Bab 4 – Sang Bayangan dan Penawaran Berbahaya
Perpustakaan kerajaan sunyi seperti makam. Hanya suara detak jarum jam tua yang menggema di antara rak-rak tinggi penuh debu pengetahuan yang dilupakan.
Kael melangkah perlahan, matanya menelusuri jejak-jejak kekuasaan yang tertulis di atas kertas kuno. Ia bukan mencari sejarah — ia mencari celah.
Kelemahan dalam sistem. Titik rawan dalam kekuasaan.
Namun, sebelum ia bisa membuka gulungan peta intelijen yang ia temukan tersembunyi di rak paling belakang, suara langkah ringan menghentikan fokusnya.
Tap. Tap. Tap.
"Sangat berani menyusup ke perpustakaan kerajaan di malam hari, Tuan Kael Arkhen," ujar suara misterius dari balik bayangan.
Kael menoleh cepat. Di balik tiang marmer, muncullah seorang pria berjas hitam tanpa lambang, wajahnya tersembunyi di balik topeng perak separuh wajah, dan matanya… kosong, tapi tajam seperti belati.
"Siapa kau?" tanya Kael tegas, tanpa gentar.
"Aku hanyalah Bayangan," jawabnya. "Utusan dari mereka yang bergerak di balik tirai kekuasaan."
Kael mencengkeram dokumen di tangannya. "Kau dikirim untuk mengawasi… atau membunuhku?"
"Bukan salah satunya," jawab Bayangan itu tenang. "Aku datang untuk menawarkan... kerja sama."
Tawaran dari Dunia Bawah
Bayangan itu berjalan mendekat, lalu meletakkan sebuah gulungan di atas meja.
"Di dalamnya ada daftar tujuh bangsawan yang diam-diam mendukung kudeta pangeran Regan. Nama-nama ini belum pernah terungkap. Mereka adalah pengatur perang yang sebenarnya."
Kael tidak langsung menyentuh gulungan itu. "Mengapa kau memberikannya padaku?"
"Karena kami tahu siapa kau sebenarnya, Jenderal Kael Arden," bisik Bayangan. "Kau bukan hanya remaja biasa. Kau adalah sosok yang bisa menyeimbangkan kekuatan... atau menghancurkan semuanya."
Suasana menegang.
"Bergabunglah dengan kami. Bangun jaringanmu dari bayang-bayang. Kami akan mendukungmu… asal kau tidak menghalangi rencana kami."
Kael tersenyum tipis.
"Jika aku menerima... aku tak lebih dari boneka baru dalam permainan ini."
"Dan jika kau menolak… besok namamu akan berada di daftar pembunuhan keluarga kerajaan."
Pilihan Sang Jenderal
Setelah Bayangan itu menghilang ke dalam kegelapan, Kael duduk diam. Ia membuka gulungan yang ditinggalkan dan mempelajarinya satu per satu.
Nama-nama. Lokasi rahasia. Rekening emas. Surat ancaman. Bukti pengkhianatan.
Ia bisa saja menyerahkan semuanya pada Raja. Tapi Kael tahu, di istana seperti ini, kejujuran bisa berujung mati muda.
"Jika aku ingin mengubah dunia ini," bisiknya, "aku harus membangun kekuatan dari bawah. Dengan otakku. Strategiku. Dan… sedikit kegelapan."
Kael takkan menjadi pion dalam permainan mereka.
Ia akan menjadi pemainnya.