BAB 14: Gemuruh Lobby di Jam Delapan Malam
Malam telah turun menyelimuti desa, membawa udara dingin yang merayap masuk melalui celah jendela kamar. Namun, suasana di dalam kamarku justru terasa panas oleh debaran jantung yang tak menentu. Jarum jam dinding baru saja menyentuh angka delapan malam. Sesuai janji di grup SQUAD 12 tadi siang, inilah saatnya sang Kapten menjalankan tugasnya.
Aku duduk bersila di atas kasur dengan earphone yang sudah terpasang rapi. Begitu aplikasi Free Fire terbuka, musik ikonik di lobby menyambutku. Tak butuh waktu lama, undangan masuk satu per satu.
Nayara Amora joined the group.
Anos_Gantenkz joined the group.
Farel_Slow joined the group.
"Cek, cek! Kapten Arya sudah masuk radar!" suara Anos langsung menggelegar di telingaku. "Ry, lo udah makan belum? Jangan sampai pas lagi war tangan lo gemeteran gara-gara laper."
"Aman, Nos. Tadi udah makan banyak digodain satu rumah," jawabku sambil terkekeh pelan. Aku melirik karakter Nayara yang berdiri di sebelah karakterku. Dia memakai kostum bundle gratisan tapi tetap terlihat manis di mataku.
"Halo Arya... Halo semuanya," suara Nayara masuk. Terdengar ada suara bisikan di latar belakangnya. "Eh, bentar ya, ini Rara sama Dela juga mau login. Katanya mereka mau nonton dulu baru nanti gantian main."
"Siap, Nay. Santai aja," kataku.
Tiba-tiba, pintu kamarku terbuka sedikit. Dua kepala muncul dari balik pintu. Siapa lagi kalau bukan Dika dan Lulu. Dika sudah memakai baju tidur gambar pahlawan super, sementara Lulu memeluk boneka beruangnya yang sudah kusam.
"Abang... Abang lagi main sama Kakak cantik ya?" bisik Dika sambil merangkak masuk diikuti Lulu.
"Sst! Diem, jangan berisik. Abang lagi pakai mic nih, nanti kedengeran mereka!" peringatku, tapi terlambat.
"Eh, suara siapa tuh? Lucu banget," tanya Nayara di seberang sana. "Arya, itu suara adik kamu ya?"
Aku menghela napas, pasrah. "Iya Nay. Ini Dika sama Lulu. Mereka emang usil banget pengen liat kamu main."
"Halo Kakak Cantik! Aku Dika! Abang Arya tadi sore liatin foto Kakak terus loh!" teriak Dika tepat di depan HP-ku.
"Iya! Abang senyum-senyum sendili!" tambah Lulu dengan suara cadelnya.
Seketika, sunyi senyap di voice chat. Lalu, ledakan tawa dari Anos dan Farel pecah. "HAHAAHA! Mampus lo Ry! Dibongkar sama adek sendiri!" tawa Anos sampai terdengar tersedak. "Gila, Ry, ternyata lo diam-diam menghanyutkan ya!"
"Dika! Lulu! Keluar nggak!" wajahku sudah panas bukan main. Aku benar-benar ingin menelan HP ini bulat-bulat.
"Eh, jangan diusir dong," suara Nayara terdengar sangat lembut, dan aku bisa merasakan dia sedang tersenyum lebar di sana. "Halo Dika, halo Lulu. Salam kenal ya. Jangan nakalin Abang Arya terus, nanti dia nggak fokus jagain Kakak di game."
Dika dan Lulu langsung kegirangan. Mereka duduk manis di sampingku, memperhatikan layar HP dengan saksama seolah sedang menonton bioskop.
"Oke, oke, balik ke fokus!" kataku mencoba mengalihkan pembicaraan yang sangat memalukan ini. "Kita main Mode Ranked. Nayara, kamu ikutin aku terus. Jangan jauh-jauh. Anos sama Farel, kalian flanking (muter) kalau aku kasih instruksi."
"Siap, Kapten!" jawab mereka serentak.
Permainan dimulai. Pesawat meluncur di atas Map Purgatory. Kami terjun di daerah Brasilia. Suasana langsung mencekam karena banyak skuad lain yang turun di sana. Aku segera memungut Scar dan MP40.
"Ada musuh di rumah hijau! Satu skuad!" teriak Farel panik. Dia mulai ditembaki dan darahnya berkurang drastis.
