LightReader

Chapter 12 - Chapter 12 – Sky Roars, Seven Heavenly Lights

Chapter 12 – Langit Bergemuruh, Tujuh Cahaya Surgawi

Enam murid lain akhirnya tiba di puncak Gunung Lihai. Saat mereka melihat ke depan, mata mereka membelalak empat Spiritual Heavenly Fruit berkilau dalam cahaya suci, melayang di atas pilar-pilar batu alami. Tanpa ragu, mereka langsung berlari mendekat.

Namun, begitu kaki mereka melewati batas tertentu, sebuah dorongan hebat menghantam tubuh mereka, memantulkan mereka jauh ke belakang. Mereka nyaris jatuh dari lereng terjal.

Yuji Daofei, Yun Xiwe, Xieyi Zui, dan Wang Xuei menyaksikan hal itu dengan mata membelalak. Meskipun mereka sudah mengira betapa kuatnya tekanan buah tersebut, melihatnya secara langsung tetap membuat mereka tertegun.

Hari sudah memasuki ke-173 sejak ujian dimulai. Belum ada satu pun dari mereka yang berhasil menyentuh Spiritual Heavenly Fruit. Tekanan luar biasa dan energi suci yang menyelimuti buah-buah itu tampaknya menolak siapa pun yang tidak layak.

Xieyi Zui duduk di tanah, peluh menetes dari wajahnya. Suaranya lirih, nyaris tenggelam dalam angin.

"Aku... aku tidak yakin kita bisa mendapatkannya. Mungkin kita memang belum pantas..."

Yun Xiwe menoleh, menatapnya dengan lembut namun tegas.

“Jangan menyerah, Xieyi. Kita sudah sampai sejauh ini. Kalau memang belum bisa mengambilnya, setidaknya kita harus mencoba.”

Yuji, yang sejak tadi diam, mengepalkan tangannya. Ia menatap ke arah buah-buah itu dengan pandangan dalam.

"Aku merasa... ada sesuatu yang belum kita pahami tentang buah ini. Mungkin... ini bukan hanya tentang siapa yang paling kuat."

Sementara itu, enam murid yang terpental tadi termenung. Mereka berdiri dalam diam, mengamati dan berbisik satu sama lain dengan ekspresi bingung dan frustasi.

"Apa mungkin... kita harus menunggu waktu tertentu?" bisik salah satu dari mereka.

“Kenapa tekanan itu begitu aneh? Seperti... hidup... dan mengamati kita...” ujar yang lain.

Beberapa jam berlalu. Suasana mulai senyap. Kelelahan mulai merayapi semua orang di puncak. Mata mereka merah, tubuh terasa berat. Jauh di kejauhan, Jia Wei dan Yuwei mengamati dari balik teropong spiritual mereka.

“Kasihan juga mereka, ya,” ucap Yuwei pelan.

“Benar... Tapi itu memang harga dari pilihan mereka,” balas Jia Wei dengan nada dingin.

Namun sebelum kalimat itu benar-benar berakhir, langit mendadak berubah.

Awan bergulung cepat, menghitam. Petir menyambar di sekitar puncak gunung. Suara ledakan keras bergema, menggetarkan seluruh wilayah. Yuji, Yun, Xieyi, Wang, dan keenam murid lainnya terkejut dan segera mengambil posisi bertahan.

“Apa lagi ini...?” teriak Yun Xiwe dengan suara nyaris tertelan oleh angin.

Petir terus mengamuk, lalu... cahaya yang sangat terang muncul, menyilaukan mata mereka. Semua menutup mata sejenak. Saat mereka membukanya kembali muncul tiga buah baru.

Ketiganya melayang sedikit lebih tinggi, ukurannya sedikit lebih besar dari buah sebelumnya. Cahaya mereka menembus awan, memancarkan tujuh warna yang indah, berpendar seperti pelangi surgawi.

Mata semua orang membelalak.

Di tempat berbeda, Fang Sei, Hui Baifa, We Jita, serta Jia Wei dan Yuwei ikut terkejut melihat pemandangan itu dari kejauhan. We Jita bahkan berdiri dari duduknya tanpa sadar.

“Apa... tiga buah lagi?” gumamnya.

Sementara itu, suara lirih keluar dari bibir Yuji.

“Ini... bukan hanya ujian kekuatan.”

Tiga cahaya surgawi yang baru saja muncul mengguncang langit. Warna-warna menari dalam pancaran suci, membentuk formasi mirip lingkaran di atas puncak Gunung Lihai. Aura dari ketiga buah itu terasa jauh lebih murni dan mendalam dibandingkan tujuh buah sebelumnya. Angin mendadak berhenti sejenak, seakan waktu pun menahan napas.

Di luar Wilayah Zhi tepatnya di menara pengamat utama Sekte Daun 7 Sisi para tetua berdiri serempak.

Tatapan Elder Duyi memaku ke langit.

“Sepuluh... Itu buah yang ke-10...” ucapnya pelan, namun cukup terdengar oleh semua yang hadir.

Tetua wanita di sampingnya, Elder Jinhai, mengepalkan tangannya dengan raut tak percaya. “Mereka muncul... semua sepuluh Buah Spiritual Surgawi akhirnya lengkap.”

Di sisi lain ruangan, murid-murid yang sudah lulus tahap pertama berdiri membisu. Mereka yang tidak memiliki akar roh cukup kuat untuk mengejar Heavenly Fruit hanya bisa menyaksikan dari pantulan cermin roh yang melayang di tengah ruangan.

Salah satu dari mereka, seorang murid laki-laki bernama Tan Wulien, menggigit bibirnya.

