LightReader

Chapter 5 - Reinkarnasi Sang Jenderal: Kebangkitan Dunia Baru

Bab 6 – Tiga Pilar, Satu Tujuan

Udara pagi di ibu kota Kerajaan Sirevar terasa lebih dingin dari biasanya. Bukan karena musim, tetapi karena ketegangan yang menggantung di antara dinding istana.

Kael Arkhen berdiri di balkon kamar tamunya, menatap taman istana yang indah namun menyimpan seribu bahaya. Ia tahu, setelah kejadian semalam—percobaan pembunuhan dan daftar pengkhianat yang hampir dicuri—ia tidak bisa lagi bersikap pasif.

"Permainan telah dimulai," gumamnya. "Dan aku butuh pasukan. Bukan yang membawa pedang… tapi yang tahu cara mengubah jalannya sejarah."

Langkah Strategis: Membangun Tiga Pilar

Kael mengambil keputusan: untuk memenangkan pertempuran politik dan mengalahkan Pangeran Regan, ia harus membangun kekuatan dalam bayang-bayang. Tidak dengan kekerasan, tetapi dengan tiga pilar kekuatan:

Informasi – mengetahui sebelum yang lain tahu.

Aliansi – kekuatan yang datang dari kepercayaan dan kesepakatan diam-diam.

Aset – sumber daya, baik manusia maupun materi.

Dan untuk itu, ia butuh tiga sosok: satu mata, satu lidah, dan satu tangan.

Pilar Pertama: Mata di Bayang-Bayang

Kael kembali menghubungi Bayangan, pria bertopeng perak misterius dari malam sebelumnya.

Dalam pertemuan singkat di ruang bawah tanah istana yang gelap dan penuh kelembapan, Kael menyampaikan satu kalimat:

"Jadilah mataku. Tapi ingat — aku bukan bawahanmu, dan kau bukan atasku. Kita sejajar… sampai salah satu berkhianat."

Bayangan tertawa kecil. "Aku suka jenderal yang tahu cara mengancam dengan halus."

Maka dimulailah jaringan mata-mata: para pelayan istana, prajurit cadangan, bahkan penjaga perpustakaan, yang kini diam-diam mengalirkan informasi ke Kael.

Pilar Kedua: Lidah Beracun tapi Setia

Selanjutnya, Kael mencari seorang diplomat muda bernama Salva Drest, anak dari mantan penasihat raja yang diasingkan. Salva dikenal licin, suka bicara, dan penuh tipu muslihat. Tapi ia juga sangat pintar dan tahu arah angin politik.

Kael mendekatinya di taman istana, saat Salva sedang memberi makan burung.

"Aku tidak butuh penyanjung," kata Kael langsung. "Aku butuh seseorang yang bisa membuat musuh tertawa… sebelum menusuk mereka dengan kata-kata."

Salva menoleh, senyum liciknya muncul. "Dan aku butuh seseorang yang cukup gila untuk memberiku kebebasan berbicara… bahkan saat istana ingin membungkamku."

Mereka bersalaman. Aliansi dibentuk.

Pilar Ketiga: Tangan yang Menggerakkan Dunia

Untuk pilar terakhir, Kael kembali ke markas tersembunyi di distrik bawah kota, mencari Runa, mantan komandan tentara bayaran wanita yang menghilang setelah mengkhianati kontraknya dengan kerajaan.

Saat bertemu Runa, ia nyaris ditebas pedang. Tapi Kael tidak menghindar.

"Kau bisa membunuhku sekarang, tapi itu hanya memberi Pangeran Regan satu musuh lebih sedikit. Atau… kau bisa ikut denganku. Dan akhirnya, kau bisa membalas mereka yang menjadikanmu kambing hitam."

Runa terdiam. Lalu menurunkan pedangnya perlahan.

"Baik. Tapi satu pengkhianatan darimu… dan aku akan jadi eksekusimu sendiri."

Tiga Pilar Telah Terbentuk

Dengan Bayangan sebagai mata, Salva sebagai lidah, dan Runa sebagai tangan, Kael kini memiliki jaringan kecil tapi sangat mematikan. Mereka bukan pasukan besar, tapi mereka adalah strategic unit—tepat seperti yang dibutuhkan jenderal sejati.

Dan malam itu, di ruang pertemuan rahasia, Kael berdiri di tengah mereka dan berkata:

"Kita bukan pemberontak. Kita bukan penyelamat. Kita adalah alat perubahan. Dan malam ini, kita mulai mengukir sejarah."

More Chapters