Bab 1 – Kematian yang Membawa Awal
Asap hitam membubung tinggi ke langit kelabu. Ledakan demi ledakan menghantam tanah, menciptakan lubang-lubang besar di markas pertahanan terakhir umat manusia. Di tengah reruntuhan, seorang pria berdiri tegak meskipun tubuhnya penuh luka dan darah.
Jenderal Kael Arden, komandan tertinggi Aliansi Global, menatap tajam ke arah kawanan makhluk asing yang menyerbu tanpa henti. Kulit mereka gelap dan bersisik, matanya merah menyala seperti bara api neraka.
"Unit Omega, siapkan senjata terakhir," ujarnya pelan melalui alat komunikasi di telinganya. Suaranya tenang, tapi semua pasukannya tahu: itu adalah perintah terakhir sebelum akhir.
Senjata penghancur massal yang disebut Hellfire Protocol telah disiapkan. Itu bukanlah alat kemenangan—melainkan pengorbanan terakhir.
"Kau yakin ingin mengorbankan nyawamu untuk ini, Jenderal?" tanya Letnan Nira dengan suara gemetar.
Kael menatap langit. "Jika aku harus mati agar umat manusia hidup… Maka biarkan aku menjadi tembok terakhir mereka."
Ia menekan tombol peluncur. Cahaya putih menyilaukan menyelimuti bumi.
Gelap.
Keheningan.
Dan lalu… napas.
Kael terbangun dengan terengah-engah. Tapi ini bukan puing-puing markasnya. Ini… tempat tidur?
Ia menatap sekeliling. Dinding kayu, cahaya lilin, dan suara burung di luar jendela. Tangannya, yang sebelumnya kasar dan dipenuhi luka, kini tampak lebih kecil dan lembut.
Dia meraba wajahnya. "Ini… bukan tubuhku."
Pintu terbuka tiba-tiba, dan seorang wanita paruh baya berteriak, "Tuan muda! Anda sudah sadar! Dokter! Cepat panggil dokter!"
Kael masih linglung. Dalam pikirannya, ia yakin sudah mati. Tapi apa ini? Surga? Atau neraka yang menyamar?
Namun saat dia menatap ke kaca dan melihat refleksi seorang pemuda remaja dengan rambut hitam legam dan mata tajam yang anehnya… familiar, dia mengerti satu hal:
Dia telah bereinkarnasi.
Keluarga Arkhen.Itulah nama keluarga bangsawan kecil tempat dia terlahir kembali. Tubuh ini dulunya milik putra lemah yang hampir mati karena keracunan.
Dan anehnya, begitu Kael masuk ke tubuh ini, tubuh itu hidup kembali.
"Kael Arkhen," bisiknya. Nama barunya, tapi juga nama barisan pertama dalam sejarah baru yang akan ia ukir.
Dunia ini bukan dunia lamanya. Ada sihir. Ada ras lain. Ada perang yang berbeda.
Tapi satu hal tidak berubah.
Dunia ini pun butuh seorang Jenderal.