“Aku masih tak percaya... Tiga buah terakhir itu muncul karena apa?” bisiknya.

“Pasti ada pemicu,” ujar Lian Mo, teman Tan, “dan mereka Yuji, Yun, Wang, Xieyi mereka berada tepat di sana saat itu terjadi.”

Di desa Yunboa, keluarga Lawzi berkumpul di halaman, menyaksikan proyeksi langit yang terpancar dari altar spiritual desa.

Tsai Mianzu meletakkan tangan di mulutnya, matanya berkaca-kaca. “Vuyei... apakah kamu melihat ini juga?”

Lawzi Kunren hanya mengangguk pelan, ekspresinya serius. “Langit sedang memilih.”

Sementara itu, di Gunung Lihai, Yuji Daofei memandangi ketiga buah baru itu dengan sorot mata tajam.

"Ini..." suaranya rendah namun dalam, "...ini adalah akhir dari ujian."

Xieyi Zui menatap langit dengan napas terengah.

“Jadi... benar kata para tetua. Sepuluh Buah Spiritual Surgawi. Tapi kenapa mereka baru muncul sekarang?”

Wang Xuei melirik ke arah Yun Xiwe yang berdiri kaku. Ia membuka suara.

“Kau ingat... sebelum kita masuk ke Wilayah Zhi, para tetua bilang jumlahnya sepuluh.”

Yun mengangguk perlahan.

"Ya... Aku juga ingat. Tapi... yang kita lihat hanya tujuh. Aku sempat berpikir tiga lainnya mungkin hanya mitos."

Tiba-tiba, suara petir menggema sekali lagi, namun kali ini tidak menghantam bumi melainkan menyebar ke seluruh penjuru Wilayah Zhi, seperti sinyal bahwa ujian telah memasuki babak akhir.

Di luar wilayah, Elder Duyi berseru lantang ke seluruh penjuru menara:

“Waktunya sudah dekat. Dalam tiga hari, Buah Surgawi akan menghilang. Jika tak ada yang sanggup mengambilnya... maka mereka akan kembali tidur selama 100 tahun!”

Semua orang terdiam.

100 tahun... terlalu lama untuk menunggu peluang seperti ini lagi.

Langkah demi langkah, mereka bergerak. Yuji Daofei memimpin barisan, tubuhnya sedikit membungkuk menahan tekanan dari kekuatan Buah Spiritual Surgawi yang mengguncang udara sekitarnya. Di belakangnya, Yun Xiwe dan Xieyi Zui saling menjaga jarak, napas mereka berat, wajah mereka basah oleh keringat, namun mata mereka tetap bersinar oleh semangat. Wang Xuei menyusul, tangannya terkepal kuat menahan gemetar tubuhnya yang hampir menyerah.

Enam murid lainnya yang sebelumnya terpental oleh kekuatan hebat dari buah itu akhirnya ikut melangkah maju. Ketegangan menebal di puncak Gunung Lihai. Suara lirih terdengar dari bibir mereka, antara bisikan penyemangat diri dan rintihan tertahan oleh kerasnya medan.

Yuji sudah hampir mencapai satu dari tiga Heavenly Spiritual Fruits yang bersinar terang, dikelilingi pusaran cahaya tujuh warna. Di belakangnya, Yun dan Xieyi saling menyalip. Wang Xuei mengerang, namun tetap berjuang.

Sementara itu, di kejauhan…

Jia Wei dan Jia Yuwei duduk bersandar di balik bebatuan tinggi, teropong di tangan mereka bergantian digunakan untuk mengamati para murid di puncak gunung. Ketegangan memuncak di wajah mereka. Yuwei menggigit bibir bawahnya.

"Kenapa rasanya… seperti mereka sedang menghadapi dewa?" bisik Jia Wei lirih.

Tak jauh dari mereka, Fang Sei berdiri tegap di atas sebuah batu besar, tangan di belakang punggung, pandangan tak lepas dari bayangan kecil yang bergerak perlahan di puncak. Meski terkenal cuek, kali ini matanya tak menyembunyikan kecemasan.

Hui Baifa, dengan dagu tertopang di lutut, mengamati dalam diam. Matanya menatap tajam, namun tak ada tanda-tanda siasat licik seperti biasanya. Hanya ketegangan murni.

We Jita berdiri sendiri di sisi lain gunung, tubuhnya bergetar ringan. Ia menatap puncak Gunung Lihai seperti sedang menunggu seseorang. “Bertahanlah…,” gumamnya, meski tak tahu untuk siapa ia berbicara teman, atau dirinya sendiri.

Jauh dari sana, di pelataran utama Sekte Daun 7 Sisi, Tan Wulien berdiri di antara para murid yang sudah lulus. Matanya tertuju ke langit di atas Gunung Lihai yang belum kembali tenang. Cahaya tujuh warna masih menyala, membuat semua mata terpaku.

Para tetua sekte berdiri dengan ekspresi berat. Mereka tahu, Heavenly Spiritual Fruits hanya ada sepuluh. Tujuh telah terlihat sejak awal, dan tiga sisanya baru muncul setelah kilatan petir dan cahaya suci mengguncang langit.

"Buah terakhir telah memperlihatkan dirinya," ucap salah satu elder dengan nada rendah namun penuh makna. “Tapi siapa yang mampu menyentuhnya… akan menulis sejarah.”

Mata semua orang, baik yang berada di Sekte maupun yang berada jauh di sekitar Wilayah Zhi, kini hanya tertuju pada sepuluh sosok yang tengah bertarung melawan tekanan langit… di Puncak Lihai.

More Chapters