesokan harinya, mereka pergi ke kantor Pak Budi. Pria tua itu tersenyum sinis. "Andi, ayahmu ambil proyek saya dulu. Sekarang, saya ambil balik. Kalau kau mau damai, tinggalkan Sari. Ia tak cocok di dunia kita."

Andi marah. "Pak, ini bukan tentang Sari. Ini bisnis. Jangan pakai wanita untuk ancam."

Pak Budi tertawa. "Wanita seperti Sari? Ia cuma karyawan biasa. Kau pikir ia tahan tekanan?"

Sari maju, suaranya tegas. "Saya tahan, Pak. Dan saya cinta Andi. Ancaman tak akan pisahin kami."

Mereka pulang tanpa kesepakatan. Malam itu, Reza muncul di depan rumah Sari. "Sari, aku minta maaf. Aku cemburu. Tapi sekarang, aku tahu kau bahagia. Aku mundur."

Sari terkejut. "Reza? Kau serius?"

Reza mengangguk. "Ya. Tapi hati-hati dengan Andi. Ia punya musuh banyak."

Reza pergi, meninggalkan Sari bingung. Apakah ini jebakan? Andi datang, mendengar cerita. "Mungkin ia jujur. Tapi kita tetap waspada."

Tantangan berikutnya datang saat ayah Andi dipanggil polisi untuk klarifikasi skandal lama. "Ini ulah Pak Budi," kata Pak Hendro panik. Andi dan Sari pergi ke kantor polisi, bantu ayahnya. Prosesnya panjang, tapi akhirnya dibebaskan. "Kalian anak muda hebat," kata Pak Hendro.

Sari merasa lega, tapi tahu badai belum selesai. Di rumah, ia bicara dengan Andi. "Andi, aku takut. Apa kita siap nikah?"

Andi menatapnya. "Saya siap, Mbak. Kita hadapi bersama."

Mereka rencanakan lamaran sederhana. Tapi saat Andi beli cincin, ia dapat ancaman lagi: "Tinggalkan Sari, atau bisnis ayahmu hancur."

Andi tak peduli. "Cinta lebih penting."

Malam itu, Sari bermimpi tentang masa depan bahagia. Tapi di dunia nyata, Pak Budi siap serang lagi. Apakah cinta mereka bisa menang atas badai ini?

More Chapters