LightReader

Chapter 8 - Reinkarnasi Sang Jenderal: Kebangkitan Dunia Baru

Bab 9 – Operasi Malam Hitam di Menara Veyna

Langit malam di Kerajaan Sirevar tampak tenang, seolah tidak menyadari bahwa malam itu sejarah akan kembali ditulis dalam darah dan bisikan.

Jauh dari istana, di utara pegunungan kabut, berdiri sebuah menara batu kuno yang menjulang melawan langit — Menara Veyna, tempat legendaris yang dulu menjadi pusat penelitian sihir darah, kini menjadi benteng kultus rahasia yang bersekutu dengan Pangeran Regan.

Dari luar, menara tampak runtuh dan ditinggalkan.

Tapi Kael tahu lebih baik.

Di balik reruntuhan, ada laboratorium hidup. Dan mereka sedang membangun pasukan monster.

Rencana Penyerbuan

Di dataran berbatu tak jauh dari menara, Kael berkumpul bersama ketiga pilarnya: Bayangan, Salva, dan Runa.

"Waktu kita hanya dua jam sebelum pergantian penjaga," ujar Kael, menunjuk peta kasar di tanah yang digambar dengan arang.

"Runa, kau pimpin penyusupan dari terowongan tua di sisi barat. Bawa tiga orang terbaik dari unitmu."

"Bayangan, kau sabotase menara pengawas sihir. Hancurkan lingkaran deteksi mereka. Gunakan kabut buatan jika perlu."

"Salva… kau ikut denganku ke pusat menara. Kita yang akan mengambil naskah sihir darah asli dan menghancurkannya."

Salva mengangkat alis. "Kenapa bukan kau yang memimpin penyusupan?"

Kael tersenyum tipis. "Karena otakku dibutuhkan untuk membuka segel, dan kalau aku mati, kalian akan berjalan buta."

Penyusupan Dimulai

Malam menebal. Kabut buatan perlahan memenuhi kaki menara — hasil racikan Bayangan dari bahan alkimia kuno. Cahaya lentera para penjaga mulai redup.

Dari terowongan rahasia, Runa bergerak tanpa suara, membungkam satu demi satu pengawal dengan bilah pendeknya.

Di sisi lain, Bayangan bergerak seperti kabut itu sendiri, membakar lingkaran sihir dengan cairan khusus, mengacak sistem alarm magis yang tertanam di tanah.

Sementara itu, Kael dan Salva memasuki bagian dalam menara melalui lorong tersembunyi yang nyaris runtuh.

Kebenaran di Inti Menara

Setelah melewati lima lapis perangkap dan dua labirin ilusi, mereka tiba di ruang pusat: sebuah aula bawah tanah dengan dinding berlapis tulang dan tinta darah.

Di tengah ruangan, berdiri sebuah altar batu — dan di atasnya terbentang gulungan naskah kuno dengan simbol merah yang berdenyut perlahan seperti jantung.

Kael mendekat.

"Apa ini benar-benar sihir… atau teknologi yang menyamar?" tanyanya dalam hati.

Ia menyentuh permukaan gulungan — dan tiba-tiba, sebuah sosok muncul dari kegelapan.

Musuh Tak Terduga: Penjaga Veyna

Dari balik pilar batu, muncul seorang pria tinggi dengan jubah berwarna darah. Matanya hitam pekat tanpa iris, dan tubuhnya ditutupi tato ritual yang menyala dalam kegelapan.

"Siapa yang berani menyentuh warisan kami?" suaranya seperti gema dari dunia lain.

Kael mundur selangkah. Salva sudah siap dengan pisau racun di tangan.

"Aku bukan pencuri. Aku adalah penghancur masa lalu yang seharusnya tidak pernah ada."

Penjaga itu mendesis. "Maka kau akan mati… bersama kebenaran yang ingin kau hapus."

Pertarungan di Ruang Terlarang

Pertarungan pecah.

Salva menyerang lebih dulu, mengalihkan perhatian Penjaga dengan pisau beracun yang memantul di dinding batu.

Kael, sementara itu, memecahkan simbol sihir di gulungan satu per satu, menggunakan kode militer dan taktik analisis dari dunia lamanya untuk membatalkan mantra aktif.

Penjaga itu melontarkan sihir darah yang membakar udara, tapi Kael melempar granat asap alkimia — hadiah dari Bayangan.

Dalam kekacauan asap, Kael berhasil menembus altar dan menarik keluar inti sihir darah — kristal hitam seukuran jantung bayi, berdenyut lemah.

"Kalau aku menghancurkan ini… semua hasil eksperimen Regan akan gagal," pikir Kael.

Dan tanpa ragu, ia menghancurkannya dengan tangannya sendiri.

CRACK.

Teriakan gaib menggema dari dalam tembok menara, seperti jeritan roh-roh yang dilepaskan dari ikatan mereka.

Penjaga itu berteriak kesakitan — dan tubuhnya berubah menjadi abu, menyatu dengan debu masa lalu.

Menara Runtuh, Misi Sukses

Getaran besar mengguncang menara.

"Lari!" seru Kael.

Mereka semua keluar dari jalur evakuasi yang telah disiapkan Runa sebelumnya. Saat mereka mencapai bukit di kejauhan, mereka melihat menara Veyna… runtuh perlahan menjadi debu, membawa serta rahasia tergelap kerajaan.

Kael berdiri di puncak bukit, wajahnya dingin namun matanya menyala penuh api.

"Satu sudah tumbang."

More Chapters