LightReader

Chapter 9 - Kembalinya Sosok Gelap untuk Balas Dendam

📖 BAB 9 – Tabib Bayangan

Hari mulai gelap di kota Elvaria. Lampu-lampu minyak mulai dinyalakan di jalan utama, dan hiruk pikuk pasar berangsur-angsur sepi. Tapi justru pada jam inilah, bisikan tentang perempuan asing bermata aneh mulai terdengar di antara warga kota.

Di pojok pasar, di sebuah toko kecil yang sudah lama ditinggalkan, cahaya lilin redup menyala.Di dalamnya, Aeryn berdiri, menyusun botol-botol kaca berisi ramuan herbal dan alat-alat tabib.

Ia mengenakan gaun sederhana berwarna abu-abu kusam, rambut hitam panjangnya dikepang longgar, dan tudung hitamnya tergantung di kursi. Aeryn menyamar sebagai "Lyra," tabib keliling—wajahnya sedikit berbeda karena ilusi tipis dari kekuatan gelap yang ia gunakan. Tidak ada yang akan mengenali gadis yang dulu dibakar hidup-hidup di alun-alun.

Malam itu, pintu toko diketuk.

Seorang wanita tua dengan wajah cemas masuk sambil membawa anak laki-lakinya yang batuk parah."Tabib, tolong anakku… dia tidak berhenti batuk sejak kemarin," ujar wanita itu, suaranya bergetar.

Aeryn tersenyum samar, mengambil botol ramuan berwarna hijau pucat."Tenanglah. Anakmu akan sembuh."

Ia meneteskan ramuan itu ke mulut si anak. Hanya beberapa detik, batuk anak itu mereda. Wajah wanita itu lega, matanya berkaca-kaca.

"Terima kasih… Tabib Lyra. Kau seperti malaikat," katanya dengan penuh rasa syukur.

Aeryn hanya tersenyum tipis, tapi matanya dingin.

"Aku bukan malaikat, Bu. Aku hanya menolong… mereka yang pantas ditolong."

Wanita itu tidak mengerti maksudnya, tapi tetap menunduk hormat dan pergi dengan rasa lega.

Saat pintu menutup, Aeryn berdiri sendiri di ruangan itu.

Tiba-tiba, kabut hitam keluar perlahan dari bayangannya di lantai, membentuk wujud samar yang berbisik di telinganya.

"Kau benar-benar menolong mereka?""Seorang penyelamat dan pembalas dendam… menarik."

Aeryn tersenyum dingin."Ramuan itu sederhana. Aku tidak kejam kepada orang yang tak bersalah. Tapi…" ia menatap belati hitam di meja. "…aku tidak akan berhenti memburu yang berdosa."

Sementara itu, di markas ksatria.

Kael memeriksa laporan dari penjaga gerbang. Satu nama muncul berkali-kali: Lyra, tabib keliling.

Ia mengernyit. "Tabib? Baru datang pagi ini?"

"Benar, Komandan," ujar prajurit itu. "Sepertinya perempuan yang baik. Sudah menolong beberapa warga. Tapi…"

"Tapi apa?" Kael menatap tajam.

Prajurit itu menelan ludah."Mereka bilang… matanya agak aneh. Terlalu… perak."

Jantung Kael berdetak lebih cepat. Matanya menatap laporan itu lama, lalu ia berkata pelan,"Cari tahu lebih banyak. Jangan membuatnya curiga. Aku ingin tahu siapa sebenarnya tabib ini."

Di penginapan kecil yang sama, malam semakin larut.

Aeryn berdiri di depan cermin. Ia menatap wajahnya sendiri—wajah yang kini penuh perubahan. Meski ilusi menyembunyikan sebagian identitasnya, mata peraknya tetap bersinar, meski samar.

Ia mengusap cermin dengan jarinya, meninggalkan jejak kabut hitam di permukaannya. Dari cermin itu, bayangan dirinya di masa lalu muncul sekilas: gadis polos dengan gaun biru, tersenyum penuh cinta pada Kael.

Wajah Aeryn menegang. Ia mengangkat tangannya, dan bayangan itu hancur seperti kaca retak.

"Gadis itu sudah mati," gumamnya. "Yang tersisa hanya aku—dan dendamku."

More Chapters