LightReader

Chapter 24 - Chapter 24 – The Way Out of the Layered Forest

Chapter 24 – The Way Out of the Layered Forest

(Jalan Keluar dari Hutan Berlapis)

Sudah tiga hari berlalu sejak kericuhan besar pertama pecah.

Namun suasana di dalam Layered Forest masih sama liar, penuh debu, dan suara benturan yang nyaris tak pernah berhenti. Para calon murid masih terjebak dalam pertarungan fisik, tanpa teknik, tanpa spiritualitas, hanya mengandalkan kekuatan tubuh dan akal.

Beberapa melempar batu dari balik pohon, yang lain memukul menggunakan kayu patah, dan tak jarang pasir dilempar ke mata lawan, menciptakan celah untuk menyerang atau melarikan diri.

Di antara semua kekacauan itu, Yun Xiwe berdiri tenang di tempat persembunyiannya. Tubuhnya kotor oleh tanah dan ranting, tapi sorot matanya tetap jernih. Ia mendongak ke langit terbuka yang terlihat di antara dedaunan, lalu berteriak lantang.

“Para Tetua! Jika seseorang telah mendapatkan harta spiritualnya, apakah mereka diperbolehkan keluar dari hutan ini?!”

Suara Yun Xiwe menggema jauh, hingga ke beberapa sisi hutan lain.

Beberapa murid ikut mendongak, penasaran, menanti jawaban.

Tak lama kemudian, suara para tetua terdengar dari langit yang seolah bergema dari segala arah.

“Mereka yang telah menemukan Harta Spiritual masing-masing, diperbolehkan meninggalkan Layered Forest.”

Mendengar jawaban itu, banyak murid terdiam sejenak... lalu sorak sorai kecil mulai terdengar dari beberapa sudut.

Jia Wei dan Jia Yuwei, yang telah menyimpan harta spiritual mereka sejak dua hari lalu, saling berpandangan.

“Akhirnya...” ucap Yuwei, tersenyum lega.

Mereka pun beranjak, dan tak lama sebuah celah berdiri vertikal terbuka di hadapan mereka, memancarkan cahaya lembut berwarna hijau kebiruan. Tanpa ragu, mereka melangkah masuk dan lenyap.

Di sisi lain hutan, Yuji Daofei dan Xieyi Zui juga mendengar pengumuman itu.

Yuji hanya mengangguk tipis, lalu berjalan menuju celah yang muncul di hadapannya. Xieyi, meski sedikit ragu, memandangi busurnya dan tersenyum tipis sebelum pergi.

Sementara itu, Fang Sei berdiri di cabang pohon, mengamati pertarungan sengit yang masih terjadi. Matanya tertuju pada Hui Baifa dan Wang Xuei, yang bertarung di tengah lingkaran sempit dikelilingi batu dan akar.

“Masih ingin menonton…” bisiknya pada diri sendiri.

Namun, saat celah bercahaya muncul tepat di sampingnya, ia menarik napas dan melangkah mundur. Ia tahu, terlalu lama tinggal hanya akan membuatnya terlibat lebih dalam. Dengan langkah ringan, ia pun melangkah masuk ke celah itu.

Di area pertarungan utama, Hui Baifa dan Wang Xuei tampak kelelahan. Nafas terengah, tubuh penuh luka, tapi sorot mata keduanya masih menyala.

Di antara reruntuhan pohon, sebuah pedang spiritual tergeletak, tertancap separuh ke tanah. Aura dari pedang itu masih berkedip halus.

Wang Xuei menoleh, melihat Hui Baifa dan dua murid lain yang hampir roboh.

Kesempatan itu datang dan ia tak menyia-nyiakannya.

Dengan satu hentakan kaki, Wang Xuei melesat ke arah pedang, menggenggamnya, lalu berbalik dan berlari secepat mungkin. Hui Baifa yang melihat itu memekik marah.

“JANGAN LARI, WANG XUEI!”

Namun celah bercahaya telah muncul di hadapan Wang Xuei.

Dalam sekejap, ia melompat masuk menghilang bersama harta spiritual yang berhasil ia curi.

Hui Baifa menggertakkan gigi, sementara murid lain hanya bisa menatap dengan napas berat dan frustrasi.

Di penjuru Layered Forest yang lain, murid-murid mulai keluar satu per satu. Sebagian masih terlibat dalam pertarungan kecil, berebut harta terakhir yang masih tersisa.

Namun bagi mereka yang telah menemukan tujuan dan harta masing-masing, perjalanan menuju babak berikutnya telah dimulai.

Setelah keluar dari Layered Forest, suasana berubah drastis. Mereka yang sebelumnya terjebak dalam intensitas pertarungan kini mulai merasakan udara bebas kembali. Nafas mereka terengah, pakaian mereka lusuh, namun senyuman mulai merekah di wajah sebagian besar dari mereka.

Yun Xiwe berdiri diam sejenak, menatap ke langit biru yang terbentang luas.

"Akhirnya...," gumamnya pelan, memegangi pedang spiritual yang ia peroleh. Matanya memancarkan ketenangan yang langka setelah tiga hari penuh ketegangan.

