BAB 16: Guild SQUAD 12 dan "Serangan" Cepu Adik-Adik
Suasana kantin SDN 12 siang itu benar-benar riuh. Kabar tentang "Kapten Arya" si murid pindahan yang jago main epep ternyata menyebar lebih cepat dari gosip mana pun. Belum sempat aku menyuap bakso yang kupesan, tiba-tiba mejaku yang sudah penuh oleh Anos, Farel, Nayara, Rara, dan Dela, didatangi oleh gerombolan anak kelas 3 dan 4.
"Bang! Bang Arya ya?" tanya seorang anak kelas 4 dengan mata berbinar. "Gue liat status Bang Anos tadi pagi, katanya Bang Arya Master ya? Mabar dong Bang nanti sore!"
"Iya Bang! Gue juga mau ikut! Rank gue baru Platinum, gendong dong ke Diamond!" sahut anak kelas 3 di sebelahnya.
Aku melirik Anos yang cuma nyengir tanpa dosa sambil mengunyah kerupuk. "Hehe, sori Ry. Gue terlalu bangga punya kapten kayak lo, jadi gue promosiin ke adek-adek kelas," ucap Anos enteng.
"Gila lo Nos, liat tuh jadi rame kan!" protesku, tapi sejujurnya aku merasa senang karena kini aku punya banyak teman.
Anos tiba-tiba berdiri di atas kursi kantin, bergaya seperti orator. "Woi, dengerin semuanya! Karena yang mau gabung banyak, gimana kalau kita nggak cuma bikin grup WA doang? Kita bikin GUILD resmi SQUAD 12 di dalam game! Biar nama sekolah kita makin disegani di server!"
"SETUJU!" teriak Farel dan anak-anak kelas bawah itu serempak.
"Nah, Kaptennya tetep Arya. Gue jadi wakilnya, Farel jadi pengurus loot, Nayara jadi maskotnya!" lanjut Anos yang langsung dihadiahi lemparan tisu oleh Nayara.
"Maskot apaan sih, Nos! Gue tetep mau main ya!" protes Nayara sambil tertawa.
Hanya dalam waktu satu jam istirahat, grup WhatsApp SQUAD 12 yang tadinya cuma berisi 6 orang, langsung membengkak jadi 15 orang. Isinya campur aduk, ada Rara, Dela, beberapa anak kelas 4, sampai anak kelas 3 yang masih cadel kalau ngomong headshot. HP-ku di atas meja kantin bergetar terus-menerus karena notifikasi yang masuk.
Sore harinya, saat aku baru saja sampai di rumah, suasana ruang tamu sudah ramai. Dika dan Lulu ternyata sedang asyik bermain di teras bersama Ibu. Saat aku masuk, mereka langsung mengerumuniku.
"Abang! Abang! Udah pulang!" seru Lulu sambil memeluk kakiku.
"Bang, mabar lagi nggak nanti? Dika mau liat Kakak Cantik lagi!" tanya Dika dengan mata nakal.
Baru saja aku mau menjawab, tiba-tiba HP-ku berbunyi. Ada panggilan video masuk di grup SQUAD 12. Aku tidak sengaja memencet tombol terima, dan muncullah wajah Anos, Farel, dan... Nayara yang sedang duduk di teras rumahnya.
"Woi Ry! Lagi ngapain? Yuk bahas nama Guild!" teriak Anos dari layar HP.
Dika dan Lulu yang melihat wajah Nayara di layar langsung berebut ingin memegang HP-ku. Aku berusaha menjauhkan HP itu, tapi Dika lebih gesit. Dia berhasil menarik lenganku hingga wajahnya muncul di depan kamera.
"Halo Kakak Cantik! Kakak Nayala ya?" teriak Dika dengan suara cemprengnya.
Nayara di seberang sana tertawa manis. "Eh, halo Dika! Halo Lulu! Ketemu lagi kita."
"Kak! Kakak tau nggak? Kemarin pas Kakak pasang foto di status, Abang Arya nungguin terus tau!" kata Dika, memulai aksi cepu-nya yang paling mematikan.
Jantungku rasanya mau copot. "Dika! Diem! Jangan ngaco!"
"Iya Kak! Abang sampe screenshot foto Kakak! Telus ditaruh di dalem folder 'Penting' telus diganti namanya jadi 'Bidadali'!" tambah Lulu dengan suara cadelnya yang lantang.
