LightReader

Chapter 26 - Chapter 26 – Paths Unveiled

Chapter 26 – Paths Unveiled (Jalur yang Terungkap)

Siang hari yang hangat menyelimuti Aula Utama Sekte Daun 7 Sisi. Cahaya matahari masuk dari celah-celah tinggi di dinding batu, menyinari lantai aula yang luas dan tenang. Para murid baru yang telah melewati tiga tahap seleksi dengan susah payah kini duduk dalam formasi rapi. Wajah-wajah penuh harap, gugup, dan penasaran menyatu menjadi satu atmosfer yang menegangkan. Di hadapan mereka, para tetua berdiri dengan jubah panjang, membawa aura keagungan dan pengalaman bertahun-tahun dalam dunia kultivasi.

Yun Xiwe menoleh ke samping, berbisik kepada Xieyi Zui, “Apa yang akan mereka sampaikan, ya? Aku merasa ini penting sekali.”

Xieyi Zui hanya menggeleng pelan, “Mungkin tentang pelatihan awal?”

Yuji Daofei berdiri tenang dengan tangan terlipat di dada, matanya tak berkedip menatap para tetua. Jia Wei dan adiknya, Jia Yuwei, saling melirik. Sementara Wang Xuei dan Hui Baifa hanya menyandarkan tubuh di dinding, bersikap seolah tidak peduli meski mata mereka tetap tertuju ke depan.

Tetua Huimei melangkah maju, suaranya lembut namun penuh wibawa, “Selamat, para murid baru. Kalian telah melewati rintangan awal. Hari ini, kami akan memperkenalkan pada kalian lima jalur utama dalam dunia kultivasi.”

Aula langsung menjadi hening. Semua murid menyimak dengan penuh perhatian.

“Pertama adalah Alkemia,” ujar Tetua Huimei, tangannya melambai membentuk simbol di udara. “Jalan ini berfokus pada pembuatan pil, ramuan, dan obat-obatan spiritual. Tanpa alkemis yang handal, banyak sekte akan runtuh karena kekurangan pasokan penyembuh dan pendukung energi.”

“Lalu, ada Martial Cultivation,” sambung Tetua Zuro, dengan suara dalam. “Ini adalah jalur kekuatan fisik. Kalian akan memperkuat tubuh, menguasai teknik bela diri, baik bersenjata maupun tanpa senjata.”

“Healing Path,” lanjut Tetua Jinhai, “adalah jalan penyembuhan. Dengan energi spiritual, kalian bisa memulihkan luka, bahkan menyelamatkan nyawa. Tapi ini bukan jalur yang mudah.”

“Keempat, Spiritual Cultivation,” kata Tetua Miwa, suaranya seperti gema. “Ini jalur yang mengandalkan kekuatan spiritual dan mantra. Kalian bisa menciptakan ilusi, menghancurkan jiwa musuh, atau mengendalikan medan pertempuran melalui kekuatan pikiran dan roh.”

“Dan terakhir, Formation Mastery,” ujar Tetua terakhir yang berjanggut putih, “kalian akan mempelajari formasi dan susunan simbol. Dengan penguasaan yang tinggi, kalian bisa menciptakan jebakan, barikade pelindung, hingga teleportasi. Kekuatannya bisa melampaui batas manusia jika digabung dengan kecerdasan dan intuisi.”

Para murid menatap kosong ke depan. Mereka terlihat bingung dan terpukau, belum tahu jalur mana yang harus dipilih.

Sebelum kebingungan mereka berlanjut, Tetua Huimei kembali berbicara.

“Namun, sebelum kalian memilih jalan kalian masing-masing, kalian perlu memahami tahapan kultivasi yang akan kalian tempuh.”

Dia menarik napas dalam, lalu menjelaskan, “Ranah kultivasi dibagi dalam beberapa langkah. Hari ini, kami akan menjelaskan langkah langkahnya, yaitu dari awal kalian mengembangkan akar roh hingga ke tahap paling tinggi kultivasi.”

“Langkah kultivasi terdiri dari tujuh tahap.

1. Root Tempering Stage. Ada 15 tingkatan di tahap ini, dari Tingkat 1 hingga Tingkat 15.

2. Vein Opening Stage.

3. Meridian Awakening.

4. Spirit Rote Cultivation.

5. Core Essence Formation.

6. Heavenly Pulse Synchronization.

7. Heavenforged Path.

Semua murid terdiam. Wajah-wajah mereka menunjukkan beragam reaksi.

Beberapa tampak antusias matanya bersinar penuh ambisi, seperti Fang Sei yang menggenggam tinjunya dengan semangat. Namun tak sedikit pula yang tertunduk lesu, merasa jalur itu terlalu panjang dan berat untuk dijalani.

Tetua Mo Lishan menambahkan, “Ingatlah, mencapai puncak Heavenforged Path bukanlah sesuatu yang bisa dicapai dalam waktu singkat. Bahkan kultivator paling jenius pun membutuhkan ratusan hingga ribuan tahun.”

Seketika itu, ruangan terhenyak.

“Apa...?” bisik Jia Wei tak percaya.

“Ribuan tahun?” seru Jia Yuwei dengan mata membelalak.

Xieyi Zui menutup mulutnya yang menganga, sedangkan Yun Xiwe hanya bisa menghela napas panjang. Daofei mengernyit, namun tetap tenang. Hui Baifa menyumpah pelan di bawah napasnya, sementara Wang Xuei bersandar kembali ke tembok, jelas terguncang.

