LightReader

Chapter 8 - Kembalinya Sosok Gelap untuk Balas Dendam

📖 BAB 8 – Bayangan di Balik Pintu Kota

Fajar menyelimuti Elvaria dengan cahaya pucat. Di balik tembok kota yang menjulang, hiruk-pikuk pasar pagi mulai terdengar—suara pedagang yang berteriak, kuda menarik gerobak, dan aroma roti hangat bercampur bau besi dari bengkel pandai besi.

Namun, di antara keramaian itu, tak ada yang menyadari bahwa kegelapan telah melangkah masuk.

Gerbang Utama Kota Elvaria.

Seorang perempuan berbalut jubah hitam panjang berdiri di antrean. Wajahnya sebagian tertutup kerudung, menutupi sebagian besar ciri-ciri wajahnya.Saat penjaga memeriksa setiap orang yang masuk, matanya tajam mengamati perempuan itu.

"Nama dan tujuan," ujar salah satu penjaga dengan nada waspada.

Perempuan itu mengangkat wajahnya sedikit, memperlihatkan senyum samar."Namaku Lyra," katanya dengan suara lembut, seolah angin yang membelai. "Aku seorang tabib keliling. Aku mendengar kota ini membutuhkan penyembuh."

Penjaga itu menatapnya curiga. Ada sesuatu di senyuman itu—seperti ada yang disembunyikan. Namun, saat ia menatap mata perempuan itu, rasa ragu itu hilang begitu saja.

Mata perak itu… entah bagaimana, membuat pikirannya kabur.

"Masuklah," ujar sang penjaga, nyaris tanpa sadar.

Perempuan itu melangkah melewati gerbang, dan seiring langkahnya, kabut tipis merayap di tanah lalu lenyap begitu saja.

Dia adalah Aeryn.Dan kini dia ada di dalam kota.

Pasar Pusat Elvaria.

Aeryn berjalan pelan, mata peraknya tersembunyi di balik tudung jubah. Ia menatap sekeliling: pedagang yang sibuk bertransaksi, anak-anak berlari, dan para bangsawan menunggang kuda putih.Dulu, tempat ini adalah kenangan—kenangan yang menyakitkan.

"Di sinilah mereka mencaci dan meludahiku," bisiknya pelan, jemarinya mengepal di balik jubah.

Kabut tipis muncul dari telapak tangannya, berputar pelan sebelum ia hentikan.Belum saatnya. Aku harus sabar.

Di ruang latihan ksatria, Kael sedang berlatih pedang.

Suara pedang beradu memenuhi udara. Kael menebas, memutar, dan menangkis serangan lawannya dengan gerakan cepat. Wajahnya serius, peluh menetes di pelipisnya.

Namun, meski tubuhnya bergerak, pikirannya tak tenang.

Perempuan itu… siapa sebenarnya?

Ia mengingat tatapan itu—tatapan yang menusuk jantungnya malam itu di hutan.Dan tanpa sadar, namanya terucap.

"Aeryn…"

Seorang ksatria muda yang berlatih dengannya mendengar itu."Komandan? Siapa Aeryn?" tanyanya polos.

Kael terdiam sesaat, lalu menepis pertanyaan itu dengan dingin."Tidak penting."

Tapi di lubuk hatinya, ia tahu itu penting. Terlalu penting.

Di istana, Lady Seraphine menerima kabar baru.

"Yang Mulia," pelayan itu berbisik, "ada perempuan asing masuk ke kota pagi ini. Beberapa penjaga bilang matanya… aneh."

Seraphine menghentikan gerakan tangannya yang sedang menuang anggur. Matanya menyipit.

"Aneh bagaimana?"

"Perak. Seperti… cahaya bulan."

Anggur merah tumpah sedikit dari cangkir. Seraphine membeku, wajahnya kehilangan warna.

Mata perak… tidak… tidak mungkin…

Malam itu, di sebuah penginapan tua di sudut kota.

Aeryn berdiri di depan jendela, menatap ke arah istana Elvaria yang menjulang di kejauhan. Angin malam membawa aroma bunga yang dulu ia sukai—aroma yang kini hanya mengingatkannya pada pengkhianatan.

Di tangannya, belati hitam dengan runa merah berkilau samar. Ia mengusap mata pisaunya dengan jari, dan dari belati itu terdengar bisikan-bisikan halus.

"Siapa yang akan kau ambil selanjutnya?"

Senyum samar terbentuk di bibir Aeryn.

"Tidak lama lagi," bisiknya. "Aku akan memulai… dari mereka yang paling percaya mereka aman."

More Chapters