LightReader

Chapter 5 - Suatu Hari Di Masa Depan

Bab 5: Dunia yang Tak Mengenal Air Mata

Lana berlari keluar dari Perpustakaan Waktu. Napasnya memburu, tapi dunia di sekitarnya tetap sunyi. Tak ada yang mengejarnya, tak ada alarm yang berbunyi. Seolah semua sistem tahu… tapi memilih diam.

"Rael menjadikanku eksperimen.""Aku bukan diundang ke masa depan—aku dikorbankan untuk masa depan."

Ia ingin marah. Tapi di dunia ini, bahkan kemarahan pun terdeteksi dan diredam.

Setiap kali jantungnya berdetak terlalu cepat, udara menjadi lebih sejuk. Lampu di jalanan meredup. Suara musik lembut mulai terdengar dari udara, seolah ada sistem yang berkata:

"Tenanglah. Jangan merasa apa pun."

Lana mulai paham: dunia ini memang damai. Tapi bukan karena tidak ada konflik—melainkan karena tak ada yang diizinkan merasakan.

Dan yang paling menyedihkan, mungkin adalah kenyataan bahwa semua ini dibangun di atas dirinya sendiri.

Malam itu, Lana kembali ke Zona 14. Ruangannya sudah diatur ulang. Bersih. Terlalu bersih.

Di atas mejanya, ada sebuah kotak kecil transparan. Di dalamnya… sebuah surat. Ditulis tangan.

Dari Rael.

"Jika kamu membaca ini, berarti kamu telah menemukan kebenaran. Aku tak akan membela diriku sendiri. Tapi izinkan aku menjelaskan satu hal—aku tidak pernah berniat menghancurkanmu."

"Aku mencintaimu. Dan karena itu, aku tak ingin melihatmu hancur oleh dunia yang terus mengulang kesalahan yang sama."

"Aku hanya ingin dunia yang tidak membuatmu menangis lagi."

Lana menjatuhkan surat itu.

"Kalau begitu," bisiknya, "kenapa kau mengambil hakku untuk menangis?"

Ia berjalan ke balkon dan menatap langit futuristik yang tak punya bintang.

"Tak ada malam… tanpa lampu neon.""Tak ada langit… tanpa kendali."

Ia merindukan langit asli. Merindukan hujan. Merindukan kehilangan.

Karena semua itu… manusiawi.

Tiba-tiba, suara lirih muncul dari belakangnya.

"Kau masih bisa memilih."

Lana menoleh. Di sana, berdiri versi dirinya yang lain—Lana dari kapsul.

"Kau tak butuh Rael untuk membuka portal. Kau hanya perlu satu hal…""Apa?" tanya Lana.

"Keberanian untuk merasa."

Satu kalimat terakhir keluar dari bibirnya:

"Kau bisa kembali ke masa lalu, Lana. Tapi kau harus memilih—menyelamatkan cinta… atau membiarkan dunia ini tetap seperti sekarang."

More Chapters