"Tenang, Rel. Pasang wall!" instruksiku. Aku bergerak lincah, melompat dari jendela, dan melakukan slide cepat. Duar! Duar! Duar! Tiga orang musuh langsung terkapar berkat bidikan jituku.
"Wih! Abang hebat! Kakak Cantik, liat Abang jago!" seru Dika sambil bertepuk tangan di sampingku.
Nayara yang tadi sempat panik karena ditembaki langsung merasa aman. "Makasih Arya! Tadi aku hampir mati kalau kamu nggak dateng."
"Jangan lama-lama di situ, Nay. Ambil medkit itu, terus kita pindah ke zona," kataku. Aku sengaja memberikan senjata M4A1 yang sudah dipasang scope 4x ke arah Nayara. "Nih Nay, sesuai janji tadi sore. Kamu pakai ini, coba tembak dari jauh. Aku yang jagain dari deket."
"Makasih ya, Arya..." jawabnya lirih. Kalimat sederhana itu rasanya lebih ampuh dari medkit mana pun di dalam game.
Pertempuran terus berlanjut hingga zona terakhir mengecil. Tersisa satu skuad musuh yang sangat kuat. Mereka bersembunyi di balik bebatuan tinggi. Anos dan Farel sudah tereliminasi duluan karena terlalu ceroboh maju ke depan. Kini tinggal aku dan Nayara.
"Ry, maaf ya... aku jadi beban. Kita cuma berdua," suara Nayara terdengar cemas.
"Nggak apa-apa, Nay. Kamu percaya sama aku kan?" tanyaku.
"Percaya, Arya."
Aku menarik napas panjang. Aku menggunakan strategi granat asap untuk mengelabui musuh. Saat asap tebal menyelimuti area, aku bergerak memutar secepat kilat. Dengan sisa peluru yang ada, aku melakukan jump shot yang sangat berisiko.
BOOYAH!
Layar HP kami bersinar kuning keemasan. Kami menang!
"YEYYY! BOOYAH!" Dika dan Lulu melompat-lompat di atas kasurku sampai sprei-nya berantakan.
"Gila! Gila! Kapten Arya emang nggak ada obat!" teriak Anos dari voice chat. "Nay, lo beruntung banget dijagain Arya. Gue aja yang cowok baper liat cara dia main tadi."
"Iya, Arya jago banget..." sahut Nayara. "Makasih ya Arya buat malam ini. Aku jadi belajar banyak."
"Sama-sama, Nay. Yang penting kamu seneng," jawabku singkat, mencoba menahan rasa salting yang luar biasa di depan adik-adikku.
Setelah mabar selesai, aku menutup aplikasi dan meletakkan HP di bantal. Dika dan Lulu masih belum mau keluar. Mereka justru mendekat dan membisikkan sesuatu.
"Bang... Kakak Nayara suaranya baik ya. Cantik juga," kata Dika sambil menyeringai nakal.
"Iya... Lulu suka Kakak Cantik. Besok main lagi ya Bang?" tambah si kecil Lulu.
"Iya, besok main lagi. Sekarang kalian tidur, udah malem. Nanti Ibu marah loh," kataku sambil menggiring mereka keluar kamar. Begitu mereka keluar, aku menutup pintu dan menguncinya.
Aku kembali ke kasur, membuka WhatsApp. Ada pesan masuk dari Nayara.
Nayara Amora: "Makasih buat Booyah-nya malam ini, Arya. Dan... makasih juga udah ngenalin ke Dika sama Lulu. Mereka lucu banget. Tidur yang nyenyak ya, Kapten. Sampai ketemu besok di barisan depan! [Emoji Bintang]"
Aku memeluk bantal erat-erat. Malam ini, rasa sakit akibat tamparan Pak Arnos di masa lalu benar-benar tidak terasa lagi. Luka itu telah tertutup oleh tawa adik-adikku, sorakan teman-temanku, dan perhatian dari seorang gadis bernama Nayara.
Aku mematikan lampu kamar, tapi senyum di wajahku tidak kunjung padam. Di kegelapan itu, aku menyadari satu hal: hidupku di SDN 12 bukan lagi tentang bertahan hidup, tapi tentang mulai menikmati hidup. Dan aku berjanji, aku akan menjaga "Booyah" ini, baik di dalam game maupun di dunia nyata.
