LightReader

Chapter 13 - Kembalinya Sosok Gelap untuk Balas Dendam

BAB 13 – Ketakutan yang Menyebar

Pagi berikutnya, Elvaria tidak sama lagi.Pasar sepi, pintu-pintu rumah ditutup rapat, dan di setiap sudut kota hanya terdengar satu topik:

"Baron Eldric… hilang."

Bukan sakit. Bukan pergi. Hilang.Tidak ada jejak tubuhnya, hanya ruang pesta yang hancur dan kabut hitam yang katanya muncul entah dari mana.

Rumor beredar seperti penyakit. Ada yang berbisik bahwa roh jahat datang untuk menghukum bangsawan. Ada pula yang mengaku melihat mata perak bersinar di tengah kegelapan sebelum Eldric lenyap.

Di markas ksatria, ketegangan menebal.

Kael berdiri di meja besar yang penuh peta dan laporan. Ia menatap laporan saksi mata—kata-kata yang diulang-ulang membuat kepalanya berdenyut:

"Kabut hitam.""Mata perak.""Perempuan bergaun hitam."

Kael mengepalkan tangan.

Aeryn… ini caramu menunjukkan dirimu?

Seorang ksatria muda ragu-ragu mendekat."Komandan… apa yang harus kita katakan pada rakyat? Mereka… ketakutan."

Kael terdiam sejenak sebelum menjawab."Katakan bahwa ksatria kerajaan akan melindungi mereka," ucapnya, tapi suaranya terdengar dingin, seperti ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Di kamar pribadinya, Lady Seraphine memecahkan gelas anggur.

Cairan merah mengalir di lantai seperti darah. Wajahnya pucat, dan tangannya gemetar untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

"Pertama Gareth… lalu Eldric," bisiknya, suaranya bergetar."Dia benar-benar kembali."

Seorang pelayan mendekat dengan takut-takut. "Nona, siapa yang kembali?"

Seraphine menatapnya dengan mata dingin, kemudian membalikkan tubuh, jubah sutranya berkibar.

"Bukan urusanmu," katanya singkat. Tapi dalam hatinya, bayangan Aeryn membayangi setiap pikirannya.

Sementara itu, di toko ramuan kecil itu…

Aeryn duduk di kursi, tangannya tenang saat ia mengaduk ramuan hijau di sebuah botol kaca. Di hadapannya, buku lusuh berisi daftar nama terbuka.

Ia mencoret Baron Eldric dengan tinta hitam.

Nama berikutnya kini jelas di depan matanya:Lady Seraphine.

Perempuan yang dulu memfitnahnya, yang memulai semuanya.

Senyum tipis muncul di bibir Aeryn.

"Kau akan jadi hadiah terindah dari dendamku, Seraphine."

Di luar toko, dua pasang mata mengawasinya.

Kael memerintahkan dua ksatria kepercayaannya untuk mengamati Lyra secara diam-diam. Tapi semakin lama mereka mengawasi, semakin mereka merasa… ada sesuatu yang salah.

"Dia terlalu tenang," bisik salah satu ksatria. "Terlalu… dingin."

Ksatria yang lain menelan ludah. "Kau juga melihat matanya? Mata itu seperti… menatap langsung ke dalam jiwamu."

Di dalam toko, Aeryn tahu ia sedang diawasi.

Ia menatap bayangan di lantai, dan kabut hitam keluar, membentuk senyuman samar.

"Mereka mulai curiga…" bisik kabut itu.

Aeryn tersenyum."Bagus. Aku ingin mereka curiga. Aku ingin mereka takut."

Matanya menatap istana di kejauhan.

"Karena semakin mereka takut… semakin manis rasanya saat aku menghancurkan mereka."

More Chapters