LightReader

Chapter 8 - Echo of Ego

Langit Blue Lock pagi itu berwarna abu-abu.

Seolah-olah bangunan ini tahu — akan ada sesuatu yang berubah hari ini.

Tim Z bersiap untuk pertandingan terakhir mereka di tahap pertama.

Kemenangan kali ini akan menentukan siapa yang bertahan… dan siapa yang pulang.

Aku berdiri di barisan tengah, mendengar Isagi berbicara dengan penuh semangat.

"Kalau kita percaya pada ego masing-masing, kita bisa menang. Kita cuma perlu sinkron!"

Aku tersenyum tipis.

"Sinkron, ya…" gumamku pelan.

Sementara yang lain menatap ke depan, pikiranku justru menatap ke dalam.

Ke layar biru yang kini tak lagi muncul — karena layar itu sudah menjadi bagian dari mataku sendiri.

> [Integrasi penuh selesai.]

[Mode: Ego System aktif.]

[Tujuan: Dominasi lapangan.]

Peluit berbunyi.

Dan dunia berubah.

---

Lapangan terasa berbeda kali ini.

Semua gerakan pemain lain seolah melambat.

Aku bisa melihat garis lintasan bola, pola kaki Isagi, bahkan detak gugup Kunigami.

Sistemku — atau diriku — memproses semuanya tanpa pikir panjang.

Tubuhku bergerak sebelum aku sempat berpikir.

Bola datang dari Bachira.

Aku memutar tubuh, menendang — tapi bukan ke arah gawang.

Bola justru memantul ke dinding, kembali padaku,

dan dalam satu sentuhan kecil aku melewati dua bek sekaligus.

"APA ITU BARU SAJA!?" teriak Kunigami dari belakang.

Isagi menatapku, matanya lebar.

"Ryou… kau bahkan tidak lihat ke arah bola!"

Aku hanya menjawab dengan satu kalimat, pelan tapi tegas:

> "Aku tidak butuh lihat. Aku merasakannya."

---

Pertandingan semakin panas.

Tim lawan — Tim Y — mulai membaca pola kami.

Tapi aku tidak bermain dengan pola lagi.

Aku bermain dengan insting yang sudah bercampur dengan sistem.

> [Analisis prediksi Isagi: akurat 89%.]

[Analisis prediksi Ryou Asahi: 99.7%.]

Suara itu bergema lagi, tapi kini tidak terasa asing.

Seolah itu memang pikiranku sendiri yang berbicara dengan logika sempurna.

Aku melompat tinggi,

melihat garis biru membentuk jalur bola di udara —

dan dalam sepersekian detik, aku tahu kemana bola itu akan jatuh.

Aku memutar tubuh di udara —

dan tendangan voli keras meledak dari kakiku.

Gol.

Seluruh lapangan terdiam sesaat,

lalu riuh sorakan bergema.

Tapi aku tidak mendengar mereka.

Yang kudengar hanya suara di kepalaku:

> [Tujuan tercapai.]

[Ego Level: 100%.]

[Selamat datang di ranah ego sejati.]

---

Namun sesuatu terasa aneh.

Cahaya di sekelilingku bergetar,

dan di tepi lapangan aku melihat sekilas bayangan — sosok dengan wajahku sendiri.

Dia tersenyum, mengangkat tangannya seperti memberi hormat.

> "Kau akhirnya sampai di sini, Ryou."

"Sekarang… lihat apakah dunia siap menghadapi versi terbaik dari dirimu."

Peluit akhir berbunyi.

Team Z menang.

Tapi di dalam dada, bukan rasa lega yang muncul —

melainkan rasa lapar yang aneh.

Keinginan untuk mencetak lebih banyak gol, menaklukkan lebih banyak lawan,

hingga dunia ini cukup sempit untuk hanya menyisakan aku dan gawang di depanku.

---

Di ruang istirahat, Ego muncul di layar besar.

"Selamat, Team Z. Kalian melangkah ke tahap berikutnya."

Tatapannya tajam menembus monitor.

Tapi untuk pertama kalinya, matanya berhenti di wajahku lebih lama dari yang lain.

"Ryou Asahi," katanya datar.

"Aku tak tahu apa yang kau mainkan,

tapi kau mulai terlihat seperti konsep Blue Lock itu sendiri."

Aku menatap balik layar itu dan tersenyum.

"Kalau begitu, mungkin sistemmu baru saja menemukan bug paling sempurna, Ego-san."

----

Terima kasih sudah membaca System in Blue Lock!

Dukungan kalian adalah bahan bakar semangatku untuk terus menulis perjalanan Ryou Asahi 💪

Kalau kamu suka bab ini, jangan lupa:

💬 Tinggalkan komentar

🌟 Beri rating & favorit

🔔 Follow agar nggak ketinggalan update berikutnya!

#SupportBlueLockFanfic #RyouAsahi

More Chapters