LightReader

Chapter 27 - Chapter 27 – The Diverging Roads

Chapter 27 – The Diverging Roads (Jalan yang Berbeda)

Murid-murid baru yang mengelilinginya tampak terperanjat. Bisikan kagum, cemas, dan heran langsung menyebar. Bahkan beberapa murid senior Sekte Daun 7 Sisi yang berdiri di barisan samping panggung pun tampak terkejut. Beberapa mengerutkan dahi, beberapa lainnya tampak tercengang.

Bahkan Tetua Miwa sendiri tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Matanya membelalak ringan, lalu ia menghela napas, perlahan menghampiri Yun Xiwe.

“Apa yang kau minta... bukanlah sesuatu yang ringan, Yun Xiwe,” ucapnya. “Tiga jalur itu bukan hanya berbeda arah, tapi masing-masing mengandung disiplin dan beban yang luar biasa.”

Namun, tatapan Yun Xiwe tidak goyah.

“Aku tahu itu, Tetua,” katanya tegas. “Tapi hatiku tidak bisa memilih satu. Aku ingin memahami kedalaman roh, menguasai formasi, dan menyembuhkan orang lain. Semua itu... adalah bagian dari tujuan kultivasiku.”

Beberapa tetua lainnya saling memandang. Ada ketegangan samar di udara.

Tetua Miwa terdiam, lalu memandang ke arah Tetua Utama, seolah meminta keputusan lebih tinggi.

Tetua utama mengangguk perlahan, dan dengan suara dalam berkata,

“Jika murid itu sanggup... maka biarkanlah semesta yang mengujinya. Tidak ada aturan mutlak yang melarang tiga jalan sekaligus, tapi beban dari ketiganya... bisa membuatmu hancur bahkan sebelum mencapai Heavenforged Path.”

Yun Xiwe membungkuk hormat. “Murid siap menerima risikonya.”

Ketegangan di aula berubah menjadi keheningan hormat. Meskipun banyak yang tidak percaya ia akan berhasil, tak sedikit pula yang mulai memandang Yun Xiwe dengan rasa kagum.

Dan sejak saat itu, nama Yun Xiwe mulai bergaung, tidak hanya sebagai murid baru... tapi sebagai seseorang yang menantang batas yang ditentukan dunia.

Keputusan Yun Xiwe masih bergema di Aula Besar. Para tetua dan murid lainnya belum sepenuhnya menyerap keberaniannya, ketika sebuah langkah lembut kembali terdengar. Suara langkah itu nyaris tak terdengar, namun kehadirannya membawa kehangatan yang tenang.

Xieyi Zui gadis lembut berusia enam belas tahun dari kota timur maju dengan senyum kecil di bibirnya. Matanya menatap lurus ke arah Tetua Miwa, tak gentar meski dalam diam.

“Tetua Miwa,” ujarnya dengan suara pelan namun jelas. “Aku juga ingin mengikuti tiga jalur yang sama seperti Yun Xiwe. Spiritual Cultivation, Formation Mastery, dan Healing Path.”

Beberapa murid menatap Xieyi dengan tatapan tak percaya. Bahkan beberapa yang awalnya memandangnya sebagai gadis lemah kini mulai menilai ulang keberaniannya.

Tetua Miwa menatap Xieyi Zui dengan kehangatan. Tak ada kejutan di matanya, hanya pengertian dan rasa bangga yang samar.

“Jalanmu tidak mudah, anakku,” ucapnya. “Namun aku melihat cahaya keteguhan dalam hatimu. Jika kau benar-benar yakin, maka aku... mengizinkan.”

Xieyi Zui membungkuk dalam-dalam, lalu mundur ke barisan, berdiri di samping Yun Xiwe. Mereka bertukar senyum kecil yang penuh makna.

Tak lama kemudian, dua sosok perempuan berambut panjang berjalan berdampingan ke depan. Jia Wei dan Jia Yuwei, kakak beradik dari Kota Selatan, maju tanpa ragu.

Jia Wei menyeringai kecil, seperti biasa penuh percaya diri. “Aku memilih Formation Mastery dan Spiritual Cultivation,” katanya dengan suara lantang.

Yuwei, sang adik, berbicara dengan nada lebih tenang, “Aku juga memilih jalur yang sama.”

Tetua lainnya mengangguk, mencatat dengan cepat nama mereka dan jalur yang dipilih.

Berikutnya, Yuji Daofei, sosok paling dingin di antara mereka, melangkah maju. Wajahnya tetap tak menunjukkan ekspresi.

“Aku memilih Martial Cultivation dan Spiritual Cultivation.”

Begitu selesai, dia kembali tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Di belakangnya, Fang Sei maju dengan ekspresi cuek, mengangkat bahu seolah mengatakan “apa boleh buat”.

“Sama. Martial dan Spiritual.”

Kemudian, suara berat dan tawa kecil terdengar dari sisi aula. Hui Baifa murid dengan reputasi kelicikan dari selatan muncul dengan langkah santai.

“Aku? Martial, Spiritual… dan, yah, tambahkan Alkemia juga.”

Beberapa tetua saling memandang dengan khawatir, tapi mereka mencatat keputusannya tanpa komentar.

Lalu, dari sudut aula, Wang Xuei melangkah dengan senyum licik di wajahnya.

“Aku ingin mengambil Alkemia, Spiritual Cultivation, dan Formation Mastery.”

Dia menambahkan, “Kalau bisa belajar banyak hal sekaligus, kenapa tidak, kan?”