Hari itu, Aula Sekte Daun 7 Sisi menjadi saksi awal perjalanan panjang para murid baru sebuah perjalanan yang akan membawa mereka pada penderitaan, kekuatan, dan kebenaran yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Ketegangan memenuhi Aula Besar Sekte Daun 7 Sisi. Para murid baru duduk dalam diam, menyimak penjelasan panjang dari para tetua mengenai berbagai jalan kultivasi dan tahapan awal yang harus mereka lalui. Namun, saat suasana mulai mereda dan para murid tampak mulai merenung, suara berat dan dalam menggema dari ujung aula.

Tetua utama sekaligus ketua Sekte Daun 7 Sisi, seorang pria setengah paru baya yang mengenakan jubah hijau berlapis ungu, perlahan berdiri dari kursinya. Sorot matanya tajam, tetapi penuh kebijaksanaan.

“Semua yang kalian dengar barusan,” ujarnya, suaranya tenang namun menggetarkan dada para murid, “hanyalah awal dari jalan panjang yang kalian pilih.”

Seluruh aula kembali hening. Tidak ada yang berani menyela, bahkan beberapa murid menahan napas mereka.

“Jalan kultivasi... tidak berhenti di Heavenforged Path,” lanjutnya sambil menatap setiap wajah muda yang duduk di depannya. “Di atasnya, ada langkah yang disebut Step 2. Sebuah tahap misterius yang bahkan sebagian besar dari kami para tetua... tidak pernah melihatnya secara langsung.”

Gumaman kecil terdengar dari barisan murid. Mata mereka membelalak, ekspresi terkejut, bingung, dan penasaran bercampur menjadi satu.

“Tahap itu,” kata tetua utama, “hanya bisa dicapai oleh segelintir makhluk terpilih. Mereka yang berhasil menapakinya mungkin membutuhkan waktu ribuan... bahkan puluhan ribu tahun lamanya.”

Kata-katanya menggantung di udara. Wajah-wajah muda mulai pucat. Tidak sedikit yang menelan ludah.

“Dan sebagian besar,” lanjutnya dengan nada suram, “bahkan tidak pernah benar-benar mencapai Step 2. Mereka hanya mampu melangkah di jembatan yang menghubungkan Heavenforged Path ke langkah berikutnya... dan di sanalah banyak yang gagal. Tubuh mereka hancur, jiwa mereka nyaris lenyap, dan mereka terpaksa bertahan di jembatan itu, tidak maju, tidak mundur. Bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun... hanya untuk mencoba lagi. Tapi bukan berarti tidak ada yang berhasil.”

Terdengar suara kursi berderit pelan. Beberapa murid saling memandang dengan wajah ngeri.

Yun Xiwe menunduk, matanya tampak gelisah. Xieyi Zui menggenggam jubahnya erat-erat. Jia Yuwei berbisik pelan ke kakaknya, Jia Wei, yang wajahnya tampak tak bisa menyembunyikan keterkejutan. Bahkan Yuji Daofei, yang dikenal tenang dan acuh, terlihat mengernyit. Hui Baifa dan Wang Xuei membeku di tempat duduk mereka.

“Jadi... seberapa jauh sebenarnya jalan ini...?” gumam Fang Sei lirih, hampir tak terdengar.

“Jika kalian pikir perjalanan kalian berakhir di Heavenforged Path,” tetua utama mengakhiri, “maka kalian belum melihat betapa panjangnya pendakian menuju kekekalan.”

Keheningan menyelimuti aula. Jalan kultivasi yang awalnya tampak sebagai petualangan penuh harapan kini tampak seperti gunung tanpa puncak sunyi, panjang, dan tak kenal belas kasihan.

Suasana di dalam Aula Besar masih diliputi keheningan setelah pengungkapan mengejutkan dari tetua utama. Tak seorang pun berbicara, seolah-olah udara itu sendiri sedang mencerna kenyataan yang baru saja mereka dengar.

Kemudian, dari sisi kanan aula, salah satu tetua perempuan melangkah maju. Wajahnya teduh, anggun, dan berwibawa. Jubahnya berwarna hijau daun dengan sulaman motif angin dan kelopak bunga. Ia adalah Tetua Miwa, dikenal sebagai pengawas Jalur Penyembuhan dan juga penjaga Paviliun Kehidupan.

Dengan suara lembut tapi penuh kekuatan, ia bertanya,

“Apakah kalian semua... sudah memutuskan jalan yang ingin kalian tempuh?”

Tatapannya menyapu para murid baru yang kini menunduk dalam pertimbangan, diliputi kegelisahan dan harapan.

Beberapa murid tampak saling melirik. Namun, sebelum siapa pun sempat menjawab, langkah ringan terdengar di tengah aula.

Yun Xiwe, dengan pakaian sederhana berwarna putih kebiruan, maju satu langkah ke depan. Matanya jernih dan penuh tekad. Suasana seolah menegang oleh keberaniannya.

“Tetua Miwa,” ucap Yun Xiwe dengan suara jernih, “aku memiliki pertanyaan...”

Miwa menatap gadis muda itu dengan penuh perhatian. “Silakan, murid Yun.”

“Apakah seorang murid hanya diperbolehkan memilih satu jalur kultivasi saja?” Yun Xiwe berhenti sejenak, lalu melanjutkan, “Karena aku ingin menapaki Spiritual Cultivation, Formation Mastery, dan juga Healing Path.”

Aula sontak terdiam.

More Chapters