LightReader

Chapter 2 - Rahasia yang Terungkap

Sari duduk di kafe mewah dekat rumahnya, menyesap latte panas sambil menatap layar ponsel. Malam pertemuan jodoh itu masih segar di ingatannya—Dokter Reza, pria muda berpenampilan rapi dengan mobil mewah, tapi percakapannya hanya berputar pada karier dan kekayaan. "Kau wanita karir, Sari. Aku suka itu. Kita bisa bangun bisnis bersama," katanya sambil tersenyum sombong. Sari tersenyum kaku, tapi hatinya kosong. Ia merasa seperti barang dagangan, bukan pasangan sejati.

Pikirannya melayang ke Andi. Pria itu, dengan penyamaran gelandangannya, justru membuatnya tertawa. Pesan dari Andi tiba: "Mbak Sari, gimana jodohnya? Kalau gagal, saya siap jadi cadangan. 😊" Sari tersenyum, jarinya ragu sebelum membalas. "Lumayan. Tapi kau? Masih pura-pura gelandangan?"

Balasan Andi datang cepat: "Hari terakhir misi saya. Besok saya pulang ke rumah. Tapi saya mau ketemu Mbak lagi. Ada yang mau saya ceritain."

Sari merasa penasaran. Apa lagi rahasia Andi? Ia setuju bertemu di taman kota sore itu. Saat tiba, Andi sudah duduk di bangku, kali ini berpakaian rapi—kaos putih, jeans, dan sepatu sneakers. Rambutnya rapi, wajahnya bersih. Ia tampak seperti pria normal, bahkan tampan. "Wah, beda banget," kata Sari sambil duduk di sampingnya.

Andi tertawa. "Ya, penyamaran selesai. Terima kasih atas bantuan kemarin. Uang Mbak bikin saya bisa makan enak."

Sari mengangguk. "Cerita dong, misi apa sebenarnya? Kenapa pura-pura gelandangan?"

Andi menghela napas, tatapannya serius. "Orang tua saya kaya banget, Mbak. Ayah saya pemilik perusahaan properti besar. Tapi mereka selalu suruh saya fokus bisnis, jangan main-main. Saya bosan. Saya mau tahu rasanya hidup susah, belajar empati. Jadi, saya kabur selama sebulan, pura-pura gelandangan. Tapi... ada yang salah."

"Salah? Apa?"

Andi menatapnya dalam. "Saya jatuh cinta sama Mbak. Dari pertama lihat. Mbak baik hati, cantik, dan kuat. Bukan cuma kasih uang, tapi lihat saya sebagai manusia."

Sari terdiam, pipinya memerah. "Andi, kita baru kenal. Lagian, aku lagi diatur nikah sama keluarga."

Andi tersenyum. "Saya tahu. Tapi saya serius. Kalau Mbak mau, saya bisa buktin. Saya bukan gelandangan sungguhan. Saya bisa jadi suami yang baik."

Percakapan mereka berlanjut, Andi bercerita tentang masa kecilnya yang mewah tapi sepi. Sari menceritakan tentang impiannya menjadi desainer independen, bukan cuma karyawan. Mereka tertawa, berbagi mimpi. Tapi saat Sari pulang, ia merasa bingung. Andi tampak tulus, tapi ia takut ini terlalu cepat.

Keesokan harinya, ibu Sari menelepon lagi. "Reza suka kamu, Sari. Ia mau lanjut. Kita atur pertemuan lagi." Sari mengiyakan, tapi pikirannya ke Andi. Ia menghubungi Andi, dan mereka janjian makan malam. Di restoran sederhana, Andi tampil romantis—pesan bunga, cerita lucu. "Mbak, kalau saya jadi calon suami Mbak, saya akan dukung karier Mbak. Bukan cuma jadi ibu rumah tangga."

Sari tersenyum, hatinya mulai goyah. Tapi saat pulang, ia melihat Reza menunggu di depan rumahnya. "Sari, aku serius sama kamu. Kita cocok." Sari ragu, tapi kata ya untuk menghindari drama keluarga.

Malam itu, Sari tak bisa tidur. Dua pria, dua dunia berbeda. Andi, yang dimulai dari bawah, atau Reza, yang sempurna di atas kertas? Rahasia Andi membuatnya penasaran, tapi tekanan keluarga membuatnya takut. Apakah ia bisa pilih hati, atau norma sosial akan menang?

More Chapters