Seketika, layar HP-ku penuh dengan tawa meledak dari Anos dan Farel.
"HAHAAHA! BIDADARI?! SERIUS LO RY?!" Anos berguling-guling di kamarnya sampai HP-nya jatuh. "Gila, Kapten kita ternyata puitis banget! Folder 'Penting' isinya foto Nayara semua!"
"Ry, lo beneran screenshot foto gue yang kemarin?" tanya Nayara. Suaranya pelan, wajahnya di layar HP terlihat memerah padam, tapi dia tidak terlihat marah. Dia justru tersenyum malu-malu sambil memilin ujung hijabnya.
Aku bener-bener ingin menghilang dari muka bumi. Aku langsung mengambil paksa HP dari tangan Dika. "Enggak Nay! Dika bohong! Anak kecil jangan dipercaya!"
"Nggak bohong! Dika liat sendiri kok pas Abang lagi zoom-zoom fotonya Kak Nayala!" teriak Dika lagi dari kejauhan sambil lari menuju dapur. "Ibuuuuu! Abang Arya ketauan nyimpen foto Kakak Cantik!"
"Dikaaaaa!" aku berteriak frustrasi.
Ibu yang mendengar keributan itu masuk ke ruang tamu sambil tertawa. Beliau ikut mengintip ke layar HP-ku. "Eh, ada Nayara ya? Halo Nay. Jangan dengerin Dika ya, emang Arya dari kemarin senyum-senyum terus kalau liat HP. Ibu kira dia lagi dapet hadiah dari game, ternyata lagi dapet 'hadiah' dari sekolah ya?"
"Ibu juga sama aja!" seruku sambil menutup wajah dengan tangan yang bebas.
Nayara di layar HP cuma bisa menunduk malu. "Nggak apa-apa Bu... Nayara juga seneng kok kalau Arya simpen fotonya buat penyemangat belajar."
"WIDIH! KODE KERAS TUH RY!" sahut Anos yang tiba-tiba muncul lagi di layar. "Udah lah, mending sekarang kita balik bahas Guild. Namanya apa nih? 'Bidadari Arya Skuad'?"
"Diem lo Nos! Namanya tetep SQUAD 12!" jawabku ketus untuk menutupi rasa salting yang luar biasa.
"Tapi Ry," Farel ikut bersuara, "Status lo tadi siang juga lucu tau. Lo pasang foto buku catatan lo yang ada tulisan 'N-A-Y' di pojokan kertasnya. Itu siapa lagi kalau bukan Nayara?"
Aku terdiam. Mati aku. Aku lupa kalau aku sempat corat-coret nama Nayara pas jam Bu Vero tadi siang karena bengong. Ternyata kegabutanku berujung petaka karena tertangkap kamera saat aku memfoto catatan matematika.
"Cieeeee... Kapten kita lagi Skinrus (Skin-Serius) nih deketin maskot Guild!" ledek Anos lagi.
Malam itu, grup WhatsApp yang berisi 15 orang itu mendadak jadi sangat ramai. Bukan cuma bahas strategi mabar, tapi bahas kelakuan "bucin" sang Kapten yang dibongkar habis-habis oleh kedua adiknya. Rara dan Dela di grup terus-menerus mengirimkan stiker "Cieee" dan "Pajak Jadian Mana".
Aku duduk di pojok kamar, menatap layar HP dengan perasaan campur aduk. Malu, tapi juga merasa sangat hangat. Kehadiran Dika dan Lulu yang cepu justru membuat suasana jadi lebih cair. Hubunganku dengan Nayara yang tadinya sangat kaku, kini jadi lebih santai karena rahasia-rahasia kecil itu sudah terbongkar.
Pukul 9 malam, setelah grup agak sepi, sebuah pesan pribadi masuk.
Nayara Amora: "Arya, tidur ya. Jangan begadang liatin foto 'Bidadari'-nya terus, nanti besok di sekolah ngantuk lho [Emoji Ketawa dan Hati Biru]"
Aku mematikan lampu kamar, memeluk bantal, dan tersenyum lebar. Biarlah Dika dan Lulu jadi cepu, biarlah Anos dan Farel meledekku sampai puas. Yang penting, malam ini aku tahu bahwa Nayara Amora tidak keberatan menjadi bagian paling penting di dalam folder 'Penting' di HP-ku, dan di dalam hati
