Bab 2: Kota Tanpa Bayangan
Lana masih berdiri diam di depan Rael, pria yang mengaku mengenalnya. Tapi bagaimana mungkin? Ia baru saja bangun di tahun 2145, dan lelaki itu menyebut ini bukan pertama kalinya mereka bertemu.
"Aku tidak kenal kamu," kata Lana pelan."Itu karena memorimu belum lengkap," jawab Rael. "Kau pernah ada di sini sebelumnya… hanya saja kau tak ingat."
Rael memberi isyarat, dan tiba-tiba ruang di sekeliling mereka berubah—seolah realitas hanya layar hologram yang bisa diputar ulang. Tanah menghilang. Langit menutup. Mereka kini berada di dalam ruangan putih penuh panel cahaya, seperti laboratorium rahasia.
"Apa ini?""Zona Pusat Simulasi," jawab Rael. "Satu-satunya tempat yang tidak bisa dimanipulasi oleh sistem utama."
Lana menarik napas dalam-dalam. Kepalanya berdenyut. Banyak hal tak masuk akal, tapi satu yang pasti: Rael bukan orang biasa.
Mereka berjalan menyusuri koridor panjang. Dinding-dindingnya bergerak—menyesuaikan suhu tubuh, membaca detak jantung, bahkan mencatat suara batin.
"Dunia ini... terlalu tenang," gumam Lana. "Seolah manusia tak lagi punya rasa takut.""Karena rasa takut sudah diprogram ulang," jawab Rael tanpa ekspresi."Apa maksudmu?""Setelah Peristiwa Paradox Tahun 2108, semua bentuk emosi ekstrem dianggap ancaman stabilitas. Sistem mengambil alih."
Lana merasa mual.
"Jadi semua orang... dikendalikan?""Tidak dikendalikan. Diredam."
Rael berhenti di depan sebuah pintu logam. Di atasnya tertulis: Unit Kenangan Tidak Tersentuh.
Ia menatap Lana.
"Di sinilah semua ingatanmu disimpan. Termasuk… satu kebenaran yang mungkin tak ingin kau lihat.""Kebenaran apa?""Bahwa kehadiranmu di sini bukan kecelakaan."
Pintu terbuka perlahan.
Dan di dalamnya, Lana melihat dirinya sendiri—duduk diam di dalam kapsul bening, mata terpejam, tubuh diselimuti kabel.
"Apa itu aku?""Itu kamu... dari garis waktu lain.""Kenapa ada dua aku?""Karena suatu hari di masa lalu… kamu membuat pilihan yang membelah masa depan."