Gelombang terakhir dari murid-murid lainnya pun mulai maju. Sebagian hanya memilih satu jalur, seperti Martial Cultivation atau Spiritual Cultivation. Beberapa yang lebih ambisius memilih dua jalur. Ada juga yang memilih tiga seperti Yun Xiwe dan Wang Xuei. Namun, tak satu pun dari mereka berani mengambil lima sekaligus bahkan empat pun dianggap terlalu berisiko.

Tidak ada satu pun tetua yang menganjurkan lebih dari tiga. Jalur yang dipilih akan menjadi fondasi awal yang menentukan arah dan potensi mereka ke depan.

Setelah seluruh keputusan dicatat dan setiap murid telah memilih, suara tetua utama kembali bergema di aula.

“Kalian semua... telah memilih jalan masing-masing. Mulai hari ini, kalian tidak lagi hanya calon, tetapi murid resmi dari Sekte Daun 7 Sisi!”

Sebuah cahaya putih keperakan turun dari atas aula, membentuk lingkaran simbolik yang menyelimuti seluruh murid baru. Di balik cahaya tersebut, terlihat Tujuh Paviliun Utama, berdiri megah di area dalam sekte, masing-masing mewakili satu jalur:

Paviliun Roh (Spiritual Cultivation)

Paviliun Formasi

Paviliun Martial

Paviliun Penyembuh

Paviliun Alkemia

Paviliun Ilusi

Paviliun Jiwa

Satu demi satu, murid-murid mulai dipanggil dan diarahkan ke paviliun utama mereka, berdasarkan jalur kultivasi yang mereka utamakan.

Yun Xiwe dan Xieyi Zui, karena memprioritaskan Spiritual Cultivation, dikirim ke Paviliun Roh.

Jia Wei dan Yuwei, yang lebih mengutamakan Formation Mastery, diarahkan ke Paviliun Formasi.

Yuji Daofei, Fang Sei, dan Hui Baifa yang menjadikan Martial Cultivation sebagai inti dikirim ke Paviliun Martial.

Wang Xuei, dengan fokus awal pada Alkemia, masuk ke Paviliun Alkemia.

Langkah demi langkah, para murid menuju tempat yang akan menjadi rumah kedua mereka dalam beberapa tahun ke depan. Tempat di mana mereka akan ditempa, jatuh, bangkit, dan perlahan... menyentuh jalan menuju puncak dunia kultivasi.

Dua tahun telah berlalu.

Di sebuah sore yang tenang, suara tawa Lawzi Zienxi dan Vuyei bergema di sekitar ladang bambu kecil di tepi Desa Yunboa. Keduanya kini telah berusia sebelas tahun. Meski tubuh mereka belum besar, langkah-langkah mereka sudah lebih mantap.

Mereka sering berlatih ringan di bawah bimbingan ayah Zienxi, Lawzi Jeu, atau sang paman, Lawzi Kunren. Gerakan dasar bela diri, kelincahan tubuh, hingga latihan pernapasan sederhana menjadi bagian dari keseharian mereka meski Zienxi masih lebih tertarik bermain ketimbang berlatih serius.

Hari itu, setelah menyelesaikan sesi latihan kecil, mereka duduk di atas batu besar di pinggir aliran sungai kecil. Vuyei menarik napas panjang sambil memandangi langit.

“Zienxi, apa menurutmu kita akan pergi ke sekte besar suatu hari nanti?”

Zienxi mengangkat bahu. “Entahlah… semua orang bilang aku punya akar roh, tapi aku belum merasakannya apa-apa. Aku lebih suka bantu Ayah panen di ladang.”

Mereka tertawa, namun percakapan itu menandai sesuatu yang tumbuh perlahan keingintahuan.

Di luar Desa Yunboa dan Negara Guhawe, dunia kultivasi terbentang luas. Terdapat sekte-sekte besar dan kecil yang tersebar di seluruh penjuru negara, namun pengaruh kultivasi tak terbatas di satu negara saja.

Nama-nama negara besar sering dibicarakan oleh para tetua, termasuk.

Zhongluan, wilayah kabut dan danau biru, tempat tenang untuk berkultivasi.

Huoling, tanah merah menyala dan penuh bahaya, namun tetap indah.

Wushen, wilayah misterius penuh jurang dan racun tersembunyi.

Onyx Vein Union, dunia luas dan indah, tempat sekte besar dan kultivator hebat berada.

Celestara Dominion, negeri di atas awan, rumah bagi para kultivator hebat, dan sekte-sekte besar terkenal.

Celestara Dominion dikenal sebagai negara paling berpengaruh di dunia kultivasi saat ini. Banyak sekte tua dan makhluk kuno menetap di sana. Sekte legendaris seperti Langit Ketujuh dan Perpustakaan Jiwa Langit dikabarkan berasal dari sana.

Namun bagi Zienxi, semua itu masih sebatas dongeng.

Ketenangan Sebelum Badai

Di desa, hari-hari berlalu damai. Petani menanam, anak-anak bermain, dan aroma musim semi mulai memenuhi udara. Namun beberapa tetua di desa mulai merasakan pergerakan aneh di antara aliran spiritual tanah.

Beberapa malam terakhir, Lawzi Jeu terlihat berdiri diam di bukit kecil, memandangi langit.

“Terlalu tenang,” gumamnya pelan. “Langit yang terlalu tenang, menyembunyikan kilat yang belum jatuh…”

More Chapters