Tak jauh dari sana, Jia Wei dan Yuwei duduk berdampingan di aula besar Sekte Daun 7 Sisi. Lengan mereka yang seputih giok masih menunjukkan bekas goresan ranting dan debu hutan, namun tak ada yang bisa menyembunyikan tawa kecil mereka.

"Aku tidak menyangka bisa mendapatkannya," ucap Yuwei dengan suara ringan.

Jia Wei menimpali, "Lain kali, kamu yang panjat lebih tinggi."

Sementara itu, Yuji Daofei berdiri di pojok aula dengan wajah datar seperti biasanya. Namun, dalam hatinya, sebuah perasaan asing tumbuh sebuah kepuasan kecil yang tak ia tunjukkan pada siapa pun.

Satu langkah lebih dekat... batinnya.

Beberapa langkah dari sana, Xieyi Zui muncul dari cahaya celah dimensi, memegang busur indah yang memantulkan cahaya lembut. Begitu ia muncul, beberapa murid dan tetua langsung menoleh, terdiam melihat senjata spiritual yang tampak elegan namun mematikan itu.

“Busur yang luar biasa...” bisik salah satu murid senior.

“Aku belum pernah melihat busur seindah itu dalam seleksi sebelumnya,” ujar tetua lain dengan nada kagum.

Xieyi Zui hanya menunduk sedikit, tidak berkata apa-apa, tetapi wajahnya terlihat tenang meskipun tubuhnya masih dibalut debu dan luka kecil.

Beberapa saat kemudian, sebuah celah dimensi terbuka lagi, dan Wang Xuei muncul bersama beberapa murid lainnya. Wajahnya tampak penuh kepuasan, tapi juga kelelahan. Ia menatap sekeliling, menyadari beberapa tatapan tertuju padanya, tapi tidak terlalu peduli. Di balik pakaiannya, sebuah pedang spiritual disembunyikan dengan hati-hati.

Murid-murid yang telah keluar dari Layered Forest kini berkumpul di aula, dengan masing-masing membawa cerita, luka, dan harta mereka sendiri. Namun, belum ada yang tahu... bahwa itu baru awal dari perjalanan yang lebih sulit lagi.

Hari terakhir seleksi tahap ketiga akhirnya tiba. Kabut pagi masih menyelimuti perbukitan lembah, namun cahaya mentari mulai menembus pucuk-pucuk pohon raksasa yang menandai batas Hutan Berlapis.

Satu per satu, para peserta seleksi keluar dari hutan dengan langkah yang berat namun penuh arti. Ada yang membawa senyum kemenangan, ada pula yang menunduk lesu. Hui Baifa muncul dengan ekspresi gelap, bahunya penuh goresan, tapi langkahnya mantap.

Tak lama, seluruh peserta yang tersisa pun berkumpul di halaman utama Aula Sekte Daun 7 Sisi.

Beberapa wajah menunjukkan rasa kecewa mendalam mereka gagal mendapatkan harta spiritual. Namun di sisi lain, beberapa tertawa kecil, menepuk bahu teman mereka, menunjukkan benda-benda berkilau, atau senjata unik yang mereka dapatkan dari hutan.

“Setidaknya aku keluar hidup-hidup...” bisik salah satu peserta sambil menatap langit.

Di atas panggung batu, para tetua Sekte Daun 7 Sisi berdiri berjajar. Jubah mereka berkibar ringan tertiup angin, mata mereka menyapu seluruh peserta, memancarkan rasa bangga dan hormat.

Tetua utama maju beberapa langkah, lalu berkata dengan suara jernih dan kuat:

“Mulai hari ini, kalian semua tanpa terkecuali adalah murid resmi dari Sekte Daun 7 Sisi!”

Sesaat hening, sebelum disusul dengan gelombang sorakan.

“Ahahaha! Kita berhasil!”

“Aku… aku lolos…” bisik seorang gadis sambil menutup mulutnya yang gemetar. Air matanya jatuh, mengalir bersama kenangan pahit dan perjuangan yang telah ia lalui.

Jia Yuwei memeluk kakaknya erat, sementara Xieyi Zui menatap busurnya lalu mendongak pada langit biru dengan mata berkaca-kaca. Yun Xiwe, Fang Sei, Wang Xuei, Yuji Daofei semua membaur dalam campuran kelegaan dan harapan baru.

Para murid senior turun dari aula, membantu menyembuhkan luka-luka peserta dengan pil dan teknik penyembuhan ringan. Energi hangat menyelimuti tubuh-tubuh yang lelah, menyembuhkan robekan, memulihkan napas.

“Silakan kalian beristirahat,” kata salah satu tetua, “besok pagi, kalian semua akan kembali ke aula untuk menerima informasi tahap selanjutnya sebagai murid sejati.”

Langkah-langkah ringan menghilang ke arah barak-barak penginapan. Malam itu, Desa Sekte Daun 7 Sisi tak hanya dipenuhi cahaya lentera, tetapi juga cahaya baru dari ratusan jiwa muda yang telah resmi memulai jalan mereka dalam dunia kultivasi.

More Chapters